Kamis, 28 Maret 2024

Memahami Poligami (Part-II)

 

Poligami dalam Agama Samawi.

Jika kita merujuk pada literatur sejarah, kita akan dapat melihat dengan terang, seterang matahari pada jam 12, bahwa poligami bukanlah inovasi agama Islam. Sebab, bagaimanapun, sejarah telah mengenalnya sejak dahulu. Poligami telah lama dikenal, khusunya di kalagan Bani Israil. Dalam kitab Talmud, misalnya, dijelaskan bahwa Nabi Dawud  memiliki 99 istri dan menggenapkannya menjadi seratus dengan menikahi istri panglima perangnya, Yoriya. Demikian halnya dengan Nabi Sulaiman . Beliau memiliki 700 orang istri dari kalangan perempuan merdeka dan 300 istri dari kalangan perempuan sahaya.

Dalam al-Mustadrak-nya  al-Hakim menceritakan dari Abi Ma’syar dari Muhammad bin Ka’ab, ia berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa Nabi Sulaiman  memiliki seribu rumah yang terbuat dari kaca. Di dalamnya terdapat tiga ratus wanita merdeka dan tujuh ratus budak perempuan.”

Imam Bukhari dan Muslim menceritakan dalam kitab shahih-nya dari Abi Hurairah  dari Rasulullah : “Bahwa Nabi Sulaiman  menggilir istri-istrinya dengan cara berkeliling dalam satu malam. Agar dari setiap istri-istrinya itu terlahir seorang kesatria yang berjuang di jalan Allah .”

Diriwayatkan pula dari al-Bukhari  bahwa Nabi Sulaiman  bin Dawud  berkata: “Aku berkeliling setiap malam untuk meggilir istri-istriku supaya dari masing-masing mereka lahir seorang kesatria yang berjuang di jalan Allah .” Kemudian  para raja berkata kepada Sulaiman , “Ucapkanlah insya Allah.” Lalu Nabi Sulaiman  tidak mengucapkannya karena lupa. Sehingga tak seorangpun dari istrinya yang memberinya keturunan. Nabi  bersabda: “Andaikan Nabi Sulaiman  mengucapkan insya Allah niscaya dia tidak akan melanggar sehingga hajatnya akan terpenuhi.”

Selanjutnya, Injil diturunkan kepada Nabi Isa  untuk menetapkan, menyempurkan dan meluruskan ajaran-jaran Taurat yang telah didistorsi oleh Bani Israil. Dalam pada itu, Nabi Isa  bersabda: “Jangan kalian kira kedatanganku untuk menghapuskan ajaran-ajaran nabi sebelumku. Aku datang bukan untuk menghapuskannya, melainkan untuk menyempurkannya.

Memahami sabda Nabi Isa  ini, dapt dipahami bahwa risalah yang dibawa oleh beliau adalah untuk menyempurkan ajaran dalam syariat sebelumnya, termasuk di anaranya adalah poligami. Sehingga, dengan demikian, ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa  tidak melarang terhadap praktek poligami. Selain itu memang tidak ditemukan teks yang tegas di dalam kitab Injil yang melarang terhadap poligami. Di dalam Injil hanya terdapat anjuran yang berbunyi demikian: “Sesungguhya Allah menciptakan seorang istri bagi setiap laki-laki.” Dan ini, tentu saja, tidak bisa dijadikan dasar untuk melarang poligami. Ungkapan tersebut hanya memuat anjuran untuk monogami, dan ini juga diterima oleh agama Islam.

Dalam hal ini Dr. Ali Abdul Wahid Wafi menegaskan bahwa tidak ada korelasi apapun antara agama Nasrani dengan pengharaman poligami, sebab tidak ditemukan teks yang jelas di dalam Injil yang melarang poligami. Memang, penduduk Kristen Eropa kuno pernah memberlakukan undang-undagn monogmi, akan tetapi hal itu lebih disebabkan oleh tranformasi budaya yang diadopsi dari kaum paganisme Eropa yang merupakan tempat lahirnya agama Kristen. Budaya ini terus diterapkan meskipun masyarakat Eropa telah banyak yang memeluk agama Kristen. Dengan demikian, pemberlakuan sistem monogami sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah agama, melainkan suatu pemberdayaan budaya yang telah diproduk oleh para pendahulu mereka.

Jadi, pada hakikatnya, poligami bukanlah suatu hal yang baru dalam sejarah peradaban umat manusia. Sebab, bagaimanapun, ia telah dikenal di berbagai penjuru dunia, peradaban, dalam setiap generasi dan agama. Karena itu, perlu kami tegaskan kembali bahwa Islam bukanlah agama yang berinovasi menciptakan sistem poligami; Islam hanya mengakui dan merevisinya dengan serangkain peraturan-peraturan yang cukup ketat, dan karakter semcam ini tidak pernah ditemukan dalam agama-agama sebelumnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adab-adab berdoa

Adab-adab berdoa  Doa berarti memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala terhadap sesuatu yang bersifat baik. Seperti berdoa m...