Senin, 21 September 2020

Cara Membedakan Ahlussunnah, Syiah & Wahabi

Jangan mudah memvonis Syi'ah, Wahabi, Liberal dan Radikal. Pastikan Anda pahami lebih dulu:

1. Apa itu Aswaja? 
2. Apa yang dimaksud dengan term Syi'ah, Wahabi, Liberal dan Radikal itu? 
3. Apa saja akidah dan ajarannya yang sesat dan menyimpang?

Dengan begitu Anda tidak akan mudah: 

1. Menuduh Syi'ah terhadap orang lain hanya karena mencintai dan menghormati Ahlul Bait dan keturunan Nabi, serta mendoakan عليه السلام untuk mereka. 

Sebab mencintai dan menghormati Ahlul Bait dan keturunan Nabi adalah kewajiban dan ciri khas Aswaja, bukan Syi'ah. Kebetulan saja dalam hal cinta kepada Ahlul Bait ada kemiripan antara Aswaja dan Syi'ah. 

Karena kemiripan ini, Imam Syafi'i pernah dituduh Syi'ah Rafidhah gara-gara sikap ta'zhim dan penghormatan luar biasa dari beliau terhadap Ahlul Bait dan keturunan Nabi. Yang menuduh beliau Syi'ah adalah Nashibi: kelompok yang terlalu membela Sahabat dan tidak mencintai serta tidak menghormati Ahlul Bait. 

Bedanya: Aswaja mencintai dan menghormati Ahlul Bait dan Sahabat Nabi. Syi'ah cinta dan ta'zhimnya pada Ahlul Bait saja. Nashibah cinta dan hormatnya pada Sahabat Nabi saja. 

2. Menuduh Wahabi terhadap orang lain hanya karena tidak qunut waktu shalat Subuh. 

Sebab tidak baca qunut Subuh itu termasuk pendapatnya selain mazhab Syafii. Masalah Qunut masuk ranah khilafiyah antar madzhab fikih yang empat. Semua Aswaja harusnya bisa toleransi dalam hal seperti ini. 

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya oleh muridnya, apa yang harus dilakukan ketika makmun kepada Imam yang baca qunut? Beliau menjawab, Menjaga hati dan persatuan umat Islam lebih baik dari pada mempertahankan sesuatu yang masih ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Intinya beliau menyuruh muridnya untuk ikut baca qunutnya imam, meskipun madzhabnya berpendapat qunut adalah bid'ah. 

3. Menuduh Liberal orang lain hanya karena mengajarkan cinta, rahmah dan toleransi. 

Sebab mencintai, mengasihi dan toleran adalah ajaran penting dalam agama. Ada banyak nash syar'i yang membicarakan dan memerintahkan mencintai, mengasihi dan toleran. Di antaranya adalah Hadis musalsal bil-awwaliyah:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Bahkan Nabi Muhammad sendiri dan semua yang dilakukan dan diajarkan oleh beliau semasa hidupnya adalah rahmat bagi alam semesta, rahmatan lil alamin. Lembut, tegas dan keras yang dicontohkan dan diajarkan oleh beliau adalah gambaran dari Rahmah itu sendiri. 

Hanya saja, Islam memiliki skala prioritas dalam menentukan siapa yang paling berhak dicintai, dikasihi dan ditoleransi. Pertama dan yang menjadi tanda kesempurnaan iman adalah mencintai, mengasihi dan toleran terhadap saudara seiman, sesama umat Islam. Berikutnya baru toleran pada sesama manusia dan makhluk Allah SWT. 

4. Mudah menuduh Radikal orang lain hanya karena memilih jalan tegas dan tak kompromi pada kemungkaran, kemaksiatan dan kekufuran. 

Sebab tidak kompromi pada kemungkaran dan kekufuran adalah kewajiban umat Islam. Dalam menyikapi kemungkaran, perintah Nabi jelas dan tegas: 1. Hentikan dengan aksi/kekuatan/kekuasaan, 2. Hentikan melalui lisan: pakai cara lembut, baru kemudian pakai bahasa yang keras, dan 3. Ingkar dengan hati, bagi orang yang lemah imannya. 

"Radikal" bisa menjadi sebuah kewajiban jika memang diartikan tegas dan tak kompromi pada kemungkaran, kemaksiatan dan kekufuran. Sebab ridha terhadap maksiat adalah kemaksiatan, sedangkan ridha terhadap kekufuran adalah kekufuran. 

Oleh sebab itu, Syakh Amin al-Kurdi al-Irbili asy-Syafi'i dalam kitabnya: Tanwīrul Qulūb, menjelaskan pentingnya tidak kompromi pada kemungkaran, bahkan di saat kita sedang melakukan kemungkaran itu sendiri. 

Orang yang minum khamr wajib mengingatkan dan mencegah orang lain yang sedang pegang gelas khamr agar tidak melakukan kemungkaran yang sama dengan yang dia lakukan, begitu dawuh beliau.

Sumber: Ust Muntahal Hadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya  Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,i...