Hukum memakai
peci dan surban adalah sunnah bahkan meniggalkannya termasuk salah satu dari
beberapa hal yang merusak muruah sehingga tidak dapat diterima persaksiannya
Al-Majmu’ Syarh
Muhadzdzab 20/227
ولا تقبل شهادة من لا مروءة له كالقوال
والرقاص ومن يأكل في الاسواق ويمشى مكشوف الرأس في موضع لا عادة له في كشف الرأس فيه
لان المروءة هي الانسانية، وهى مشتقة من المرء، ومن ترك الانسانية لم يؤمن أن يشهد
بالزور، ولان من لا يستحيى من الناس في ترك المروءة لم يبال بما يصنع، والدليل عليه
ما روى أبو مسعود البدرى رضى الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال (ان مما أدرك
الناس من كلام النبوة الاولى إذا لم تستحى فاصنع ما شئت)
“Dan
tidak diterima persaksian seseorang yang tidak memiliki keperwiraan (wibawa)
seperti orang yang banyak bicara, para penari, orang yang suka makan dipasar,
jalan ditempat yang kebiasaan masyarakatnya tertutup kepalanya sebab
keperwiraan bersifat manusiawy dan barangsiapa meninggalkan sesuatu yang
bersifat manusiawy pemberian saksi palsunya tidak dirasa aman (sangat mungkin
bersaksi palsu) dan karena seseorang yang sudah hilang rasa malunya pada orang
lain tidak lagi memerdulikan apa yang telah ia perbuat dalil yang dibuat
sandaran dalam masalah ini adalah riwayat dari Abu Mas’ud al-Badry bahwa Nabi
Muhammad bersabda “Sesungguhnya sebagian yang ditemukan dari kalam nubuwwat
yang paling utama oleh orang adalah : Bila tidak ada rasa malu, maka berbuatlah semaumu”
Al-Minhaj
li an-Nawaawy I/497
وَالْمُرُوءَةُ تَخَلُّقٌ بِخُلُقِ أَمْثَالِهِ
فِي زَمَانِهِ وَمَكَانِهِ، فَالْأَكْلُ فِي سُوقٍ، وَالْمَشْيُ مَكْشُوفَ الرَّأْسِ،
وَقُبْلَةُ زَوْجَةٍ وَأَمَةٍ بِحَضْرَةِ النَّاسِ، وَإِكْثَارُ حِكَايَاتٍ مُضْحِكَةٍ،
وَلُبْسُ فَقِيهٍ قُبَاءَ وَقَلَنْسُوَةٍ حَيْثُ لَا يُعْتَادُ، وَإِكْبَابٌ عَلَى
لَعِبِ الشِّطْرَنْجِ أَوْ غِنَاءٍ أَوْ سَمَاعِهِ، وَإِدَامَةُ رَقْصٍ يُسْقِطُهَا،
وَالْأَمْرُ فِيهِ يَخْتَلِفُ بِالْأَشْخَاصِ وَالْأَحْوَالِ وَالْأَمَاكِنِ،
“Muru’ah
(wibawa) adalah beretika sesuai dengan kalangan, waktu dan tempatnya. Karenanya seperti makan dipasar,
berjalan dengan kepala terbuka, mencium istri atau amat (sahaya wanita)
dihadapan orang, banyak bercerita yang membuat tertawa, memakai pakaian laksana
orang ahli fiqh Qubba, memakai peci yang tidak menjadi kebiasaan (setempat), hobby
bermain catur, bernyanyi atau mendengarkannya, dan hobi berjoget dapat
meruntuhkan keperwiraan. Dan
segalanya memang berbeda-beda sesuai karakter, situasi dan kondisinya”.
Sumber: Piss ktb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar