Jumat, 28 Oktober 2016

Kijang: Khasiat, Takbir Mimpi dan Hukum Memakannya




Deskripsi

Kijang merupakan salah satu jenis binatang yang bertubuh sedang. Kijang jantan memiliki tanduk yang cukup bagus. Tanduk ini bisa tanggal dan akan diganti yang baru pada musim kawin. Tanduk yang selalu tanggal dan tumbuh kembali ini biasanya disebut rangga. Rangga ini tanggal sebab pengaruh hormon kelamin yang disebut testosteron. Warna tubuh binatang ini di permukaan atasnya beraneka warna, dari cokelat kehitaman sampai coklat kekuningan, dan cokelat keabu-abuan.

Kijang aktif mencari makan pada malam hari kecuali kijang borneo yang aktif pada siang hari. Hidupnya menyendiri atau berpasangan pada musim kawin. Makanannya berupa herba dan daun-daun muda, rumput, buah-buahan yang luruh (rontok), biji-bijian buah dan terkadang kulit batang pohon. Binatang ini berkembang biak dengan melahirkan seekor, kadang-kadang dua ekor. Masa bunting selama 6 bulan. Bayi kijang yang masih sangat lemah diletakkan di bawah rerimbunan tumbuh-tumbuhan agar tersembunyi dari incaran pemangsa, sampai anak kijang tersebut mampu berjalan mengikuti induknya.

Keistimewaan dan Khasiat

a.            Lemak kijang ditempelkan di bawah saluran air kencing (urethra) dan dibawa saat berhubungan badan, maka bisa menambah gairah seksual, insya Allah.
b.            Daging kijang panas, sangat bermanfaat mengobati penyakit lumpuh.
 
Hukum
 
Kijang merupakan salah satu hewan yang halal dimakan

Ta’wil Mimpi

a.            Bermimpi berburu kijang, pertanda akan mempersunting wanita yang cantik atau akan memperoleh harta dari seorang wanita.
b.            Bermimpi mengambil kijang, pertanda akan mendapatkan warisan.

Dasar Hukum

1) حُكْمُ الْغَزَالِ الْحِلُّ كَمَا تَقَدَّمَ فِي بَابِ الظَّاءِ فِي لَفْظِ الظَّبْيِ. وَفِيْهِ إِذَا قَتَلَهُ الْمُحْرِمُ أَوْ فِي الْحَرَامِ عَتَرَ (حَيَاةُ الْحَيَوَانِ: 2/185)
2) وَيَحِلُّ مِنَ الدَّوَابِّ الْوَحْشِ الْبَقَرُ لأَنَّهَا مِنَ الطَّيِّبَاتِ.... وَالظَّبْيُ وَالضَّبْعُ وَالثَّعْلَبُ وَاْلأَرْنَبُ وَالْيَرْبُوعُ وَالْقُنْفُذُ وَالْوَبَرُ وَابْنُ عُرْسٍ (كِفَايَةُ اْلأَخْيَارِ: 2/231)

Marmut: Khasiat, Tafsir Mimpi dan Hukum Memakannya





Habitat dan Kehidupan

Marmut masih sekerabat dengan tikus, hanya marmut bertubuh bulat gemuk mirip babi, dan hampir tidak berekor. Binatang ini termasuk binatang sosial, hidup dengan membentuk koloni dan menghuni lubang yang dalamnya beberapa meter di bawah tanah. Binatang ini adalah binatang siang hari, mencari makan dan bermalas-malasan di bawah sinar matahari dekat lubang. Bila terancam bahaya, marmut segera mengeluarkan bunyi semacam siulan tajam, sehingga para koloni lari masuk lubang. Suaranya mirip suara babi waktu menguik. Musuh utamanya adalah rajawali, ruba dan beruang.

Marmut memakan sayur, kentang, wortel dan biji-bijian. Sifatnya sangat jinak. Binatang ini berkembang biak dengan melahirkan satu sampai empat anak. Masa bunting antara 55 sampai 70 hari. Anaknya disapih pada usia 3 minggu. Pada usia 40-45 hari, marmut sudah mengalami masa birahi. Dalam setahun marmut dapat beranak berkali-kali.

Hukum

Marmut Termasuk Hewan yang halal dimakan
Keistimewaan dan Khasiat

Kelopak mata yang sudah dicabut bulunya, apabila diolesi dengan darah marmut, maka tidak akan tumbuh kembali, insya Allah.

Ta’wil Mimpi

Dalam mimpi marmut pertanda lelaki pembohong dan pendusta.

Dasar Hukum
1) يَحِلُّ الضَّبُّ وَالضَّبْعُ وَالثَّعْلَبُ وَاْلأَرْنَبُ وَالْيَرْبُوعُ (رَوْضَةُ الطَّالِبِينْ: 2/578)
2) وَيَحِلُّ مِنَ الدَّوَابِّ الْوَحْشِ الْبَقَرُ لأَنَّهَا مِنَ الطَّيِّبَاتِ.... وَالظَّبْيُ وَالضَّبْعُ وَالثَّعْلَبُ وَاْلأَرْنَبُ وَالْيَرْبُوعُ وَالْقُنْفُذُ وَالْوَبَرُ وَابْنُ عُرْسٍ (كِفَايَةُ اْلأَخْيَارِ: 2/231)

Mengenal Istilah Qadha, Qadar dan Takdir





Pengertian Qadha dan Qadar.

Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.

Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar
Beriman kepada qada dan qadar adalah menyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua mahluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Dalil – Dalil Tentang Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Ada beberapa dalil al-Quran dan Hadist yang mengharuskan kita untuk beriman kepada Qodho’ Qadhar. Diantaranya:

 Q.S Ar-Ra’d ayat 11 :

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Q.S Al-A’laa ayat 3 :

Artinya :"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”

Takdir

Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

Pembagian Takdir menjadi Takdir Mua’llaq dan Takdir Mubram

a. Takdir mua’llaq

Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. termasuk juga dia tekun berdoa agar cita-citanya tercapai, setelah sekian lama akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian .

b. Takdir mubram

Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dari keluarga raja, lahir dari kalangan petani, lahir sebagai suku jawa, misalnya dll.

Ikhtiar.

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.

Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar.


Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya :
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.



Sunnatullah.

Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

Tawakal

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :

1. Mendapatkan limpahan sifat ‘aziz atau kehormatan dan kemuliaan.
2. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.
3. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
4. Mensyukuri karunia Allah swt. serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya.
5. Memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi setiap persoalan.
6. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah swt.
7. Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat bagi orang lain.

Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar.

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”

b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

d. Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.



Belajah Ilmu Balaghah: Mengenal Macam-macam Informasi dalam Ilmu Balaghah



Kalam terbagi menjadi 2 bagian:

1. Kalam Khabar.
2.  Kalam Insya’

Kalam Khabar adalah perkataan yang mana pembicaranya bisa divonis jujur atau dusta. Lebih simplenya kalam khabar adalah informarsi yang mengandung dua unsur; jujur atau dusta.
Kalam Insya’ adalah lawan dari kalam khabar. Yaitu  perkataan yang mana pembicaranya tidak bisa divonis jujur atau dusta. Semisal ungkapan perintah ( contoh: belajarlah ! ), pertanyaan ( contoh: apakah kamu sudah belajar) dll. Ungkapan semacamnya tidak bisa membuat pelakunya divonis jujur atau dusta.

Tujuan menyampaikan informasi ( kalam Khabar )
Pada dasarnya, ada dua tujuan pokok seseorang menyampaikan informasi ( kalam Khabar ):
1. Menyampaikan kandungan informasi kepada mukhatab (lawan bicara). Tujuan ini dalam istilah balghah dikenal dengan faidatul khabar.

2.  Menyampaikan informasi kepada lawan bicara bahwa ia ( pembicara ) sudah tahu terhadap kandungan informasi yang ia sampaikan.Tujuan ini dalam istilah balaghah dikenal dengan lazimul faidah.
Namun, masih ada beberapa tujuan selain tujuan di atas. Sebagai berikut: 
1.  Istirham ( Memohon belas kasih )
2.  Idzharu al-dha’fi ( Menampakkan kelemahan )
3.  Idzharu al-tahassur ( Menampakkan kesedihan )
4.  Al-Fakhru ( berbangga diri ).

Adhrubul khabar / Macam-macam informasi ( kalam khabar ).

Keragaman  informasi ( kalam khabar ) di pengaruhi oleh kondisi si lawan bicara. 
1. Apabila menginformasikan pada lawan bicara yang belum pernah tahu terhadap informasi yang disampaikan. Maka informasi ( kalam Khabar ) tersebut disebut khabar ibtida’i .
2.  Apabila menginformasikan pada lawan bicara, lalu ia ( lawan bicara ) penasaran dan ingin tahu kepastian dan kebenaran informasi itu, maka si informan dianjurkan men-taukidi informasi yang ia sampaikan, agar si lawan bicara merasa yakin. Informasi yang di sampaikan dalam keadaan ini disebut khabar thalabi. 
3. Apabila menginformasikan pada lawan bicara, lalu ia ( lawan bicara ) tidak percaya atau inkar terhadap informasi tersebut, maka si informan harus men-taukidinya ( menguatkannya dengan sumpah atau yang lain ). Informasi ( yang disampaikan dalam keadaan ini disebut Khabar inkari.

Kesimpulannya. Khabar ada tiga macam 1-khabar ibtida’i 2-khabar thalabi- 3-khabar inkari.
Sumber;  kitab al-balghoh al-wadhihah karya ali jarim dan mustofa amin halaman 137-156. Cetakan al-hidayah.


Ini hanya kesimpulan. Terima kasih anda telah membaca artikel ini.

Tanda-tanda Seseorang Meninngal dalam Keadaan Husnul Khotimah




                Sungguh merupakan kebahagiaan dan merupakan dambaan seorang muslim jika meninggal dunia dalam keadaan Husnul khatimah,(Akhir Hayat yang baik ). Dan hal ini yang selalu di damba-dambakan oleh seorang muslim, baik yang taat maupun yang tidak taat sekalipun. Karena kesemuanya menginginkan nikmat Allah yang tiada tara, yaitu surga.

                Sesungguhnya Shohibus-Syari’at(pembuat Syari’at) yang naha bijaksana telah memberikan tanda-tanda yang jelas tentang Husnul Khatimah. Semoga Allah yang maha kuasa-dengan karunianya-menetapkan-Nya bagi kita, Amin-Amin yamujibas-Sa’ilin.

                Maka, siapa saja yang meninggal dunia dengan salah satu tanda-tanda tersebut, maka berarti baginyalah, berita yang menggembirakan. Diantara tanda-tanda yang menggembirakan tersebut adalah sebagai mana berikut:


Pertama, mengucapkan Syahadat ketika hendak wafat.

Seseorang yang akhir Hayatnya diberi Anugrah oleh Allah , sehingga ia bias mengucapkan kalimat Tauhid maka, ia termasuk orang yang beruntung. Sebagai mana sabda Nabi. لااله الاالله دخل الجنة  "   من كان اخر كلامه” Artinya "Barang siapa yang Akhir ucapan-Nya لااله الاالله  maka ia akan masuk surga.”

Kedua, Wafat dengan mengeluarka keringat di Dahi.

Hal ini berdasarkan Hadits Buroidah.”Bahwasanya beliau sedang berada di Khurosan kemudian ia ingin menjenguk saudaranya yang sedang sakit, ternyata ia mendapatinya telah meninggal dunia dengan keringat di Dahinya, maka ia berkata,  الله اكبر Aku telah mendengar  Rasulullah bersabda.”موت المؤمن بعرق الجبين (رواه احمد) “meninggalnya seorang mukmin itu dengan keringat dahinya”

Ketiga, mininggal dunia malam jum’at atau siang harinya.

Hal ini berdasarkan Hadits nabi Muhammad” ما من مسلم يموت يوم الجمعة او ليلة الجمعة الاوقاه الله فتنة الفبر.”                   tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari jum’at atau pada malam jum’at kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah Kubur”

Ke-Empat, Meninggal dunia karena penyakit tho’un

Tentang hal ini terdapat beberapa Hadits, yang diantaranya adalah” الطاعون شهادة لكل مسلم( رواه مسلم)
“ penyakit tho’un adalah penyebab mati Syahid bagi setiap muslim” Hadits ini bermula dari pertanyaan Anas bin Malik kepada Hafshah binti Sirin. Tentang penyebab wafatnya Yahya bin abi-Amrah. Tho’un merupakan penyakit dari Allah, yang tidak diberikan kepada seorang Mukmin kecuali menjadi rahmat bagi orang tersebut, asalkan ia sabar dan menerima akan Takdir Allah yang maha kuasa.

Kelima, meninggal karena sakit perut.

 Rasulullah bersabda.”"من يقتله بطنه فلن يعذب في قبره(رواه البخاري) barang yang meninggal karena sakit pada perutnya, maka ia tidak akan diAzab didalam kuburnya” Hadits ini bermula dari ceritanya Abdullah bin Yasar bersama sulaiman bin Shurod dan Kholid bin Urfuthoh. Mengenai wafatnya seorang lelaki dikarnakan sakit perut. Dan masih banyak tanda-tanda Husnul Khotimah yang masih belum tertertampung di sini.



Kamis, 27 Oktober 2016

Mengenal Lebih Dekat Jalaluddin ar-Rumi: Sufi Besar dengan Sejuta Sastra



Maulana Jalaludin ar-Rumi (604-672 H./1207-1274 M.)
Merajut Ekstase
dengan Seruling dan Puisi

Di keluasan bumi Tuhan, mengapa engkau tertidur di sebuah penjara?
Abaikan pemikiran-pemikiran rumit, untuk melihat jawaban-jawaban tersembunyi.
Diamlah dari kata-kata untuk meraih kalam abadi.
Tinggalkan “kehidupan” dan “dunia” untuk menyaksikan “Kehidupan Dunia”.
 (Maulana Jalaluddin ar-Rumi)


Di Majelis sang Pembawa Cawan yang ramah, berputarlah
Masuklah ke dalam lingkaran.
Berapa lama engkau mengitarinya? Inilah tawarannya:
Tinggalkan satu kehidupan, raihlah keramahan Penggembala...
Hentikan pikiran kecuali bagi Pencipta Pikiran
Berpikir tentang “kehidupan” lebih baik daripada berpikir tentang roti.

Puisi-puisi religius semacam ini kerap terdengar di awal bulan Desember setiap tahun di Konya, Turki. Kota itu bertambah semarak saja pada tanggal 17 Desember, malam puncak sebuah festival. Malam itu disebut dengan “Sheb-I Arus” yang berarti “Malam Perkawinan”; malam pertemuan seorang hamba dengan Tuhannya.

Malam itu bertepatan dengan malam wafatnya seorang sufi besar, Maulana Jalaluddin ar-Rumi. Ar-Rumi adalah pendiri tarekat Maulawiyah, aliran tarekat yang identik dengan samâ‘ (tarian berberputar yang diiringi musik seruling dan pembacaan puisi-puisi ar-Rumi maupun sufi yang lain), yang bertujuan mencapai ekstase, klimaks dari seluruh tahap pendakian relegius para sufi. Ar-Rumi juga dikenal lewat gubahan syair-syair religiusnya, syair-syairnya kini digandrungi banyak pengamat sastra Eropa dan Amerika.

Latar Belakang

Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Husain ar-Rumi al-Qunawi lahir dari keluarga Persia di Balkh (kini di Afganistan), pada 30 September 1207 M. bertepatan dengan tahun 604 H. Ar-Rumi adalah keturunan generasi ke sembilan dari Khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq .
Ayahanda ar-Rumi, Muhammad bin Muhammad bin Husain (w. 628 H.) memiliki hubungan dengan keluarga Khuwarizm Syah, raja terbesar Dinasti Khuwarizm yang berkuasa di Bukhara dan Samarkand antara tahun 1097-1231 M. Tahun 609 M., ia membawa keluarganya meninggalkan Balkh demi menghindari serangan bangsa Mongol. Mereka sempat berkeliling ke Nisabur (Iran timur laut), Baghdad, Mekah dan kota-kota lain sebelum akhirnya menetap di Konya, ibukota Dinasti Seljuk yang berkuasa di Rum (kini Turki) antara tahun 1077-1296 M. Ayah ar-Rumi sendiri pindah ke Konya karena diminta oleh raja Seljuk, ‘Ala’uddin Kaikobadz (1219-1236 M.).

Dari Pakar Fikih ke Sufi

Ayah ar-Rumi adalah seorang guru besar keagamaan yang mengajar di Konya. Ar-Rumi pertama kali berguru kepada sang ayah, kemudian kepada Bahauddin Muhaqqiq at-Tirmidzi. Setelah Bahauddin wafat, ar-Rumi kemudian menggantikannya mengajar di Konya. Keseluruhannya, ar-Rumi mengajar di empat madrasah di kota itu dan memiliki kurang lebih 4.000 murid.
Ar-Rumi pada mulanya dikenal sebagai pakar fikih bermazhab Hanafi. Ia juga menguasai perbandingan mazhab dan beberapa disiplin ilmu lain. Akan tetapi ar-Rumi kemudian berputar haluan menjadi sufi setelah pada tahun 642 H., ia bertemu dengan seorang darwis misterius, Syamsuddin at-Tabrizi.

At-Tabrizi diyakini memantik ketertarikan ar-Rumi untuk terjun ke dunia tasawuf. Pemikiran at-Tabrizilah yang kemudian banyak menginspirasi ajaran tasawuf yang kelak diusung oleh ar-Rumi melalui tarekat Maulawiyahnya. Sebagai bentuk apresiasi ar-Rumi terhadap at-Tabrizi, Ar-Rumi mendedikasikan salah satu karyanya yang berisi 33.000 bait, “Dîwân asy-Syams at-Tabrizi”, untuk sang guru spiritual.

Ar-Rumi dan al-Matsnawi al-Ma‘nawi

Pada tahun 1997, tabloid Christian Science Monitor menempatkan Maulana Jalaluddin ar-Rumi sebagai penyair paling laris di Amerika. Hal itu tidaklah berlebihan, sebab ar-Rumi dikenal begitu luas sebagai seorang penyair sekaligus mistikus sufi yang memiliki pengaruh paling kuat dalam dunia sastra sufi. Syair-syairnya tidak hanya dibaca oleh penikmat sastra Muslim, tetapi juga oleh kalangan non-Muslim (Barat).

Karya utama Jalaluddin ar-Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah al-Matsnawi al-Ma‘nawi. Buku yang terdiri dari enam jilid ini memuat 25.700 bait puisi karya ar-Rumi.

Al-Matsnawi lahir dan berawal dari persahabatan ar-Rumi dengan Husamuddin al-Halabi. Suatu hari Husamuddin mengutarakan idenya pada Maulana, “Andai saja Engkau menulis sebuah buku seperti Ilâhi Namah milik Sana’i (Abu al-Majd Majdud, w. 1131 M.) atau Manthiq ath-Thair karya Fariduddin al-‘Aththar (w. 627 H.), itu akan menjadi sekumpulan puisi bagi banyak penyanyi keliling. Mereka akan mengisi hatinya dengan hasil karyamu serta mengiringinya dengan gubahan musik.”




Ar-Rumi tersenyum dan mengambil secarik kertas dari lipatan surbannya yang berisi 80 baris dari al-Matsnawi-nya, dimulai dari:
Dengarkan harapan dan dongeng yang diceritakan
Bagaimana itu menyanyikan perpisahan…

Cuplikan sajak yang dilantunkan ar-Rumi rupanya membuat Husamuddin terpesona. Sejak saat itu, Husamuddinlah yang menuliskan sajak-sajak ar-Rumi ketika dia mendeklamasikannya. Proses ini digambarkan oleh Husamuddin: “Ar-Rumi tidak pernah menyentuh pena ketika menulis al-Matsnawi, di manapun dia berada, di madrasah, di taman, kolam renang di Konya, atau di kebun anggur. Aku menulisnya saat dia mendeklamasikannya, siang dan malam dalam beberapa hari. Setiap penyempurnaan dari tiap buku aku membacanya kembali padanya, sehingga dia dapat membenahi apa yang telah ditulis.”

Al-Matsnawi al-Ma‘nawi adalah karya spiritual terbesar yang pernah ditulis manusia. Al-Matsnawi memuat kisah para nabi, ajaran keagamaan dan akhlak. Al-Matsnawi juga berisi penuh dengan spektrum kehidupan di dunia, setiap kegiatan manusia; religi, budaya, politik, perdagangan; setiap karakter manusia dari yang vulgar sampai yang halus –seperti tiruan dari dunia secara detail– juga fabel, sejarah dan geografi. 

Selain al-Matsnawi, karya-karya monumental ar-Rumi lainnya adalah Fîhi Mâ Fîhi (di dalamnya apa yang ada di dalamnya), Maktûbât, serta kumpulan riwayat hidup orang-orang saleh, Manâqib al-‘Ârifîn, yang seluruhnya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajaran tasawufnya.

Tarekat Maulawiyah

Menari merupakan ciri khas tarekat yang didirikan ar-Rumi, Maulawiyah. “Menari tidaklah menyerah pada rasa sakit, seperti butiran debu yang tertiup berputar dalam angin. Menari adalah ketika bangun di dua dunia, menyobek hatimu menjadi serpihan-serpihan dan membangunkan jiwamu,” kata ar-Rumi. Tentang tarian ini ar-Rumi menggambarkan “Seperti gelombang di atas putaran kepalaku, maka dalam tarian suci Kau dan aku pun berputar. Menarilah, oh Pujaan Hati, jadilah lingkaran putaran. Terbakarlah dalam nyala api–bukan dalam nyala lilin-Nya.”

Tarian dan nyanyian yang menjadi praktik ritual khas ala tarekat Maulawiyah ini kemudian masyhur disebut dengan Samâ‘. Dalam praktiknya, beberapa orang sufi masuk ke dalam lingkaran dan menari berputar-berputar secara bersamaan, seraya diiringi musik seruling –sebagai instrumen utama tarekat Maulawiyah–dan pembacaan syair-syair religius gubahan ar-Rumi ataupun sufi lain. Belakangan, tarian ini sangat digandrungi banyak kalangan di dunia Muslim maupun non-Muslim.

Ketika ditanya mengenai tarian Samâ‘-nya yang dinilai melenceng dari syariat, ar-Rumi punya jawaban menarik. Dengan latar belakang sebagai mantan pakar fikih, ar-Rumi berdalih menggunakan kaidah “adh-dharûrât tubîhu al-mahzhûrât” (keadaan darurat menyebabkan hal-hal yang terlarang menjadi boleh). Menurut ar-Rumi, bila untuk memenuhi kebutuhan jasmani saja, sesuatu yang haram bisa menjadi halal karena darurat (seperti daging babi bagi seseorang yang kelaparan sampai hampir mati), lebih-lebih kebutuhan ruhani.  

Salah satu ajaran penting yang juga menonjol dalam tarekat Maulawiyah adalah mengenai wahdat al-wujûd, dalam arti bahwa Tuhan adalah Wujud yang Meliputi. Jadi, wahdat al-wujûd dalam keyakinan ar-Rumi ini tidak seperti yang pemahaman salah orang-orang awam yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah Allah, atau bahwa Allah adalah segala sesuatu.
Ketika ar-Rumi meninggal dunia pada tahun 1273 M., ia meninggalkan putranya, Bahauddin, untuk melanjutkan kepemimpinan tarekat Maulawiyah. Tarekat Maulawiyah kini berkembang pesat di Konya, Turki dan Syria (Suriah).

Hembusan Nafas Terakhir

Maulana Jalaluddin ar-Rumi wafat pada tanggal 5 Jumadal Akhirah tahun 672 H. atau 17 Desember 1273 M. Pada masa hidupnya ia dikelilingi oleh orang-orang dari setiap agama, begitu pula waktu pemakamannya yang dihadiri oleh orang-orang dari berbagai macam kepercayaan.
Seorang Kristen ditanya, mengapa ia menangis begitu pilu atas kematian seorang guru Muslim. Ia menjawab, “Kami menghargainya seperti kami menghargai Musa, Dawud dan Yesus zaman ini. Kami semua adalah para pengikut dan muridnya.”
Pada batu nisan ar-Rumi, tertulis sebuah petuah yang begitu menyentuh, “Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.”


Penulis: Moh. Yasir

Memahami Surat Al-Fatihah dengan Pendekatan Sains


 "Seandainya saya mau, niscaya saya bawakan dari tafsir fatihtul kitab (Al-Fatihah) pada tujuh puluh ekor unta" Sayidina Ali RA (Ihyak Ulumuddin 2/292.

Sekilas Tentang Surah Al-Fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ۝ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ۝ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ۝ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ۝ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ۝
 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ۝ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ۝

Lafadz الْعَالَمِينَ dalam firman Allah “ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “ adalah Jama’ dari lafadz عَالَمٌ yang berarti Sesuatu selain Allah.

Alam terbagi menjadi dua macam yaitu:

1.            Alam atas.

2.            Alam bawah.

ALAM ATAS

                Alam atas mencakup bintang, matahari, bulan, planet dan benda-benda langit lainnya. Di alam atas terdapat bintang Bimasakti yang cahayanya melebihi bintang-bintang yang lain. Bintang ini Nampak terang ketika malam sangat gelap dan bintang ini dikelilingi oleh beberapa bintang dan bintang-bintang yang mengelilingi bimasakti itu dikelilingi bintang-bintang yang lain dan begitu seterusnya. Tentunya bintang yang mengelilingi itu tidak begitu terang dibandingkan bintang Bimasakti begitu juga bintang-bintang setelahnya. Sehingga bintang-bintang setelahnya tidak nampak bersinar karena memang sangat jauh dari pandangan mata. Bintang bimasakti ini diperumpamakan seorang wanita yang sangat cantik yang mengenakan perhiasan dan pakaian yang sangat bagus. Dia mempunyai sepuluh anak perempuan yang berpenampilan jelek, masing-masing anak tadi mempunyai sepuluh anak dan begitu seterusnya hingga mencapai sepuluh milyar anak. Bintang yang mengelilingi Bimasakti diperumpamakan  keturunan wanita tersebut.

                Dalam kitab al-Jawâhir fî ilmi at-Tafsîr diterangkan bahwa jumlah planet ada delapan, Yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Sedangkan dalam kitab al-Mausû’ah (Ensiklopedi Tafsir Sains) tedapat sembilan dengan menambah satu planet yaitu Pluto.

ALAM BAWAH

Alam bawah ini mencakup semua makluk hidup yang berada di bumi (makhluk laut, tumbuh-tumbuhan hewan dan manusia). Ulama’ kontemporer menjadikan laut sebagai sumber untuk memperdalam ilmu sains mereka, agar keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya bisa diketahui. Salah satu bukti penelitian mereka adalah ditemukannya ikan yang sangat aneh yang hanya bisa dijumpai di laut cina. Bila ikan tadi termakan, maka akan menyebabkan tetawa sampai mati. Dan ternyata ikan ini dijadikan alternatif pemerintah cina untuk mengeksekusi orang-orang yang bersalah, meskipun mereka membelinya dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Jauh beberapa mil dari permukaan laut ditemukan juga ikan yang memancarkan sinar. Pancaran sinar tadi ditimbulkan dari dua organ tubuh. organ tubuh pertama, berfungsi untuk mengeluarkan cahaya dengan digerak-gerakkan lalu cahaya tadi di transfer pada organ tubuh kedua dan kemudian organ tubuh kedua-lah yang membiaskan cahaya tadi, sehingga ikan tersebut mampu mengeluarkan cahaya dalam dasar lautan. Dua penemuan tadi hanya sebagian kecil dari keajaiban yang terdapat di dasar laut. Tentunya masih banyak keajaiban-keajaiban lain yang masih belum terungkap. Suhânallâh.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Dalam ayat ini dapat disimpulkan bahwa Hidayah terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1.            هداية الغريزة   (Hidayat Insting)

Hidayah ini adalah hidayah yang diperoleh secara langsung tidak melalui proses pembelajaran yang meliputi beberapa hal dibawah ini:
·         Hewan-hewan ketika berangkat pagi hari mencari makanan dan kembali pulang dalam keadaan kenyang.

·         Anak saat menyusu pada ibunya.

·         Lebah madu ketika membuat sarangnya yang berbentuk persegi enam dengan tatanan yang sangat bagus dan sulit ditiru oleh arsitek manapun.
Makanya, Ketiga hidayah tadi disebut hidayah Insting.

2.            هداية العقلاء الأولية  

Hidayah ini adalah hidayah yang berfungsi untuk membedakan antara hal yang baik dengan yang buruk, dan yang bermanfaat dengan yang berbahaya.

3.            هداية معرفة العلوم وفهمها

Hidayah ini adalah hidayah yang berfungsi agar bisa mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan.

4.            الملكة الراسخة هداية

Hidayah ini adalah hidayah yang mengarah pada bakat dan kempampuan yang dimiliki seseorang. Dengan hidayah ini, apa yang sudah diketahui mampu disimpan dan kapan saja bisa tampilkan kembali. Hidayah ini dibantu oleh tingkat kecerdasan dan kelihaian dalam melatih sebuah bakat yang sudah dimiliki.

Hidayah nomor satu dan dua ini, bisa dimiliki semua makhluk hidup, namun untuk hidayah nomor tiga dan empat, hanya bisa dimiliki oleh manusia saja. Kedua hidayah inilah yang dimaksudkan dalam pengertian ayat diatas.

الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم yang dimaksud disini adalah jalan lurus yaitu jalan tengah ( طريق الوسط)

                Dalam ilmu Akhlaq jalan ini dikenal dengan عفة  (titik tengah antara terjerumus kelembah syahwat dan kefasikan), شجاعة (titik tengah antara membabi buta dan pengecut), dan حكمة (titik tengah antara kepandaian dan kebingungan) dan عدل (keseimbangan). Bisa disimpulkan bahwa jalan yang ditempuh orang Islam adalah jalan tengah yang dimaksud dalam ayat di atas. Terbukti orang Yahudi mengambil jalan ceroboh (تفريط) dengan meyakini nabi Isa As adalah hasil dari zina, orang Nasrani mengamil jalan belebihan (إفراط) dengan meyakini nabi Isa As adalah tuhan, dan orang Islam mengambil titik tengah (الوسط) dengan meyakini kenabian nabi Isa As dan termasuk salah satu dari Utusan Allah yang dijaga kemuliannya.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
                               
Pada ayat diatas, yang dimaksud dengan الَّذِينَ أَنْعَمْتَ adalah para nabi dan pewarisnya serta orang yang ikhlas diantara bani Adam dan أَنْعَمْتَ adalah nikmat akal, hikmah, harta, sahabat, keluarga, pembantu dan kesehatan jasmani dan rohani. Nikmat tertinggi adalah akal dan hikmah dan nikmat terendah adalah harta yang berfunsi untuk menjaga tiga nikmat setelahnya. Sekaligus nikmat tertinggi tadi menjadi pengertian dari nikmat dalam ayat diatas. غَيْرِ الْمَغْضُوب (bukan jalan-jalan orang yang dimurkai Allah yaitu orang-orang Yahudi) dan yang dimaksud وَلَا الضَّالِّين (bukan jalan orang-orang yang tersesat yaitu orang Nasrani).dalam pengertian lain الَّذِينَ أَنْعَمْتَ diarahkan pada orang yang taat, الْمَغْضُوبِ pada orang-orang yang bermaksiat dan الضَّالِّين pada orang-orang yang bodoh atau tolol. Wa-Allâhu A'lam bî as-Shawâb.



Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...