Al-Auza'i berkata: "Bila engkau mendengar seseorang berkata buruk tentang orang lain, maka ketahuilah bahwa ia sebenarnya mengatakan: aku lebih baik dari dia" (Muhammad Ismail Al-Muqoddam, Al-I'lam bi hurmati ahli al-Ilmi wa Al-Islam, 359)
Berikut penjelasannya:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang yang gemar membicarakan keburukan orang lain, entah itu dalam bentuk gosip, kritik, atau sekadar komentar negatif. Namun, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: apa yang sebenarnya sedang disampaikan oleh orang tersebut, tanpa ia sadari?
Al-Auza'i berkata:
إذا سمعت أحداً يقع في غيره فاعلم أنه إنما يقول أنا خيرٌ منه
"Bila kamu mendengar seseorang berkata buruk tentang orang lain, maka ketahuilah bahwa ia sebenarnya sedang berkata: 'Aku lebih baik dari dia.'"
Makna Tersembunyi di Balik Cacian
Ketika seseorang menjelek-jelekkan orang lain, maka paling tidak ada dua poin tersirat dibalik omongan tersebut:
Pertama, ia melakukan ghibah yang didefinisikan sebagai
ان يذكر الإنسان عيب غيره من غير محوج إلى ذكر ذلك
Menyebutkan kekurangan orang lain tanpa faktor yang mendesak untuk menyebutkannya (Al-Qohthoni, Afatul lisan 1/8)
Ghibah adalah suatu perangai yang harus dihindari oleh setiap muslim. Allah berfirman:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS Al-Hujurat:12)
Dalam sebuah hadis disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut Engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘ Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya" (HR Al-Bukhari & Muslim)
Kedua, ia seolah sedang membuat perbandingan tidak langsung, antara dirinya dan orang yang dikritiknya. Ia sedang menempatkan dirinya di posisi yang lebih tinggi, lebih benar, lebih baik, atau lebih layak dihormati.
Contohnya, ketika seseorang berkata, "Dia itu pemalas, tidak bisa diandalkan," secara tidak langsung dia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok yang rajin dan bisa dipercaya. Tanpa sadar, ia sedang mempromosikan dirinya sendiri lewat celaan terhadap orang lain. Inilah bentuk kesombongan yang tersembunyi dalam bentuk ucapan sehari-hari.
Kesombongan yang Terselubung
Berbeda dengan orang sombong yang terang-terangan membanggakan dirinya, orang yang senang membicarakan aib orang lain menyamarkan kesombongannya dalam bentuk kritik sosial atau "kejujuran". Padahal, niat di baliknya sering kali bukan untuk memperbaiki, melainkan untuk meninggikan diri dengan merendahkan orang lain.
Dan ini adalah sifat yang sangat halus, kadang dilakukan tanpa sadar. Tapi bahayanya justru di situ: kesombongan yang tidak disadari sulit untuk diperbaiki, karena orang merasa dirinya sedang berada di pihak yang benar.
Fokus kepada orang yang digunjing
Sering kali, saat mendengar seseorang digunjingkan, fokus kita tertuju pada orang yang dibicarakan: apakah dia memang seperti itu? Apakah kesalahannya benar?
Namun, yang seharusnya lebih kita waspadai justru adalah orang yang senang menyebarkan keburukan. Bukan hanya karena itu merusak kehormatan orang lain, tapi karena hal itu menunjukkan sifat angkuh dan merasa diri paling benar. Jika tidak hati-hati, kita bisa ikut terjerumus dalam budaya saling merendahkan ini, entah sebagai pendengar pasif, atau pengikut aktif.
Penutup: Ubah Kritik Jadi Cermin
Daripada sibuk membahas aib orang lain, lebih baik kita gunakan waktu untuk berintrospeksi. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata:
من أبصر عيب نفسه شغل عن عيب غيره
"Orang melihat kekurangan sendiri maka dia tidak akan sempat mengumbar kekurangan orang lain" (Sirojul Muluk, 28)
Jika kita benar-benar lebih baik dari orang lain, tak perlu diumumkan lewat kata-kata. Biarlah akhlak, kerja keras, dan keikhlasan yang bicara.
Karena orang yang benar-benar mulia, tidak butuh merendahkan orang lain untuk terlihat tinggi. Sebaliknya, ia akan menjaga lisannya, karena tahu bahwa kesombongan bukan hanya soal sikap, tapi juga tersembunyi dalam setiap kalimat yang menjatuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar