Selasa, 25 Oktober 2016

Kisah Kaum Saba' dan Bencana yang Menimpa Mereka (1)





Masyarakat Saba’ adalah satu di antara empat peradaban terbe-sar yang pernah hidup di Arabia Selatan. Kaum ini diperkira-kan berkembang sekitar tahun 1000-750 SM dan musnah sekitar tahun 550 M, setelah serangan-serangan selama dua abad dari bangsa Persia dan Arab.

Masa keberadaan peradaban Saba’ banyak diperbincangkan. Kaum Saba' mulai mencatat laporan pemerintahannya sekitar 600 SM. Karena itulah tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.

Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba’ adalah catatan perang tahunan yang berasal dari masa raja Asiria Sargon II (722-705 SM). Kala mencatat bangsa-bangsa yang membayar pajak kepadanya, Sargon juga menyebutkan raja Saba’, Yith’i-amara (It’amara). Catatan ini meru-pakan sumber tertulis tertua yang memberikan informasi tentang per-adaban Saba’. Namun, tidak terlalu tepat untuk menarik kesimpulan bah-wa kebudayaan Saba’ dibangun sekitar 700 SM hanya berdasarkan data ini, karena sangat mungkin kaum Saba’ telah ada lama sebelum tercatat dalam catatan tertulis. Artinya, sejarah Saba’ mungkin lebih awal dari waktu di atas. Memang, dalam prasasti Arad-Nannar, salah satu raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata “Sabum” yang diperkirakan berarti “negeri Saba’”.39 Jika kata ini benar-benar berarti Saba', maka ini berarti sejarah Saba’ mundur sampai sejauh 2500 SM.

Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang Saba’ biasanya menyebutkannya sebagai sebuah kebudayaan, yang seperti bangsa Punisia, terutama bergerak dalam kegiatan perdagangan. Begitu pula, kaum ini memiliki dan mengatur sejumlah jalur perdagangan yang melintasi Arabia Selatan. Agar dapat membawa barang-barangnya ke Laut Tengah dan Gaza, yang berarti melintasi Arabia Selatan, orang-orang Saba’ harus mendapatkan izin dari Raja Sargon II, penguasa selu-ruh wilayah tersebut, atau membayar pajak dengan jumlah tertentu kepa-danya. Begitu kaum Saba’ mulai membayar pajak kepada kerajaan Asiria, nama mereka mulai tercatat dalam sejarah negeri ini.

Kaum Saba’ telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba’ sering digunakan kata-kata seperti “memperbaiki”, “mempersembahkan”, dan “membangun”. Ben-dungan Ma’rib, yang merupakan salah satu monumen terpenting kaum ini, adalah indikasi penting dari tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum ini. Namun, ini tidak berarti bahwa kekuatan militer Saba’ lemah; bala tentara Saba’ adalah salah satu faktor terpenting yang menyokong ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu demikian lama tanpa keruntuhan.

Negara Saba’ memiliki salah satu bala tentara terkuat di kawasan ter-sebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi berkat angkatan ber-senjatanya. Negara Saba’ telah menaklukkan wilayah-wilayah dari nega-ra Qataban Lama. Negara Saba’ memiliki banyak tanah di benua Afrika. Selama abad ke-24 SM, selama ekspedisi ke Magrib, tentara Saba’ dengan telak mengalahkan tentara Marcus Aelius Gallus, Gubernur Mesir untuk Kekaisaran Romawi yang jelas-jelas merupakan negara terkuat pada ma-sa itu. Saba’ dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerap-kan kebijakan moderat, namun tidak ragu-ragu menggunakan kekuatan jika diperlukan. Dengan kebudayaan dan militernya yang maju, negara Saba’ jelas merupakan salah satu “adi daya” di daerah tersebut kala itu.

Angkatan bersenjata Saba’ yang luar biasa kuat ini juga digambarkan di dalam Al Quran. Sebuah ungkapan dari para komandan tentara Saba’ yang diceritakan dalam Al Quran menunjukkan besarnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh bala tentara ini. Para komandan berkata kepada sang ratu:

”Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memi-liki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan ber-ada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.” (QS. An-Naml, 27: 33) !

Ibu kota negara Saba’ adalah Ma’rib yang sangat makmur berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibu kota ini sangat dekat de-ngan Sungai Adhanah. Titik di mana sungai mencapai Jabal Balaq sangat tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan ini, kaum Saba’ membangun sebuah bendungan di sana, ketika peradaban mereka pertama kali berdiri, dan memulai sistem pengairan mereka. Mereka benar-benar mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tinggi. Ibu kota Ma’rib, adalah salah satu kota termaju saat itu. Penulis Yunani Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, juga menyebutkan betapa hijaunya kawasan ini.

Bendungan di Ma’rib tingginya 16 meter, lebarnya 60 meter dan pan-jangnya 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diairi oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar terma-suk dataran bagian selatan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat. Dua dataran ini disebutkan sebagai “Ma’rib dan dua dataran“ dalam prasasti Saba’.41 Ungkapan dalam Al Quran, “dua buah kebun di sisi kiri dan kanan“, menunjukkan kebun-kebun dan kebun anggur yang menge-sankan di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan sistem pengairan-nya, daerah ini menjadi terkenal sebagai kawasan berpengairan terbaik dan paling menghasilkan di Yaman. J. Holevy dari Prancis dan Glaser dari Austria membuktikan dari berbagai dokumen tertulis bahwa bendungan Ma’rib telah ada sejak zaman kuno. Dalam dokumen-dokumen yang tertulis dalam dialek Himer, disebutkan bahwa bendungan ini membuat kawasan tersebut sangat produktif.

Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan-perbaikan ini tidak mampu mencegah bendungan ini dari keruntuhan pada tahun 542 M. Runtuhnya ben-dungan tersebut mengakibatkan “banjir besar Arim” yang disebutkan da-lam Al Quran serta mengakibatkan kerusakan hebat. Kebun-kebun anggur, kebun-kebun, serta ladang-ladang pertanian kaum Saba'’yang telah mereka tanami selama ratusan tahun hancur seluruhnya. Diketahui juga bahwa kaum Saba’ segera mengalami masa resesi setelah kehancur-an bendungan tersebut. Berakhirlah negara Saba’pada ujung periode yang diawali oleh hancurnya bendungan tersebut. (bersambung)

Sumber: Harun Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...