Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan Ideologi KH. Hasyim Asy'ari: Pentingnya Mengikuti Madzhab Empat (1)
وَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا بُدَّ لِلْمُكَلَّفِ
غَيْرِ الْمُجْتَهِدِ الْمُطْلَقِ مِنْ اِلْتِزَامِ التَّقْلِيْدِ لِمَذْهَبٍ مُعَيَّنٍ
مِنْ مَذَاهِبِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ وَلَا يَجُوْزُ لَهُ الْاِسْتِدْلَالُ بِالْآيَاتِ
وَالْأَحَادِيْثِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى وَلَوْ رَدُّوْهُ إِلَى الرَّسُوْلِ وَإِلَى
أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِطُوْنَ مِنْهُمْ
Dan ketahuilah, bahwa setiap orang yang sudah mukallaf (aqil
baligh) yang tidak mampu
berijtihad secara mutlak, harus mengikuti salah satu dari
empat madzhab dan tidak boleh baginya untuk ber-istidlal (mengambil dalil
secara langsung) dari al-Qur'an atau Hadits.
Ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala (yang artinya kurang
lebih): “Dan seandainya menyerahkan (urusan itu) kepada Rasul dan ulil amri
(yang menguasai pada bidangnya) diantara mereka, niscayalah orang-orang yang
ingin mengetahui kebenaran akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil
amri).”.
وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِطُوْنَهُ
هُمُ الَّذِيْنَ تَأَهَّلُوْا لِلْاِجْتِهَادِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ كَمَا هُوَ مَبْسُوْطٌ
فِيْ مَحَلِّهِ
Dan telah dimaklumi, bahwa mereka yang dapat ber-istinbath
(mengambil dalil langsung dari al-Qur'an dan Hadits) adalah orang-orang yang
telah memiliki cukup keahlian dan kemampuan berijtihad, bukan orang lain,
sebagaimana keterangan yang diuraikan dalam bab ijtihad di berbagai kitab.
أَمَّا الْمُجْتَهِدُ فَيَحْرُمُ عَلَيْهِ
التَّقْلِيْدُ فِيْمَا هُوَ مُجْتَهِدٌ فِيْهِ لِتَمَكُّنِهِ مِنَ الْاِجْتِهَادِ الَّذِيْ
هُوَ أَصْلُ التَّقْلِيْدِ لَكِنِ الْمُجْتَهِدُ الْمُسْتَقِلُّ بِوُجُوْدِ الشَّرَائِطِ
الَّتِيْ ذَكَرَهَا الْأَصْحَابُ فِيْ أَوَائِلِ الْقَضَاءِ مَفْقُوْدٌ مِنْ نَحْوِ
سِتِّمِائَةِ سَنَةٍ كَمَا قَالَهُ ابْنُ الصَّلَاحِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
Adapun orang yang dapat menyandang status mujtahid, maka
haram baginya untuk bertaqlid dalam persoalan yang ia sendiri mampu berijtihad,
karena kemampuannya berijtihad justru menjadi acuan bagi mereka yang taqlid.
Namun demikian, mujtahid mustaqill (mujtahid yang mampu
menggali hukum langsung dari sumbernya, al-Qur'an dan Hadits) dengan memenuhi
segala persyaratnnya sebagimana yang telah dijelaskan oleh para pengikutnya
dalam permulaan bab qodlo', ternyata sudah tidak ditemukan lagi sejak kira-kira
enam ratus tahun yang silam, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Shalah
rahimahullaau ta’ala
حَتَّى قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ إِنَّ النَّاسَ
لَا إِثْمَ عَلَيْهِمْ اَلْآنَ بِتَعْطِيْلِ هَذَا الْفَرْضِ أَيْ بُلُوْغِ دَرَجَةِ
الْاِجْتِهَادِ الْمُطْلَقِ لِأَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ بُلَدَاءُ بِالنِّسْبَةِ إِلَيْهَا
وَفَرْضُ الْكِفَايَةِ فِيْ طَلَبِ الْعُلُوْمِ لَا يُتَوَجَّهُ إِلَى الْبَلِيْدِ
Bahkan tidak sekedar satu orang yang menyatakan manusia
sekarang tidak berdosa seandainya meninggalkan kewajiban berijtihad ini, karena
manusia zaman sekarang ini terlalu bodoh untuk mencapai derajat ijtihad.
Padahal fardlu kifayah dalam hal mencari ilmu tidak mungkin ditujukan kepada
orang-orang yang bodoh.
وَلَيْسَتِ الْمَذَاهِبُ الْمَتْبُوْعَةُ
مُنْحَصِرَةٌ فِي الْأَرْبَعَةِ بَلْ لِجَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ مَذَاهِبُ مَتْبُوْعَةٌ
أَيْضًا كَالسُّفْيَانَيْنِ وَإِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْهِ وَدَاوُدَ اَلظَّاهِرِيِّ
وَالْأَوْزَاعِيِّ
Sebenarnya madzhab-madzhab yang boleh diikuti tidak hanya
terbatas hanya kepada empat madzhab saja, bahkan ada golongan ulama dari
madzhab yang bisa diikuti, seperti madzhab Sufyan Tsawri dan Sufyan bin ‘Uyaynah,
Ishaq bin Rahawayh, madzhab Dawud ad-Zhahiri dan madzhab al-Awza'i.
وَمَعَ ذَلِكَ فَقَدْ صَرَّحَ جَمْعٌ مِنْ
أَصْحَابِنَا بِأَنَّهُ لَا يَجُوْزُ تَقْلِيْدُ غَيْرِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ
، وَعَلَّلُوْا ذَلِكَ بِعَدَمِ الثِّقَةِ بِنِسْبَتِهَا إِلَى أَرْبَابِهَا لِعَدَمِ
الْأَسَانِيْدِ الْمَانِعَةِ مِنَ التَّحْرِيْفِ وَالتَبْدِيْلِ
Meskipun demikian para ulama pengikut madzhab Syafi'i
menjelaskan bahwa mengikuti selain empat madzhab adalah tidak boleh, karena
tidak ada jaminan kebenaran atas hubungan madzhab itu dengan para imam yang
bersangkutan, sebab tidak adanya sanad (mata-rantai) yang dapat menjamin daari
beberapa kekeliruan dan perubahan
بِخِلَافِ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ فَإِنَّ
أَئِمَّتَهَا بَذَلُوْا أَنْفُسَهُمْ فِيْ تَحْرِيْرِ الْأَقْوَالِ وَبَيَانِ مَا ثَبَتَ
عَنْ قَائِلِهِ وَمَالَمْ يَثْبُتْ فَأَمِنَ أَهْلُهَا مِنْ كُلِّ تَغْيِيْرٍ وَتَحْرِيْفٍ
وَعَلِمُوا الصَّحِيْحَ مِنَ الضَّعِيْفِ ،
Berbeda dengan madzhab empat, karena para pemimpinnya telah
mencurahkan jerih payahnya dalam mengkodifikasi (menghimpun) pendapat-pendapat
serta menjelaskan hal-hal yang telah ditetapkan atau yang tidak ditetapkan oleh
pendiri madzhab. Dengan begitu, maka para pengikutnya menjadi aman dari segala
perubahan dan kekeliruan, serta bisa mengetahui mana pendapat yang benar dan
yang lemah.
وَلِذَا قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ فِي الْإِمَامِ
زَيْدِ بْنِ عَلِيٍّ إِنَّهُ إِمَامٌ جَلِيْلُ الْقَدْرِ عَالِي الذِّكْرِ وَ إِنَّمَا
ارْتَفَعَتْ اَلثِّقَةُ بِمَذْهَبِهِ لِعَدَمِ اعْتِنَاءِ أَصْحَابِهِ بِالْأَسَانِيْدِ
فَلَمْ يُؤْمَنْ عَلَى مَذْهَبِهِ التَّحْرِيْفُ وَالتَّبْدِيْلُ وَنِسْبَةُ مَالَمْ
يَقُلْهُ إِلَيْهِ ، فَالْمَذَاهِبُ الْأَرْبَعَةُ هِيَ الْمَشْهُوْرَةُ الْآنَ الْمُتَّبَعَةُ
، وَقَدْ صَارَ إِمَامُ كُلٍّ مِنْهُمْ لِطَائِفَةٍ مِنْ طَوَائِفِ الْإِسْلَامِ عَرِيْفًا
بِحَيْثُ لَا يَحْتَاجُ السَّائِلُ عَنْ ذَلِكَ تَعْرِيْفًا
Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang memberi komentar
terhadap Imam Zayd bin 'Ali. Beliau adalah seorang imam yang agung kedudukannya
dan tinggi reputasinya, akan tetapi kepercayaan terhadap madzhabnya menjadi
hilang karena para murid-muridnya kurang dalam memberikan perhatian pada
pentingnya sanad yang menjamin kesinambungan suatu madzhab.
فَالْمَذَاهِبُ الْأَرْبَعَةُ هِيَ الْمَشْهُوْرَةُ
الْآنَ الْمُتَّبَعَةُ ، وَقَدْ صَارَ إِمَامُ كُلٍّ مِنْهُمْ لِطَائِفَةٍ مِنْ طَوَائِفِ
الْإِسْلَامٍ عَرِيْفًا بِحَيْثُ لَا يَحْتَاجُ السَّائِلُ عَنْ ذَلِكَ تَعْرِيْفًا
Maka madzhab empat inilah madzhab yang sekarang masyhur dan
diikuti. Para imam dari masing-masing empat madzhab ini begitu dikenal,
sehingga orang yang bertanya tidak perlu lagi diberikan pengenalan kepada
mereka, karena begitu nama mereka disebut, dengan sendirinya orang bertanya
pasti mengenalnya.
Wallahu A'lam Bi Ash-Shawab
Oleh: KH. Abdullah Afif
Sumber: Piss ktb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar