Hukum berkurban menurut agama
Dalam kitab Matan Abu Syuja’ (Taqrib) dijelaskan:
وَالْأُضْحِيَّةُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ
Berqurban hukumnya sunnah muakkad
Keterangan : Dalam kitab al Iqna fii Halli Alfaazhi Abi Syujaa’ juz II halaman 278, cetakan Al Ma’aarif / juz II halaman 588, maktabah syamilah, dijelaskan:
وَالْأُضْحِيَّةُ ) بِمَعْنَى التَّضْحِيَةِ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ لَا الْأُضْحِيَّةِ كَمَا يُفْهِمُهُ كَلَامُهُ لِأَنَّ الْأُضْحِيَّةَ اسْمٌ لِمَا يُضَحَّى بِهِ
UDHIYYAH dengan arti TADHIYAH (berqurban) sebagaimana dalam kitab ar Raudhah, bukan arti Udhiyyah sebagaimana yang difahami dari ucapan mushannif. Karena Udhiyyah adalah nama hewan yang untuk berqurban
سُنَّةٌ ) مُؤَكَّدَةٌ فِي حَقِّنَا عَلَى الْكِفَايَةِ إنْ تَعَدَّدَ أَهْلُ الْبَيْتِ فَإِذَا فَعَلَهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَفَى عَنْ الْجَمِيعِ وَإِلَّا فَسُنَّةُ عَيْنٍ
Hukumnya sunnah muakkad untuk kami (umat Islam) dengan sunnah kifayah (jika ada satu yang melakukan, maka yang lain gugur perintah melakukannya) apabila ahli rumah berbilang jumlahnya. Jika tidak berbilang (maksudnya hanya satu orang) maka hukumnya sunnah ‘ain. Link Kitab kitab al Iqna’ fii Halli Alfaazhi Abi Syujaa’:(2/430)
Al Iqna’ (13/204)
Imam Maawardi dalam Kitab al Haawi Al Kabiir juz 15 halaman 75, maktabah syamilah, menerangkan:
وَإِذَا ضَحَّى بِشَاةٍ أَقَامَ بِهَا السُّنَّةَ ، وَإِنْ كَثُرَ أَهْلُهُ وَلَا يُؤْمَرُ أَنْ يُضَحِّيَ عَنْ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ
jika seseorang (dalam keluarga) telah berqurban dengan kambing maka dia telah menjalankan sunnah walaupun banyak keluarganya. Masing-masing orang dari keluarga orang tersebut tidak diperintahkan berqurban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar