• Syaikh Murad Syukri dan Syaikh Muqbil Al-Wadi’i, dalam mata rantai tesis Kiai Imad ( sebuah catatan seorang pembaca )
Bagi kalian yang selama ini mengikuti konflik nasab ini, mungkin sudah “rahasia umum” kalo Kiai Imad dalam berbagai argumennya mengutip statement dari 2 ulama Wahhabi, pertama adalah tokoh Wahhabi Jordania Syaikh Murad Syukri, yang kedua adalah Gembong Wahhabi Yaman Syaikh Muqbil Al-Wadi’i.
Tapi saya baru saja menemukan sebuah fakta yang menarik, yang muncul dari suatu pertanyaan :
“ apakah Kiai Imad tidak tau bahwa dua ulama itu adalah ulama-ulama Wahhabi ? “
Saya yakin Kiai Imad tidak selugu dan sepolos itu, beliau itu orang yang punya ilmu dan bisa baca kitab, tidak mungkin jika beliau tidak tau. Buktinya ketika menyebut biografi singkat Syaikh Murad Syukri dalam catatan kaki tesis versi kitabnya “ Mawahibulladunniah fi bayani inqitho’i nasabi Ba’alawi Bin Ubaidillah” ( halaman 21 ). disitu beliau menuliskan :
"مراد" شكري سويدان أبو الحارث الفلسطيني ثم الأردني، عالم بالتاريخ والأنساب والرجال ومن أقوى العلماء في الفقه الحنبلي ومن الأذكياء الأقلاء، من العلماء الأفذاذ في
المملكة الأردنية الهاشمية في منطقة جبل الجوفة في عمان العاصمة، درس في الجامعة الأردنية
“ Murad Syukri Sweidan Abul Harits al-falestini al-urduni… ila akhirihi “
setelah saya telusuri, Catatan biografi itu Kiai Imad copas dari situs berikut :
http://www.al-eman.com/المؤلفون/مراد%20شكري/i257&p2
Coba perhatikan, mengapa Kiai Imad hanya Copas sampai disitu saja ? Jawabannya : karena baris selanjutnya akan dengan “terang benderang” menunjukkan “kewahhabian” dari Murad Syukri yaitu :
وأخذ عن الألباني ونسيب الرفاعي وغيرهما
“ Murad Syukri mengambil ilmu dari Albani, Nasib Rifai ( tokoh Wahhabi Suriah ) dll “
Kiai Imad tentu tak ingin membuat para Muhibbinnya yang juga orang-orang NU itu kecewa jika tau bahwa yang sedang beliau jadikan rujukan adalah seseorang yang “sanad”-nya nyambung kepada Syaikh Albani Al-Wahhabi. Dalam tulisan yang lain beliau masih berusaha menyembunyikan kewahhabian Murad Syukri dengan menuliskan :
“ Ia ( Murad Syukri ) adalah ulama madhab Hambali di Kementerian Wakaf Negara Yordania. Ia banyak menulis kitab dalam ilmu fikih. Di antara kitabnya adalah “Raf’ul Haraj Wa al-Asor An al-Muslimin Fi Hadzihi al-A’sor”. Ia juga menulis sebuah kitab yang membatalkan nasab Ba Alwi dengan judul “Al-Ithaf Fi Ibtal Nasabi al-Hashimiy Li Bani Alwi Wa al-Saqqaf”
( https://rminubanten.or.id/membedah-kitab-rujukan-sang-profesor/ )
Kiai Imad juga mengakui bahwa Murad Syukri adalah salah satu “inspirasi” yang berpengaruh dalam tesisnya :
“ Tentu Syekh Murad Syukri dan lainnya sebagai ulama terdahulu, mempunyai peran terhadap tesis penulis, tetapi yang penulis suguhkan hari ini jauh lebih konprehensif dan mendetail dari ulama-ulama sebelumnya yang membatalkan nasab Ba Alawi “ ( https://rminubanten.or.id/imam-mahdi-ba-alawi-dan-klasifikasi-ulama-pendukungnya/ )
~ nanti akan kita sebutkan siapa ulama yang dimaksut Kiai Imad ~
Murad Syukri sendiri bukan ulama Wahhabi “sembarangan”, ia adalah tokoh Wahhabi yang terkenal dengan ucapan-ucapan kotornya bahkan pernah Mengatakan para pengikut Aqidah Imam Asy’ari adalah Zindiq yang lebih hina dari sampah dan sudah seharusnya kepala mereka dit3b4s dengan pedang. ( Kiai Imad dan Muhibbinnya masih berakidah Asyari kan ? ) Berikut link videonya 👇
https://youtu.be/dUJevUTKLbU?si=T-JblGS5eZaRY1KK
( perhatikan dalam video Ini Murad Syukri juga Men-Zindiq-kan Imam Fakhrurrazi penulis kitab Syajarah Mubarokah yang menjadi andalan Kiai Imad, Byuuh Jan Ngerri ! )
Tokoh wahhabi kedua yang dimaksut Kiai Imad sebagai bagian dari” Ulama-ulama sebelumnya yang membatalkan nasab Ba’alawi” adalah Syaikh Muqbil Al-Wadi’i. Kiai Imad menuliskan :
“ Para ulama di Timur Tengah pun ternyata banyak yang berpendapat yang sama, Diantaranya para ulama adalah asal Yaman. Seorang ahli hadits, Syaikh Muqbil bin Hadi al Wada’I dalam kitabnya Sho’qotuz Zilzal Dikatakan bahwa siapa yang bisa mengatakan kepada saya bahwa nasab leluhur Al Alawi, Al Ahdal dan Al Qadimi? mereka adalah tiga orang yang yang datang dari Irak ke Yaman. Lalu mengaku keturunan Nabi muhammad atau Alawiyyin. Pendapat beliau bisa di baca di dalam kitabnya Sho’qotuz Zilzal halaman 45 “
( https://www.konsultasisyariah.in/2023/05/terputusnya-silsilah-habib-indonesia.html?m=1 )
Dalam sebuah video live Youtube - bersama Gus Fuad Plered, Gus Mogi dan KRT Faqih - Kiai Imad masih berupaya mengaburkan sejarah kewahhabian Syaikh Muqbil dengan mengatakan :
“ satu lagi seorang ulama hadits, Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wada’i, orang semua kenal banyak itu kitab-kitab haditsnya, ia sudah mengatakan Ba’alawi, Al-Ahdal, Al-Qudaimi bukan keturunan Baginda Nabi Saw “ ( mendengar itu Gus Plered, Gus Mogi dan KRT Faqih hanya senyam-senyum dan monggat-manggut saja. link video : https://www.facebook.com/share/v/puPHV5mvLHW721M5/?mibextid=KsPBc6 )
Syaikh Muqbil sendiri juga bukan ulama Wahhabi kaleng-kaleng, dia adalah gembong Wahhabi-Nyell Kentel yang “kewahhabiannya” sangat tersohor seantero timur tengah dan punya “tesis” yang mengajak untuk merubuhkan kubah hijau Masjid Nabawi !! dalam kitab karya Sayyid Yusuf Al-Rifa’i نصيحة لإخواننا علماء نجد ( sebuah kitab kritik atas ulama-ulama Wahhabi-Nejd, dimuqoddimahi oleh Syaikh Buthi ) beliau menjelaskan siapa sebenarnya sosok Syaikh Muqbil ini :
٢٥ - سمحتم للمدعو مقبل بن هادي الوادعي المعروف بكثرة سبابه وطعنه على مخالفيـه مـن العلماء والدعاة إلى الله وصلحاء هذه الأمة كما تشهد بذلك كتبه وأشرطته أن يتقدم ببحث في نهاية دراسته الجامعية في الجامعة الإسلامية بالمدينة المنورة، بعنوان : (حول القبة المبنية على قبر الرسول ﷺ) ، وإشراف الشيخ حماد الأنصاري ،
طالب فيها جهاراً نهاراً بإخراج القبر الشريف من المسجد النبوي واعتبر وجود القبر والقبة الشريفة بدعة كبيرة وطالب بإزالتها وهدمها ومنحتموه على ذلك درجة الفوز والنجاح !
“ 25- kalian ( ulama-ulama Wahhabi ) mengizinkan Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i yang dikenal dengan caci makinya terhadap ulama-ulama dan orang-orang sholih ummat ini ( dalam berbagai kitab dan kasetnya ) untuk mengajukan “tesis” di Universitas Madinah dengan judul : “ tentang Kubah yang dibangun diatas kubur Rasul “ dibawah bimbingan Syaikh Hammad Al-Anshori, yang mana dalam tesis itu secara terang-terangan di siang bolong ia menuntut untuk mengeluarkan makam Baginda Nabi Saw dari Masjid Nabawi, menganggap keberadaan makam dan kubah Nabi sebagai bid’ah yang besar dan menuntut untuk menghancurkan kubah hijah, dan kalian berikan peringkat “lulus” bagi tesis itu !
فهل تكرمون من يحاد رسول الإسلام، حبيب الله ، رحمة للعالمين وخليله عليه الصلاة والسلام ؟ ! وقد وجه هذا الرجل المئات من أتباعه ومقلديه ونحوهم ممن تأثر بمذهبكم ، وجههم ـ وهم حاملي السلاح - إلى هدم ونبش قبور المسلمين الصالحين - و على رأسهم الإمام الرباني الحبيب العيدروس العدني بركة عدن و حضرموت رحمه الله - في عدن باليمن منذ سنوات قليلة فعاثوا في الأرض فساداً وخراباً فنبشوا قبور الموتى بالمساحي ونحوها، حتى أخرجوا عظام بعض الموتى وانتهكوا حرماتهم ، وأثاروا فتنة عمياء، وبلغنا أنهم استخدموا في ذلك المتفجرات (الديناميت) في بعض المواضع في اليمن (وهذا كله في صحيفة أعمالكم)
“ apakah kalian memberi penghargaan kepada orang yang lancang dan kurang ajar kepada Baginda Nabi Saw ? dan lelaki ini ( Muqbil Al-Wadi’i ) telah mengarahkan pengikut fanatiknya dengan membawa senjata untuk menghancurkan dan membongkar makam-makam orang-orang sholih di Yaman ( termasuk makam Habib Abu Bakar Alaydrus Al-adni ) beberapa tahun yang lalu. maka mereka membuat kekacauan dan membongkar makam-makam awliya’ dengan cangkul dan alat-alat lainnya, bahkan sebagian dari mereka menggunakan bom dinamit untuk melancarkan aksi itu ! “
Entah bagaimana perasaan muhibbin Kiai Imad jika tau bahwa rujukan idolanya ternyata se-salafi dan se-Wahhabi itu ? ( emang boleh se-Wahhabi itu ? )
Jadi, diakui atau tidak, Kiai Imad telah “berjasa” dalam Meng-endors dan mempromosikan ulama-ulama Wahhabi Timteng bahkan dengan sengaja “membungkus” mereka secantik mungkin agar para pengikutnya percaya bahwa yang beliau jadikan rujukan adalah ulama-ulama “Aswaja” yang kredibel dan kompenten di bidangnya. ( dan setau saya, di kalangan Kiai-Kiai NU, upaya meng-aswaja-kan ulama-ulama Wahhabi seperti ini hanya pernah di lakukan oleh Kiai Imad seorang ! Keprok Atuh 👏👏 )
Tapi saya bisa memaklumi sikap Kiai Imad itu, seperti yang pernah saya katakan, sejak dulu Kiai Imad Dkk menghadapi satu problem yaitu “krisis ulama pendukung”, karenanya siapapun - yang penting anti-baalawy - akan beliau jadikan sebagai rujukan, bahkan andai ia ulama dari dunia antah-berantah sekalipun. sikap beliau ini mengingatkan saya kepada sebuah pepatah :
“ Oboreru mono wa wara o mo tsukamu “
Itu bukan bahasa semut Mama Gufron, melainkan pepatah Jepang yang mempunyai arti :
“ Jerami pun akan digapai saat orang panik tenggelam “
Pada akhirnya, Bela sungkawa sedalam-dalamnya untuk para Muhibbin Kiai Imad yang selama ini masih sangat mencintai NU dan istiqomah memerangi ajaran Wahhabi, mereka selama ini dengan gigih bersuara ketika “katanya” tokoh-tokoh Nusantara Di-Baalawi-kan, tapi tanpa mereka sadari, berkat Kiai panutan mereka, tokoh-tokoh Wahhabi telah berhasil di-Aswaja-kan ( jangan heran jika 50 tahun yang akan datang anak-cucu mereka akan disuguhi sejarah ulama baru bahkan menjadikan ulama-ulama Wahhabi itu sebagai panutan dan rujukan )
Hufft, ingin rasanya memeluk mereka satu persatu sambil lalu berbisik di telinga mereka :
“ Kita sama-sama orang NU, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir, semoga sejauh apapun kamu bermain, kamu nggak akan lupa jalan untuk kembali pulang “
• Ismael Amin Kholil, Bandara Halim Perdana Kusuma, 30 Juli, 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar