Oleh Ibnu Imron*
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
ان الحمد نحمده ونستعينه ونستغفره وﻧﻌﻮذ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺷﺮور أﻧﻔﺴﻨﺎ وﺳﻴﺌﺎت أﻋﻤﺎﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﻳﻬﺪﻩ
اﷲ ﻓﻼ ﻣﻀﻞ ﻟﻪ وﻣﻦ ﻳﻀﻠﻞ ﻓﻼ ﻫﺎدي ﻟﻪ وأﺷﻬﺪ أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ وﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ وأﺷﻬﺪ أن ﳏﻤﺪاً ﻋﺒﺪﻩ
*Prolog*
Allah Berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin
*Pembahasan*
لقد جاءكم
Dalam redaksi tersebut ada tiga taukid: Lam, Qod dan Qosam
yang dibuang
Sebagai catatan: Lam taukid jika masuk pada qad maka disebut
lam Qosam, jika masuk pada mubtada khabar maka disebut lam ibtida, jika masuk
pada jumlah yang didahului Inna maka disebut lam muzahlaqah yakni lam taukid
yang pindah.
جاء
Ja'a artinya datang, kalau diperjelas lagi: intiqol min
makanin
Dalam Retorika Arab (Balaghah) redaksi yang memakai taukid
apalagi lebih dari satu, maka menunjukkan atas penguatan maksud sehingga
terhindar dari keraguan atau keingkaran
Sementara dhomir 'kum' dalam redaksi tersebut langsung kena
pada dua golongan: orang-orang beriman dan orang-orang yang kufur/ ingkar
Jika dikaitkan pada orang-orang yang beriman Iman maka
sebagai penegasan untuk bisa meneladani, berkonsultasi dan berlajar banyak
kepada nabi karena sebentar lagi nabi akan meninggalakan kalian.
Namun jika yang ditujukan kepada orang-orang yang kafir,
maka itu sebuah sindiran: sudah lama kalian hidup bersama rasul, kalian sudah
tahu nasabnya, kalian sudah tahu karakternya, kalian sudah tahu sikapnya, kok kalian
masih belum iman.
رسول
Rasul secara definisi adalah:
إنْسَانٌ أُوحِيَ إلَيْهِ بِشَرْعٍ
وَأُمِرَ بِتَبْلِيغِهِ
Manusia yang mendapat
wahyu dari allah dengan membawa syariat untuk disebarkan
Jika tidak
diperintah untuk menyebarkan maka disebut Nabi saja
Dalam kalimat
rasulun di atas pakai lafadz nakirah hal ini menunjukkan agungnya derajat sang
obyek, ta’dzim, rasul yang agung, atau rasul yang tinggi drajatnya
Juga kata rasul
diatas ditujukan untuk membantah tuduhan orang arab yang mengatakan bahwa nabi
membuat-buat syariat sendiri.
Redaksi selanjutnya
dalam ayat ini menunjukkan pada sifat-sifat nabi, yang semuanya ada 5 sifat,
yaitu:
1. Min Anfusikum: Dari golongan kalian wahai orang-orang
Arab, yakni Latar belakang, nasab, sifat, lingkungan yang sama dengan kalian,
artiya jelas nasabnya, jelas akhlaq, jelas karakter baiknya, jelas
lingkungannya. Biasanya seseorang enggan langsung percaya jika yang mengajak
itu orang asing.
Bisa juga diartikan dari golongan kalian wahai manusia,
sehingga mudah untuk meneladaninya, karena dari golongan yang sama, beda halnya
jika Rasullah dari golongan Malaikat atau jin, maka sulit untuk mengikuti jejak
langkahnya.
2. Azizun: Terasa berat hal-hal yang menyakiti, yakni tak
ingin melihat umatnya susah baik di dunia atau diakhirat. Artinya nabi merasa
sedih dengan rasa sedih yang menimpa ummatnya
3. Harisun Sangat menginginkan dan sangat mengharap hal-hal
yang baik dan maslahat terjadi atas kalian. Senang dengan rasa senang yang
dimiliki ummatnya.
4. Rouf: pakai shighat mubalaghah: Faulun yang berarti
katsirur ra’fah (sangat dalam kasih sayangnya), ra’fah sendiri mempunyai arti
syiddatur rahmah yakni kasih sayangnya besar.
5 Rohim: ikut sighat fa’iilun yang merupakan salah satu
shighat mubalaghah yang berarti sangat mengasihi/menyayangi.
Sebagian mufassir menyebutkan kata rauf dikhususkan kepada
orang-orang mukmin yang taat, Rahim dikhususkan kepada pendosa.
Dalam redaksi bil mukmina raufun rahimun ada dua poin
penting:
Pertama, susunan jar majrur didahulukan dari amilnya/ mutaallaqnya,
secara retorika mengandung arti takhshish (spesifikasi) sehingga mempunyai arti
rasa kasih sayang nabi khusus kepada orang mukmin. Lantas orang kafir
bagaimana? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kata rauf khusus pada orang yang
taat dan ketaat orang kafir tidak sah dan tidak dianggap karena ibadah
badaniyah salah satu syarat sahnya adalah harus islam.
Sebagai contoh salat dan puasa ramadhan, jika dilakukan orang
orang non muslim tidak sah dan tidak dianggap karena syaratnya harus islam.
Allah ta’ala berfirman
ياأيها الذين آمنوا إذا قمتم إلى
الصلاة
Wahai orang beriman,
apabila kalian hendak melaksanakan shalat (Al-Maidah: 6)
يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام
Wahai orang yang
beriman diwajibkan kepada kalian puasa (Al-Baqarah: 183)
Ayat-ayat diatas
pakai khitab kepada orang yang beriman menunjukkan syaratnya shalat, puasa dan
ibadah badaniyah yang lain harus beriman.
Hal serupa berlaku
bagi para pendosa, jika masih ada secercah iman dan islam dalam hatinya. Masih bisa
tercover oleh rasa belas kasihan nabi sehingga bisa dientaskan ke surga allah
dengan syafaatnya, dalam sebuah hadis disebutkan:
شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
Syafaatku untuk
pelaku dosa besar dari ummatku
[HR: At-Tirmidzi]
Dalam hadis lain
disebutkan
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قلت:
يارسول الله، من أسعد الناس بشفاعتك؟ قال: من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه
Diriwayatkan dari
Shahabat Abi Hurairah, beliau berkata: Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa
yang paling beruntung mendapat syafaatmu?’ beliau menjawab, ‘Orang yang mengucapkan
lailaha illallah murni dari hatinya.
[HR: Al-Bukhari]
Kedua, kata Rauf
dan Rahim merupakan asmaul husna yang sifat tersebut sandang juga oleh nabi, hanya
Nabi Muhammad lah satu-satunya orang yang menyandang dua asma allah dalam satu
konteks, hal ini menunjukan betapa dicintainya nabi Muhammad di sisi allah,
betapa tingginya drajat beliau sehingga tak seorangpun yang bisa menyamainya.
*Epilog*
Para pakar tafsir mengatan, lima sifat rasul ini perlu dimiliki
para dai bila ingin dakwahnya diterima ditengah-tengah masyarakat, lima sifat
itu adalah: Dikenal Akhlak dan latarbelakangnya (Min Anfusikum) sedih saat yang
lain mendapatkan kesedihan (Azizun Ma Anittum) bahagia saat yang lain bahagia
(Harisun Alaikum) respek kepada orang-orang yang disiplin dan taat (Raufun)
memaafkan kepada orang yang berbuat kesalahan (Rahim).
Semoga kita bisa meneladani Rasulullah, Amiiin.
(Dokumentasi Kajian Sirah An-Nabawiyah, 4 Sya'ban 1445)
==========================================================
Refrensi:
Aysarut Tafasir
At-Tahrir wat Tanwir
Tafsir Fathul Bayan
Tafsir Hadaiqur Ruh war Raihan
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Ibnu Sa’ad
Tafsir Al-Mawardi
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar