Jumat, 21 Oktober 2016

Biografi Alp Arslan


Sultan Alp Arslan Muhammad bin Daud as-Saljuqi:

Sultan Pemberani, Penegak Akidah Ahlus Sunnah



Nama lengkap
Nama lengkap Buliau adalah Abu Syuja’ Muhammad bin Daud Chaghri Begh bin Mikail bin Seljuk bin Daqqaq at-Turkimani beliau lahir Khwarezmia 20 Januari 1029  atau 1 Muharram 420 Hijriyah (ada yang mengatakan 421 Hijriyah) beliau adalah keturunan Perintis kabilah Seljuk, Seljuk Beik, yang memeluk Islam mulai abad ke-4 Hijriyah.
Ketika pamannya, Thugril Beik, wafat, Alp Arslan naik tahta sebagai Sultan Seljuk. Ia resmi menyandang gelar Sultan pada 27 April 1064 M. sebelumnya,  ia menjadi Gubenur Khurasan Raya setelah ayahnya Caghri Begh wafat pada tahun 1059 M. setelah menjadi sultan ia menyerahkan jabatan Gubenur Khurasan kepada saudaranya Sulaiman.
Masa-masa awal Alp Arslan naik tahta tidaklah mudah, tak sampai satu tahun menjabat ia dihadapkan dengan masalah-masalah internal, terjadi banyak pemberontakaan yang dilakukan oleh saudaranya sendiri Sulaiman, pamannya dan pemberontakaan-pemberontakan yang lain terhitung selama 7 tahun ia masih di sibukan dengan menghadapi masalah-masalah yang ada di dalam negeri.
Setelah berhasil menstabilkan kondisi internal  Alp Arslan mulai mengatur strategi untuk memperluas kekuasaannya yang berasakan Islam Ahlus Sunnah untuk menghalau faham syiah di negeri-negeri yang jauh, ia mulai menginvansi dinasti Buwaihi di Persia kemudian dinasti madarisi di Syam dinasti Fatimi di Mesir yang kesemuanya beraliran Syiah, kemudian mulai memasuki negeri Bizantium dengan menaklukkan Armenia dan beberapa daerah yang dikuasai oleh Romawi.

Pertempuaran Bersejarah melawan Romawi
Setelah berhasil merebut Armenia dan Goergia, Alp Arslan mulai memasuki kota Manzikert. Peperangan di dekat Kota Manzikert merupakan salah satu perang besar yang terjadi pada masa kepemimpinan Alp Arslan.
Pertempuran ini menjadi titik balik tersebarnya islam di daerah asia kecil dan Eropa Timur, bahkan menjadi pembuka jalan bagi sultan Muhammad al-Fatih dalam mempermudah misinya menaklukkan Kostantinopel (Istanbul).

Penyebab pertempuran tersebut karena Kaisar Romawi Romanus IV melihat islam berkembang begitu cepat terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan kekuasannya sehingga ia mempersiapkan pasukan yang besar untuk untuk bisa menghambat tersebarnya perluasan Islam. Pasukan yang dipersiapkan oleh Kaisar Romanus IV jumlahnya mencapai 100 ribu orang. Pasukan Romanus IV terdiri atas orang-orang Romawi, Eropa, Eropa bagian barat, Rusia, Bajnak, Karg, dan lain-lain.

Ketika pasukan Romanus IV sudah sampai di Manzikert, Sultan Alp Arslan masih belum mampu mengumpulkan semua pasukannya. Penyebabnya, jarak satu pasukan dengan yang lain sangat berjauhan dan ditambah lagi posisi musuh yang sudah semakin dekat. Dengan persiapan secukupnya, dia berangkat menuju tentara Romawi berada. Pasukan yang dibawanya hanya berjumlah 15 ribu orang dari para penunggang kuda, itu pun ia dapatkan di dalam perjalanan.
Sebelum pertempuran dimulai Alp Arslan berpidato di hadapan pasukannya, ''Aku berjuang karena hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT dan dengan penuh kesabaran. Kalau seandainya aku menang, maka itu adalah merupakan suatu nikmat dari Allah, seandainya aku mati syahid, maka putraku Malik Shah yang akan menggantikanku.''

Barisan depan antara dua pasukan mulai bertempur. Barisan depan pasukan Romawi jumlahnya mencapai 10 ribu orang. Ketika kedua pasukan sudah siap untuk saling menyerang, Sultan Alp Arslan sempat menawarkan perdamaian kepada Kaisar Romanus IV dan dia menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Hal ini membuat Sultan bimbang, akhirnya pembimbing spritualnya Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik Al-Bukhari Al-Hanafi, berkata : ''Sesungguhnya Anda berperang untuk membela agama Allah. Dia telah berjanji akan menolong agama-Nya dan akan memenangkan agama-Nya atas semua agama-agama.''
''Saya berdoa agar Allah SWT menentukan kemenangan dalam pertempuran ini untuk pasukan Islam dengan perantaraan dirimu. Seranglah mereka pada hari Jumat setelah tergelincirnya matahari, yaitu ketika para khatib sedang berada di atas mimbar. Pada saat itu semua khatib berdoa agar orang-orang yang berjihad di jalan Allah mendapatkan kemenangan. Doa mereka pasti akan dikabulkan oleh Allah.''

Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya tentara muslimin berhasil mengalahkan persekutuan tentara Romawi, dan Kaisar Romanus IV tertawan, ini merupakan pertamakali dalam sejarah Seorang kaisar Romawi tertawan Kaum Muslimin, dan dilepas kembali setelah membayar tebusan dan memenuhi beberapa persyaratan.

Akhlaq Sang Sultan
Ia dikenal sebagai seorang yang dermawan, dalam setiap bulan ramadan ia bersedekah 15 Ribu dinar untuk orang-orang fakir miskin. Selain itu ia juga sangat perhatian dalam bidang pendidikan dan keilmuan, pada tahun 1065 lewat prakarsa perdana menterinya Nidzamul Mulk ia mendirikan Madrasah Nidzamiyah, yaitu salah satu madrasah yang paling bersejarah yang berhasil mencetak generasi emas diantara alumninya adalah Imam Haramain al-Juwaini, al-Ghazali, Ibnu ash-Shabbagh, Abu Ishaq asy-Syirazi, Abu al-Qasim al-Qusyairi, asy-Syasyi, Imaduddin al-Ishfahani, Bahauddin Syaddah (keduanya adalah Qadi dan Penasihat Sultan Salahuddin al-Ayyubi) dan masih banyak yang lainnya.

Tewas di Tangan Pemberontak
Setahun setelah pertempuran Manzikert, ia belarih menuju timur dekat sungai Jihun (sungai Oxus) untuk menyelesaikan permasalahan internal dengan Yusuf al-Harezmi.  Malapetaka terjadi ketika Yusuf al-Harezmi berhasil ditangkap, dia berhasil lepas kembali dan  menikam dada sang Sultan dengan belati yang ia sembunyikan dibalik pakaiannya. Akibat luka yang dideritanya, Alp Arslan meninggal dunia empat hari kemudian, tepatnya pada 25 November 1072 M, pada usia 42 tahun. 
Selama memerintah Kekhalifahan Seljuk, Alp Arslan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga kawasan Ujung Negara Syam dibagian barat dan Turkistan dibagian timur. Namun walaupun Alp Arslan, namun ia masih berafiliasi dengan dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Beliau wafat dengan meninggalkan tujuh orang putra dan dua putri. Kelak, tahta Kesultanan Seljuk yang didudukinya diwariskan kepada salah seorang putranya bernama Malik Shah I.

Gelar-gelar Alp Arslan

Beliau juga punya sederet gelar. Selain dipanggil Alp Arslan yang dalam bahasa Indonesia berarti Singa Pemberani beliau juga diberi gelar Diya’ ad-Din wa ad-Dunya (Cahaya agama dan dunia) Adhudh ad-Daulah (Pengokoh Imperium) as-Sulthan al-Alim (Sultan yang berilmu) al-Maliku al-Adil (penguasa yang adil).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...