Kemarin malam untuk pertama kalinya aku sampai di Ji'ranah yang merupakan salah satu dari 3 tanah halal yang menjadi Miqot Makani Ibadah Umrah. Menurut Madzhab Syafii tempat ini adalah tempat terbaik untuk memulai Ibadah Umrah.
Meski baru kali ini menginjakkan kaki di Ji'ranah, nama ini ternyata mengingatkanku akan sebuah memori di masa lalu, entah di tahun berapa aku tak ingat pasti..
Cerita bermula dari rasa simpatiku kepada 'seseorang' yang tanpa kusadari makin menguat secara perlahan dari hari perhari. ia dekat denganku dan sepertinya ia memiliki rasa yang sama. namun ternyata aku terlalu berbaik sangka padanya, ia ternyata mulai dekat dengan 'orang baru'. Perhatiannya padaku berkurang dan sialnya perasaanku padanya sudah terlanjur menyerap dalam ke lubuk hati.
Aku sadar dan aku harus mengambil keputusan. akhirnya aku memilih untuk meninggalkan dan melupakannya. Aku Pasti bisa.. Aku menghafal dan memahami banyak kitab, aku juga selalu mendapat nilai terbaik di kelasku. Masa urusan 'sepele' ini saja aku tak bisa ? Aku yakin aku akan mendapatkan jalan keluar dari kitab-kitab yang menjadi teman akrabku tiap harinya..
Aku mulai perjuanganku untuk melupakannya dengan membuka kitab yang berisi petuah-petuah Al Imam Assyafi'i Imam Madzhabku. Disitu aku temukan sebuah maqolah :
و من الشقاوة أن تحب # و من تحب يحب غيرك
"Kecelakaan dan kesialan itu ketika engkau mencintai seseorang akan tetapi ia malah mencintai orang lain.. "
"Duh.. ! Baiklah Imam.. Aku memang mengalami hal itu.. Tapi bagaimana solusinya.. ? " Aku bergumam..
Aku terus mencari solusi dalam karya-karya beliau. Dan ternyata beliau bukan hanya menakut-nakuti, dalam 'Diwan'-nya ia memberikan jalan keluar dalam bait-bait syair yang sering dinyanyikan oleh Muhammad Alhaddad penyanyi asal Mesir itu :
إذا المرأ لا يرعاك إلا تكلفا * فدعه و لا تكثر عليه تأسفا * ففي الناس إبدال و في الترك راحة * وفي القلب صبر للحبيب إذا جفا
"Ketika seseorang hanya memberimu perhatian karena terpaksa, maka tinggalkanlah ia dan jangan kau risaukan. Banyak yang akan menggantikan, engkau akan merasa tenang jika kau tinggalkan, dan hatimu akan sabar meski kekasih mencampakkan.. "
Tinggalkan.. Jangan pedulikan.. Jangan risaukan. Sebuah motivasi yang indah, sama seperti nasehat move on yang aku dengar dari Mario Teguh waktu itu. namun ternyata realita tak semudah kata-kata, aku masih belum bisa melupakan dan mencampakkan perasaanku padanya. Aku terus mengejar jalan keluar, dan rasa ini semakin hari makin menjadi saja.. Aku buka kitab Ma'annas kitab kumpulan fatwa-fatwa Syaikh Romadhon al-Buty. Dan yess ! Aku menemukan pertanyaan seorang mahasiswa yang curhat dan meminta cara kepada Syaikh Romadhon al-Buty untuk bisa melupakan perasaannya kepada seorang gadis di kampusnya. Namun sayang beliau malah menjawab :
"Aku sama sekali tak memiliki cara untukmu agar melupakannya. Satu-satunya jalan terbaik adalah melamar dan menikahinya.. "
Tuh kan.. Bahkan sekelas Syaikh Romadhon al-Buthy saja menyerah untuk menangani masalah seperti ini.. Aku benar-benar makin terpuruk. Aku mulai membuka kitab-kitab 'suwuk' yang menawarkan berbagai obat bagi segala penyakit. aku buka kitab 'Arrahmah Fitthibi wal Hikmah ' Karya Imam Shuyuti. Disitu beliau menyebutkan sebuah penyakit ' Maradhul 'Isyqi ' - penyakit cinta-. Beliau jelaskan definisinya, gejala-gejalanya dan dampak-dampaknya. Beliau lalu memberikan rajah-rajah yang bisa dibaca atau dijadikan jimat untuk mengobati penyakit ini. aku menulis rajah-rajah itu meski aku tidak begitu yakin itu bisa menjadi penawar perasaanku ini..
