Jumat, 21 Oktober 2016

Biografi Nidzam al-Mulk




Wazir Agung Nidzam al-Mulk ath-Thusi [ 408-1018 H.]

Menteri Agung Pencinta Ulama dan Pencetak Generasi Emas Islam

“Dia adalah Perdana Menteri  yang agung, tonggak agama, penguat kerajaan, seorang yang cerdik, pakar politik, penggerak pembangunan Madrasah-madrasah dan cinta terhadap ilmu pengetahuan” Imam adz-Dzahabi, Sejarawan & Pakar Ilmu Hadis

Banyak sekali sanjungan para ulama terhadapya, diantaranya Imam Tajuddin as-Subuki dalam ath-Thabaqhat as-Syafi’iyah al-Kubra mengatakan, “Menteri agung, yang alim dan adil, penasehat raja yang tiada duanya”, Imam al-Haramain dalam Mukaddimah kitab al-Ubab menyatakan “Beliau adalah penguat agama dan dunia, kebanggaan umat, berkhidmah untuk pedang (jihad) dan pena (ilmu pengetahuan)”, Syaikh Abu Syammah menggambarkan beliau sebagai orang yang alim, pakar di bidang fikih, bersikap tawadu’ serta adil dan sangat mencintai ulama.
Nidzamul mulk merupakan salah satu wazir (perdana menteri) terbaik yang pernah dimiliki islam ia adalah penggagas sistem pendidikan Universitas Modern, pengembang ekonomi Islam, administrator ulung.

Beliau dilahirkan pada hari Jumat 11 Dzul Qo’dah 408 H. bertepatan dengan 10 April 1018 M di kota Nughan, Thus (sekarang Masyhad) Iran dengan nama lengkap Qawam ad-Din al-Hasan bin Ishaq bin al-Abbas ath-Thusi.
Ia sejak kecil hidup dalam keadaan yang penuh kesulitan, ia tumbuh ditinggal wafat sang ibu sejak dalam masa menyusui, ayahnya berkekeliling untuk mencarikan orang yang mau menyusuinya secara suka rela, seorang pedagang dan juga seorang tukang kebun, walau begitu ayahnya sangat memperhatikan pada masalah pendidikanya sehingga sejak kecil ia difokuskan untuk menuntut ilmu.  Kemudian Ia tumbuh menjadi penuntut ilmu yang rajin dan cerdas, ia berhasil menghafal al-Quran pada usia sebelas tahun ia juga mempelajari fikih Madzhab Syafi’i, ilmu Nahwu, ilmu Astronomi, dan juga sempat juga mendengarkan dan Meriwayatkan Hadis, diantara guru-guru beliau adalah al-Imam Abu al-Qasim al-Qusyairi an-Naisaburi, Abu Muslim al-Adib, Abu Hamid al-Azhari, Abu Mansur Syujak bin Ali, Abi al-Khithab bin al-Bathr dan yang lainnya.

Ahli dalam administrasi kepemerintahan
Bakatnya dalam mengatur pemerintahan sudah tampak ketika ia menjadi katib di kegubenuran Ghaznah (sekarang masuk wilayah Afganistan) kemudian ia diangkat menjadi asisten Abi Ali bin Syadzan Gubenur Kota Balkh, Sang Gubenur  sangat kagum terhadap akhlak dan kecerdasan Nidzam al-Mulk juga kemampuannya dalam menjalankan amanah, sehingga  menjelang wafatnya Abi Ali bin Syadzan merekomendasikan pada Thugril Beik Penguasa dinasti Saljuk saat itu, untuk menjadikan Nizam al-Mulk sebagai penasehat Alp Arslan ketika masih menjadi Gubernur kota Khorasan. Sebelum Thugril Beik wafat beliau berwasiat pada Alp Arslan agar selalu mengikuti petunjuk sang wazir, “Jadikanlah ia (Nidzam al-Mulk sebagai orang tuamu, jangan pernah menyalahi apa yang ia sampaikan”. Sehingga mulai saat naik tahta segala kebijakan sultan Alp Arslan semuanya atas rekomendasi sang wazir.

Mencetak generasi emas Islam
Beliau gencar melakukan kaderisasi generasi muda Islam kala itu khususnya yang beraliran Asy’ariyah-Syafi’iyah melalui pembangunan masjid-masjid dan sekolah-sekolah agama, yang paling terkenal adalah Madrasah Nidzamiyah yang berhasil memunculkan tokoh-tokoh besar yang berpengaruh pada generasi selanjutnya, diantaranya adalah Imam al-Haramain, al-Ghazali, Imaduddin al-Asfahani dan Bahauddin Syadad (keduanya adalah pejabat penting di kepemerintaan Salahuddin al-Ayyubi). Selain itu beliau juga gencar membangun akademi militer yang berhasil memunculkan tokoh militer terkenal semacam Aq Sanqar, Imaduddin Zanki, dan Nuruddin Zanki (Panglima yang pertama kali memukul mundur pasukan salib sebelum era Sultan Salahuddin al-Ayyubi).

Menjadi pelayan ulama
Nidzam al-Mulk merupakan pencinta para ulama sekaligus menjadi pelayan mereka, hal ini tak lepas dari pengalaman hidupnya ketika masih menjadi pelajar. Dikisahkan di sela-sela kegiatan belajarnya ia menjadi pelayan beberapa orang bangsawan dan para amir, pada suatu hari seorang yang misterius datang padanya dan berkata, “Sampai kapan kamu akan menjadi pelayan seorang yang akan dimakan anjing besok? Layanilah orang yang memberi manfaat kepadamu, jangan pernah mau jadi pelayan orang yang akan dimakan anjing besok hari”. Ia bingung tidak faham atas apa yang telah diucapkan orang yang misterius tadi, sampai akhirnya pada tengah malam orang yang ia layani sedang mabuk keluar rumah dan diterkam oleh seekor anjing galak, barulah ia sadar terhadap kebenaran ucapanya orang yang misterius tadi, mulai saat itu ia bernazar untuk melayani orang-orang saleh terlebih orang sufi dan mengasihani orang-orang yang fakir.

Seorang yang ahli ibadah, tawadu’ dan penulis
Ia juga terkenal dengan wazir yang taat beragama yang bisa mengontrol emosinya (halim), ia juga selalu dalam keadaan berwudu’ (daimul wudu’), bila berwudu’ ia langsung mengerjakan salat sunnah wudu’, selalu membawa mushaf kemanapun ia pergi, bila membaca al-Quran ia enggan untuk bersandar sebagai bentuk perhormatan terhadap al-Quran, ia juga istiqamah puasa senin kamis, bila sudah masuk shalat ia meninggalkan segala aktifitasnya untuk menyiapkan diri melaksakan salat awal waktu.
Beliau juga seorang penulis, setahun sebelum wafatnya beliau telah menyelesaikan kitab berbahasa Persia yang berjudul  Siyasa Namah (Siasat Pemerintahan) yang di dalamnya terdapat konsep pemerintahan dalam menjaga stabilitas kerajaan serta menjaga keutuhan masyarakat dari disintegrasi.

Dibunuh setelah berbuka puasa
Pada hari kesepuluh bulan Ramadan tahun 485 (14 Oktober 1092) ia bersama sultan Malikshah pergi dari Isfahan menuju Baghdad, mereka singgah disebuah tempat di dekat Nahavan, sesaat setelah berbuka puasa tiba-tiba mendekatlah seorang pemuda dari Daylam pengikut sekte Bathiniyah meyamar sebagai seorang sufi dan menikam Nizam dengan sebilah pisau tepat di jantungnya, kemudian dia kabur. Kata terakhir yang terucap adalah, “Jangan kalian bunuh pembunuhku. Aku telah memaafkannya”. Kemudian membaca syahadat dan wafat pada usia kurang lebih 80 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...