Minggu, 31 Agustus 2025
SAYIDINA ABU BAKAR TIDAK RASIONAL?
Perbaiki Bahteramu, Maka Amalmu akan baik
Uji duru baru puji
Sabtu, 30 Agustus 2025
10 kiat menjadi guru disiplin
Jumat, 29 Agustus 2025
Menelusuri Perbedaan Ahlussunnah Syiah Zaidiyah & Isna Asyariyah (Part-I)
Saat Kontrol Datang Lewat Cara Tak terduga
Rabu, 27 Agustus 2025
Satu Kalimat yang Bisa Menyelamatkan Hubungan
Di Balik Gunjingan Terdapat Sebuah Kesombongan Yang Tersembunyi
Selasa, 26 Agustus 2025
Strategi Menjaga Ketenangan Saat Merasa Dipojokkan
Senin, 25 Agustus 2025
14 Fakta Psikologi yang Jarang Diketahui, Bikin Kamu Tercengang
Minggu, 24 Agustus 2025
Seni Mendengarkan: Keterampilan Sederhana Yang Bisa Membuat Temanmu Nyaman
Harga Diri: Harta Termahal Bagi Orang Mulia
Sabtu, 23 Agustus 2025
Cara Mengenali dan Menghadapi Orang Manipulatif
Rendah Hati Tanpa Rendah Diri: Kunci Sukses Tanpa Ada Yang Tersakiti
Rendah Hati Tanpa Rendah Diri: Kunci Sukses Tanpa Ada Yang Tersakiti
"Rendah hatilah tanpa harus rendah diri" (Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah 69)
Berikut penjelasannya:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada dua sikap yang terlihat mirip, namun sejatinya sangat berbeda: rendah hati dan rendah diri.
Keduanya melibatkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Namun, satu membawa pada kebaikan, dan satunya bisa menjatuhkan diri sendiri.
Rendah Hati: Kekuatan yang Terlihat Lembut
Rendah hati adalah sikap ketika seseorang tidak merasa lebih baik dari orang lain meskipun memiliki kelebihan, pencapaian, atau posisi tinggi. Orang yang rendah hati bersikap sopan, menghargai pendapat orang lain, dan tidak merasa perlu membanggakan diri.
Sikap ini mencerminkan kedewasaan dan kekuatan batin. Justru karena ia tahu nilainya, ia tidak perlu menunjukkannya. Ia memberi ruang bagi orang lain untuk tumbuh dan merasa dihargai.
Rendah Diri: Perasaan Tak Layak yang Melemahkan
Berbeda dengan rendah hati, rendah diri adalah perasaan minder atau merasa tidak cukup baik dibandingkan orang lain. Orang yang rendah diri sering meragukan kemampuannya sendiri, merasa tidak pantas, dan takut bersuara. Sikap ini bukan lagi bentuk kerendahan hati, melainkan bentuk penolakan terhadap nilai diri sendiri.
Rendah diri dapat menghambat potensi, melemahkan semangat, bahkan menyebabkan seseorang kehilangan arah hidup.
Mengapa Kita Harus Membedakan Keduanya?
Karena banyak orang yang ingin menjadi rendah hati, tapi akhirnya jatuh dalam perangkap rendah diri. Mereka menahan diri bukan karena bijak, tapi karena merasa tidak pantas. Mereka menghindar bukan karena sabar, tapi karena merasa tidak mampu.
Padahal, kerendahan hati seharusnya tumbuh dari kekuatan, bukan dari ketakutan. Seseorang bisa tetap sopan, santun, dan menghormati orang lain, sembari tetap percaya diri, tegas, dan menyadari nilai dirinya.
Bagaimana Menjadi Rendah Hati Tanpa Merendahkan Diri Sendiri?
1. Kenali nilai dirimu.
Ketahuilah bahwa setiap orang punya kelebihan. Rendah hati bukan berarti kamu harus pura-pura bodoh atau lemah.
2. Hormati orang lain tanpa membandingkan.
Menghormati bukan berarti kamu lebih rendah. Itu tanda kebesaran jiwa.
3. Bicara dengan tenang, bukan takut.
Suaramu berhak didengar. Sampaikan dengan bijak, bukan dengan rasa minder.
4. Terima kritik tanpa kehilangan jati diri.
Rendah hati membuatmu terbuka terhadap masukan, tapi rendah diri membuatmu hancur karenanya.
Penutup
Menjadi pribadi yang seimbang merupakan ajaran Islam, termasuk di dalamnya adalah tawadhuk, hal itu merupakan cerminan bersikap besar dalam jiwa, namun tidak merasa paling hebat. Merasa cukup dalam hati, namun tetap bersinar tanpa harus menjatuhkan orang lain dan tanpa menjatuhkan diri sendiri.
Kuncinya bukan menyembunyikan kelebihan, tapi menggunakannya dengan cara yang bijak dan bersahaja.
Jumat, 22 Agustus 2025
Jika Ingin Sukses Jangan Bongkar Resep & Rahasiamu
Kamis, 21 Agustus 2025
Hati-hati dengan teman penyebar
Hati-Hati dengan Pembawa Omongan Buruk
“Orang yang mengumpatmu adalah orang yang menyampaikan umpatan orang lain kepadamu.” (Al-Absyihi, Al-Mustathraf 37)
Berikut penjelasannya:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak jarang menjumpai orang yang datang membawa kabar buruk: “Si A tadi ngomong jelek tentang kamu,” atau “Katanya kamu begini dan begitu.” Sekilas, orang seperti ini terlihat seperti sedang membelamu, menyampaikan agar kamu waspada. Tapi benarkah demikian?
Dalam ungkapan Arab disebutkan:
سَبَّكَ مَنْ بَلَّغَكَ السَّبَّ
Artinya: “Orang yang mengumpatmu adalah orang yang menyampaikan umpatan orang lain kepadamu.”
Maknanya dalam. Orang yang datang membawa umpatan orang lain sebenarnya sedang menyakiti hatimu, sama seperti orang yang mengumpatmu langsung. Bahkan bisa jadi lebih parah, karena dia membuka pintu kebencian, menyebar luka, dan merusak hubungan antara sesama.
Dalam ajaran Islam, hal ini dikenal sebagai namimah atau yang sering kita sebut adu domba yang berarti menyampaikan omong orang lain dengan tujuan untuk menimbulkan permusuhan. Dan ini merupakan dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يدخل الجنة نمام
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (HR. Muslim)
Mengapa pembawa kabar buruk ini dianggap sebagai pengumpat juga?
Karena:
1. Dia menyebarkan aib yang seharusnya ditutup.
2. Dia menambah beban pikiranmu dengan informasi yang tidak membangun.
3. Dia membuat hubunganmu dengan orang lain menjadi retak.
Orang bijak justru akan menyaring kabar yang ia dengar. Bila mendengar keburukan tentang temannya, dia akan menyimpannya, menasihati dengan lembut jika perlu, dan menjaga hubungan agar tetap baik. Bukan malah menyebarkannya ke pihak yang disebut-sebut.
Kesimpulan:
Berhati-hatilah bukan hanya pada orang yang mengumpatmu di belakang, tapi juga pada orang yang datang menyampaikan umpatan itu kepadamu. Kadang, musuh berpakaian seolah-olah teman. Bijaklah dalam menanggapi setiap kabar, dan jangan biarkan hatimu dipenuhi oleh bisikan yang merusak. Karena tidak semua kabar perlu sampai ke telingamu. Dan tidak semua yang tampak peduli, benar-benar tulus dalam hatinya.
Rabu, 20 Agustus 2025
Aktivitas pasca makan sesuai tuntunan Rasulullah
Jangan Pernah Menunda Kebaikan
Minggu, 17 Agustus 2025
Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan
Jumat, 15 Agustus 2025
Jika Seorang Pencuri Ingin Memperbaiki Diri
Jaminan Allah bagi Pembaca al-Qur’an: Selamat di Dunia dan Akhirat
Kamis, 14 Agustus 2025
Menguasai Bahasa Tubuh: Seni Memimpin Percakapan Tanpa Banyak Kata
Rabu, 13 Agustus 2025
Berkatalah baik atau diam
Selasa, 12 Agustus 2025
Ujian Punya Pasangan Unggul
Kemuliaan seorang terletak pada kemandiriannya
Senin, 11 Agustus 2025
AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR
Menanam Kebaikan, Menuai Kebaikan: Sebuah Konsekuensi Dalam Kehidupan
Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah
Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah 1. Pengantar Salah satu sisi keindahan susunan al-Qur’an adal...
-
ULAMA WANITA NUSANTARA YANG MENDUNIA. Syaikhoh Khairiyah binti Hadrotus Syekh Hasyim Asy'ari adalah penyambung sanad keilmu...
-
*Deskripsi Masalah* Dalam masalah ilmu banyak perbedaan pendapat dan kadang banyak penafsilan penafsilan yang teruraikan sesuai hukum yang ...
-
Sikap Nabi ﷺ Terhadap Hal yg Baru Dalam Agama Ketika menemukan hal-hal yg baru dalam agama (bid'ah), para ulama mengajarkan...