Keadaanku semakin parah.. Wajahku pucat dan badanku bertambah kurus. Aku sulit tidur dan tak mempunyai nafsu makan. Sudah berhari-hari aku tak sarapan. Aku sudah menanyakan dan menceritakan masalah ini kepada para sahabat-sahabatku. Sebagian memahami tapi banyak juga yang menertawakan. Ah mereka memang jago dalam membaca dan memahami kitab tapi tau apa mereka akan masalah ini ? Mereka hanya bisa menerka, aku yang merasakan dan Hanya aku yang tau bahwa perasaan ini benar-benar mengerikan..
Di sore itu aku duduk sendirian di lapangan basket layaknya orang linglung. Aku tak tau lagi kemana harus melangkah. tapi aku masih bertahan, aku belum menyerah dan yang yang terpenting aku tidak menangis hanya gara-gara perasaan sialan ini.. Meskipun lagu Virgoun yang sedang ngehits di zaman itu terus saja menggelitik hati..
"Engkau yang sedang patah hati.. Menangislah dan jangan ragu ungkapkan.. "
Entah sudah berapa banyak kitab, wirid, dan bacaan-bacaan yang telah kubuka dan kubaca. Ketika semua pintu seakan sudah tertutup.. Aku hanya bisa pasrah dan berserah. Aku yakin ada ribuan hikmah di balik ujian ini. Allah sedang ingin menegur kejumawaanku. Aku yang selama ini merasa telah memiliki semuanya dan mengetahui banyak hal harus tertunduk lemas hanya karena setetes perasaan.
"Ya Allah.. Jika memang dengan setetes rasa ini Engkau ingin menunjukkan kelemahan, kebodohan, dan ketidak berdayaan hamba-Mu ini.. Maka sudah aku akui semua itu dihadapan-Mu saat ini. Lepaskanlah Hamba-Mu ini dari jeratan perasaan ini Wahai Dzat Yang hatiku ada dalam genggaman-Nya.. " dan akhirnya dalam sujudku di sepertiga malam itu mataku merembes mili..aku menangis sejadi-jadinya..
Aku telah berkali-kali melewati hal-hal sulit dalam hidup ini. Tapi bagiku ujian "Perasaan" adalah yang tersulit dan terberat. melupakan perasaan begitu saja bisa dikatakan adalah suatu yang mustahil. Menetralkan perasaan betul-betul membutuhkan waktu, layaknya ketika kita mengharap matahari segera terbit sedangkan rembulan masih menggelantung di sepertiga malam. Yang bisa kita lakukan hanya menunggu dan menunggu. Seraya terus meyakini bahwa ketetapan-Nya adalah yang terindah dan terbaik..
Sekarang.. Meski telah benar-benar bisa melupakan masa-masa sulit itu, Aku masih ingat suatu kisah yang waktu itu aku baca dalam kitab 'cinta' karya Ibnu Qayyim. "Raudhatul Muhibbin" namanya. dalam kitabnya itu beliau menuturkan bahwa suatu hari seorang Alim nan Faqih bernama Abu Assaib Almakhzumi terlihat berdiri khusu' tepat di depan Ka'bah, ia berdoa :
"Ya Allah.. Kasihanilah orang-orang yang sedang mencinta dan Lunakkanlah hati orang-orang yang mereka cintai agar dapat menerima cinta mereka.. "
Seorang yang mendengar doanya itu terheran-heran dan bertanya :
"Di tempat suci ini engkau berdoa seperti itu.. ? "
Abu As-saib menjawab :
"Mendoakan mereka lebih baik dan lebih utama daripada melaksanakan ibadah Umrah dari Ji'ranah .. "
Dan dua malam lalu di Ji'ranah.. Memori itu tiba-tiba terlintas kembali..
*Kisah setengah fiksi, diilhami dari pengalaman yang sedikit dilebayisir :)
Mekkah, 4 September, 2018.
Ditulis oleh Lora Muhammad Ismael al-Kholili dengan sedikit perubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar