Akhir-akhir ini banyak sekali yang mencoba menyangsikan nasab Ba'alawi, dan itu dilakukan secara masif, mulai dari menggandeng para artis, orang yang berpengaruh, menggandenga salah satu capres bahkan mendatangi 'orang pintar' yang dianggap mengerti bahasa hewan.
Namun, statmen merekan jauh dari kata ilmiah, hal ini bisa kita pahami dari beberapa hal:
Pertama, banyak tokoh islam dunia yang berkomentar valid tentang nasab Ba’alawi, mulai Az-Azabidi, As-Sakhawi, Ibnu Hajar, Syaikh Ali Jumah sampai mbah maimun (cek video beliau, setiap keturunan nabi beliau selalu berucap 'Sayyid') bahkan Syaikh Ali Jumah menyertakan kata Ijma'.
Jadi Hukum Ijma' tetap valid dan takkan runtuh gara-gara argumentasi satu orang yang nyeleneh
Sulit untuk memaksakan diri agar lebih percaya Kang Imad daripada Syaikh Ali Jum’ah.
Kedua, Kang Imad pakai Metode Syadz dalam menetapkan Nasab, penyebutan kitab nasab sezaman merupakan syarat yang hanya diberlakukan oleh kang Imad, tentu saja berbeda dengan pensyaratan ulama lain, yang hanya memakai syuhrah, dalam kata lain ini adalah metode Syadz yang tak pernah dikenal oleh ulama sebelumnya.
Ketiga, dalam Menafikan Nasab kita sendiri masih butuh sumpah Li'an, ini mau Menafikan Nasab orang yang sudah disepakati secara ijma' dan pakai metode yang Syadz pula, aneh bin ajaib.
Keempat, kalau kita teliti siapa yang menetapkan dan siapa yang menafikan maka kita akan tahu bahwa sikap ulama dan yang betul-betul ahli nasab dahulu dan sekarang tentang nasab Ba'alawi, justu mereka yang menafikan dipertanyakan ke-ahli nasaban mereka, sebegaikan indikatornya ada sebagia penafi ahli nasab yang bahkan tak berani menampikan identitas asli ayahnya sendiri.
Terakhir, kang Imad berani Tadlis pada Nama Ayahnya sendiri, apalagi pada Nasab orang mungkin akan lebih parah.
mudalis sendiri tidak dianggap kridibel (Tsiqah) dalam keilmuan, bahkan kalau dalam hadis akan masuk katagori rawi daif
Ala Kulli Hal, sepatutnya kita lebih Percaya KH. Miftahul Ahyar, DR Ali Jumah, Az-Zabidi, As-Sakhawi, Ibnu Hajar dan lainnya, daripada kang Imad dan Mama Ghufron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar