Sementara itu, Ahlussunnah wal Jamaah, sebagai mayoritas umat Islam, memiliki tradisi pemikiran dan metodologi sendiri dalam memahami teks-teks keislaman dan menyikapi persoalan kepemimpinan umat. Perbedaan-perbedaan yang muncul tidak hanya menyangkut persoalan politik dan sejarah, tetapi juga menyentuh aspek teologi, fikih, dan spiritualitas.
Melalui tulisan ini, kita akan menelusuri akar perbedaan dan persamaan antara Syiah Zaidiyah, Imamiyah, dan Ahlussunnah, dengan pendekatan yang objektif dan ilmiah. Tujuannya bukan untuk menajamkan perpecahan, melainkan untuk membuka ruang dialog, saling pengertian, dan memperkuat ukhuwah di tengah keragaman yang ada dalam tubuh umat Islam.
Syiah Zaidiyah
Syiah Zaidiyah adalah salah satu sekte utama dalam mazhab Syiah, yang memiliki pandangan teologis dan politik yang cukup unik serta berbeda dari Syiah Imamiyah (Itsna ‘Asyariyah/12 Imam) maupun Syiah Ismailiyah.
Asal-usul dan Nama
Nama Zaidiyah diambil dari Zaid bin Ali Zainal Abidin, cucu dari Imam Husain bin Ali. Ia dianggap sebagai imam yang sah oleh pengikutnya setelah ayahnya (Ali Zainal Abidin). Zaid bangkit melawan kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 740 M, tetapi pemberontakannya gagal dan ia gugur sebagai syahid.
Ciri Khas dan Ajaran Utama Zaidiyah
1. Imamah Berdasarkan Aktivisme Politik
Tidak seperti Syiah Imamiyah yang meyakini imam harus ditunjuk langsung oleh Allah dan maksum, Zaidiyah berpendapat seorang imam bisa dari keturunan Hasan atau Husain, asalkan ia alim dan bangkit menegakkan keadilan, terutama dengan cara melawan penguasa zalim.
Oleh karena itu, Zaidiyah mengakui keimaman Zaid, dan menolak Imam Muhammad al-Baqir karena ia tidak memberontak.
2. Konsep Imam
Tidak hanya terbatas pada 5, 7, atau 12 imam seperti dalam sekte Syiah lainnya.
Siapa pun dari Ahlul Bait (Hasan/Husain) yang memenuhi syarat kepemimpinan dan menyerukan revolusi dianggap layak menjadi imam.
3. Kedekatan dengan Sunni
Secara fiqih dan aqidah, Zaidiyah sangat mirip dengan Sunni, terutama mazhab Hanafi.
Mereka tidak meyakini kemaksuman imam, tidak meyakini raj’ah (kembalinya imam), dan tidak menekankan pada taqiyah (penyembunyian keyakinan).
Mereka mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, meskipun menganggap Ali lebih utama.
4. Pandangan terhadap Sahabat
Zaidiyah tidak mencaci maki sahabat seperti sebagian kelompok ekstrem Syiah lainnya.
Mereka bersikap lebih toleran dan historis dalam menilai perbedaan politik di masa awal Islam.
Penyebaran dan Pengaruh
Yaman adalah pusat utama Zaidiyah, terutama di wilayah utara seperti Sa’dah.
Pernah mendirikan Negara Zaidiyah di Yaman (Imamah Yaman) yang berdiri dari abad ke-9 hingga abad ke-20 (berakhir 1962 M).
Saat ini, sebagian besar pengikut Zaidiyah adalah kaum Houthi yang terlibat dalam konflik politik dan militer di Yaman.
---
🔹 Perbedaan Zaidiyah vs Syiah Imamiyah
Aspek Zaidiyah Syiah Imamiyah (Itsna Asyariyah)
Imam Tidak maksum, harus revolusioner Maksum, ditunjuk oleh Allah
Jumlah Imam Tidak terbatas, bisa lebih dari 12 Hanya 12 imam
Pandangan ke Sahabat Tidak menghujat Abu Bakar dan Umar Mengkritik keras Abu Bakar dan Umar
Fiqih Mirip Hanafi (Sunni) Fiqih Ja'fari
Taqiyah Kurang ditekankan Sangat ditekankan
Kesimpulan
Zaidiyah adalah bentuk moderat dari Syiah yang menjadi jembatan antara Sunni dan Syiah. Mereka menekankan pada keadilan sosial dan penegakan kebenaran melalui tindakan, bukan hanya nasab atau doktrin kemaksuman. Meskipun berakar dalam Syiah, ajaran dan praktik mereka lebih dekat dengan arus utama Sunni, sehingga mereka memiliki peran unik dalam sejarah Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar