Ulama menjelasakan sunnah menghidupkan malam hari raya dua, bagaimana maksud dari menghidupkan tersebut?
Jawab:
Menghidupkan malam hari raya maksudnya melaksanakan ketaatan-ketaatan di malam tersebut dengan shalat, dzikir dll
اعلم أنه يُستحبّ إحياء ليلتي العيدين بذكر اللّه تعالى والصلاة وغيرهما من الطاعات للحديث الوارد في ذلك: “مَنْ أَحْيا لَيْلَتي العِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ القُلُوبُ” ورُوي “مَنْ قَامَ لَيْلَتي العِيدَيْنِ لِلَّهِ مُحْتَسِباً لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حينَ تَمُوتُ القُلُوبُ” هكذا جاء في رواية الشافعي وابن ماجه ، وهو حديث ضعيف رويناه من رواية أبي أمامة مرفوعاً وموقوفاً، وكلاهما ضعيف، لكن أحاديث الفضائل يُتسامح فيها كما قدّمناه في أوّل الكتاب. (الأذْكَار للنووي, صـ 155).
“Ketahuilah bahwa disunnahkan (dianjurkan) menghidupkan malam kedua hari raya dengan dzikir kepada Allah, shalawat dan yang lainnya seperti perbuatan-perbuatan keta’atan, berdasarkan hadits yang warid tentang yang demikian : “barangsiapa menghidupkan malam hari raya (‘ied), hatinya tidak akan pernah mati pada hari kematian hati”. dan diriwayatkan “barangsiapa yang menegakkan malam-malam hari-raya karena Allah dengan penuh keikhlasan, hatinya tidak akan pernah mati hingga hari kematian hati”, seperti itu juga yang ada dalam riwayat Imam asy-Syafi’i dan Imam Ibnu Majah[2], dan itu adalah hadits dlaif yang kami meriwayatkannya dari riwayat Abi Umamah secara marfu’ juga mauquf, sedangkan perkataan keduanya adalah lemah, tetapi hadits-hadits fadlail ditolerir sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya diawal kitab ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar