Wazir Agung Nidzam al-Mulk ath-Thusi [ 408-1018 H.]
Menteri Agung Pencinta Ulama dan Pencetak Generasi Emas Islam
“Dia adalah Perdana Menteri yang agung, tonggak agama, penguat kerajaan, seorang
yang cerdik, pakar politik, penggerak pembangunan Madrasah-madrasah dan cinta
terhadap ilmu pengetahuan” Imam adz-Dzahabi, Sejarawan & Pakar
Ilmu Hadis
Banyak sekali sanjungan para
ulama terhadapya, diantaranya Imam Tajuddin as-Subuki dalam ath-Thabaqhat
as-Syafi’iyah al-Kubra mengatakan, “Menteri agung, yang alim dan adil, penasehat
raja yang tiada duanya”, Imam al-Haramain dalam Mukaddimah kitab al-Ubab
menyatakan “Beliau adalah penguat agama dan dunia, kebanggaan umat,
berkhidmah untuk pedang (jihad) dan pena (ilmu pengetahuan)”, Syaikh Abu
Syammah menggambarkan beliau sebagai orang yang alim, pakar di bidang fikih,
bersikap tawadu’ serta adil dan sangat mencintai ulama.
Nidzamul mulk merupakan salah
satu wazir (perdana menteri) terbaik yang pernah dimiliki islam ia adalah
penggagas sistem pendidikan Universitas Modern, pengembang ekonomi Islam, administrator
ulung.
Beliau dilahirkan pada hari Jumat 11 Dzul Qo’dah 408 H. bertepatan dengan 10 April 1018 M di kota Nughan, Thus (sekarang Masyhad) Iran dengan nama lengkap Qawam ad-Din al-Hasan bin Ishaq bin al-Abbas ath-Thusi.
Ia sejak kecil hidup dalam
keadaan yang penuh kesulitan, ia tumbuh ditinggal wafat sang ibu sejak dalam
masa menyusui, ayahnya berkekeliling untuk mencarikan orang yang mau
menyusuinya secara suka rela, seorang pedagang dan juga seorang tukang kebun,
walau begitu ayahnya sangat memperhatikan pada masalah pendidikanya sehingga
sejak kecil ia difokuskan untuk menuntut ilmu. Kemudian Ia tumbuh menjadi penuntut ilmu yang
rajin dan cerdas, ia berhasil menghafal al-Quran pada usia sebelas tahun ia
juga mempelajari fikih Madzhab Syafi’i, ilmu Nahwu, ilmu Astronomi, dan juga
sempat juga mendengarkan dan Meriwayatkan Hadis, diantara guru-guru beliau
adalah al-Imam Abu al-Qasim al-Qusyairi an-Naisaburi, Abu Muslim al-Adib, Abu Hamid
al-Azhari, Abu Mansur Syujak bin Ali, Abi al-Khithab bin al-Bathr dan yang
lainnya.
Ahli dalam administrasi kepemerintahan
Bakatnya dalam mengatur
pemerintahan sudah tampak ketika ia menjadi katib di kegubenuran Ghaznah
(sekarang masuk wilayah Afganistan) kemudian ia diangkat menjadi asisten Abi Ali
bin Syadzan Gubenur Kota Balkh, Sang Gubenur sangat kagum terhadap akhlak dan kecerdasan
Nidzam al-Mulk juga kemampuannya dalam menjalankan amanah, sehingga menjelang wafatnya Abi Ali bin Syadzan merekomendasikan
pada Thugril Beik Penguasa dinasti Saljuk saat itu, untuk menjadikan Nizam
al-Mulk sebagai penasehat Alp Arslan ketika masih menjadi Gubernur kota
Khorasan. Sebelum Thugril Beik wafat
beliau berwasiat pada Alp Arslan agar selalu mengikuti petunjuk sang wazir, “Jadikanlah
ia (Nidzam al-Mulk sebagai orang tuamu, jangan pernah menyalahi apa yang ia sampaikan”.
Sehingga mulai saat naik tahta segala kebijakan sultan Alp Arslan semuanya
atas rekomendasi sang wazir.
Mencetak generasi emas Islam
Beliau gencar melakukan kaderisasi generasi muda Islam kala itu khususnya yang
beraliran Asy’ariyah-Syafi’iyah melalui pembangunan masjid-masjid dan sekolah-sekolah agama, yang paling terkenal adalah Madrasah
Nidzamiyah yang berhasil memunculkan tokoh-tokoh besar yang berpengaruh pada generasi selanjutnya, diantaranya adalah Imam al-Haramain, al-Ghazali, Imaduddin al-Asfahani dan
Bahauddin Syadad (keduanya adalah pejabat penting di kepemerintaan Salahuddin al-Ayyubi). Selain itu beliau juga gencar
membangun akademi militer yang berhasil memunculkan tokoh militer terkenal
semacam Aq Sanqar, Imaduddin Zanki, dan Nuruddin Zanki (Panglima yang pertama
kali memukul mundur pasukan salib sebelum era Sultan Salahuddin al-Ayyubi).
Menjadi pelayan ulama
Nidzam al-Mulk merupakan pencinta para ulama sekaligus menjadi pelayan
mereka, hal ini tak lepas dari pengalaman hidupnya ketika masih menjadi
pelajar. Dikisahkan di sela-sela kegiatan belajarnya ia menjadi pelayan
beberapa orang bangsawan dan para amir, pada suatu hari seorang yang misterius datang
padanya dan berkata, “Sampai kapan kamu akan menjadi pelayan seorang yang akan
dimakan anjing besok? Layanilah orang yang memberi manfaat
kepadamu, jangan pernah mau jadi pelayan orang yang akan dimakan anjing besok
hari”. Ia bingung tidak faham atas apa yang telah diucapkan orang yang
misterius tadi, sampai akhirnya pada tengah malam orang yang ia layani sedang
mabuk keluar rumah dan diterkam oleh seekor anjing galak, barulah ia sadar
terhadap kebenaran ucapanya orang yang misterius tadi, mulai saat itu ia
bernazar untuk melayani orang-orang saleh terlebih orang sufi dan mengasihani
orang-orang yang fakir.
Seorang yang ahli ibadah, tawadu’ dan penulis
Ia juga terkenal dengan wazir
yang taat beragama yang bisa mengontrol emosinya (halim), ia juga selalu
dalam keadaan berwudu’ (daimul wudu’), bila berwudu’ ia langsung
mengerjakan salat sunnah wudu’, selalu membawa mushaf kemanapun ia pergi, bila
membaca al-Quran ia enggan untuk bersandar sebagai bentuk perhormatan terhadap
al-Quran, ia juga istiqamah puasa senin kamis, bila sudah masuk shalat ia
meninggalkan segala aktifitasnya untuk menyiapkan diri melaksakan salat awal
waktu.
Beliau juga seorang penulis, setahun
sebelum wafatnya beliau telah menyelesaikan kitab berbahasa Persia yang
berjudul Siyasa Namah
(Siasat Pemerintahan) yang di dalamnya terdapat konsep pemerintahan dalam
menjaga stabilitas kerajaan serta menjaga keutuhan masyarakat dari
disintegrasi.
Dibunuh setelah berbuka puasa
Pada hari kesepuluh bulan Ramadan
tahun 485 (14 Oktober 1092) ia bersama sultan Malikshah pergi dari Isfahan
menuju Baghdad, mereka singgah disebuah tempat di dekat Nahavan, sesaat setelah
berbuka puasa tiba-tiba mendekatlah seorang pemuda dari Daylam pengikut sekte
Bathiniyah meyamar sebagai seorang sufi dan menikam Nizam dengan sebilah pisau
tepat di jantungnya, kemudian dia kabur. Kata terakhir yang terucap adalah,
“Jangan kalian bunuh pembunuhku. Aku telah memaafkannya”. Kemudian membaca
syahadat dan wafat pada usia kurang lebih 80 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar