Pada tahun 456
umat islam kehilanggan sosok pemimpin terbaik Islam, Alp Arslan (dalam Bahasa
Turki berarti singa yang gagah berani), beliau wafat setelah ditusuk belati Yusuf
al-Harezmi, penguasa Khawarizmi yang menjadi tawanan Dinasti Seljuk.
Nama lengkap Alp
Arslan adalah Abu Syuja’ Muhammad bin Daud Chaghri Begh bin Mikail bin Seljuk
bin Daqqaq at-Turkimani beliau lahir Khwarezmia 20 Januari 1029 atau 1 Muharram 420 Hijriyah (ada yang
mengatakan 421 Hijriyah).
Ketika pamannya,
Thugril Beik, wafat, Alp Arslan naik tahta sebagai Sultan Seljuk. Ia resmi
menyandang gelar Sultan pada 27 April 1064 M. sebelumnya, ia menjadi Gubenur Khurasan Raya setelah
ayahnya Caghri Begh wafat pada tahun 1059 M. setelah menjadi sultan ia
menyerahkan jabatan Gubenur Khurasan kepada saudaranya Sulaiman.
Masa-masa awal
Alp Arslan naik tahta tidaklah mudah, tak sampai satu tahun menjabat ia
dihadapkan dengan masalah-masalah internal, terjadi banyak pemberontakaan yang
dilakukan oleh saudaranya sendiri Sulaiman, pamannya dan
pemberontakaan-pemberontakan yang lain terhitung selama 7 tahun ia masih di
sibukan dengan menghadapi masalah-masalah yang ada di dalam negeri.
Setelah berhasil
menstabilkan kondisi internal Alp Arslan
mulai mengatur strategi untuk memperluas kekuasaannya yang berasakan Islam
Ahlus Sunnah untuk menghalau faham syiah di negeri-negeri yang jauh, ia mulai
menginvansi dinasti Buwaihi di Persia kemudian dinasti madarisi di Syam dinasti
Fatimi di Mesir yang kesemuanya beraliran Syiah, kemudian mulai memasuki negeri
Bizantium dengan menaklukkan Armenia dan beberapa daerah yang dikuasai oleh
Romawi.
Setelah berhasil
merebut Armenia dan Goergia, Alp Arslan mulai memasuki kota Manzikert.
Peperangan di dekat Kota Manzikert merupakan salah satu perang besar yang
terjadi pada masa kepemimpinan Alp Arslan. Pertempuran ini menjadi titik balik
tersebarnya islam di Anatolia dan Eropa Timur, bahkan menjadi pembuka jalan
bagi sultan Muhammad al-Fatih dalam mempermudah misinya menaklukkan
Kostantinopel (Istanbul).
Akhlaq Sang
Sultan
Ia dikenal
sebagai seorang yang dermawan, dalam setiap bulan ramadan ia bersedekah 15 Ribu
dinar untuk orang-orang fakir miskin. Selain itu ia juga sangat perhatian dalam
bidang pendidikan dan keilmuan, pada tahun 1065 lewat prakarsa perdana
menterinya Nidzamul Mulk ia mendirikan Madrasah Nidzamiyah, yaitu salah satu
madrasah yang paling bersejarah yang berhasil mencetak generasi emas diantara
alumninya adalah Imam Haramain al-Juwaini, al-Ghazali, Ibnu ash-Shabbagh, Abu
Ishaq asy-Syirazi, Abu al-Qasim al-Qusyairi, asy-Syasyi, Imaduddin
al-Ishfahani, Bahauddin Syaddah (keduanya adalah Qadi dan Penasihat Sultan
Salahuddin al-Ayyubi) dan masih banyak yang lainnya.
Tewas di
Tangan Pemberontak
Setahun setelah
pertempuran Manzikert, ia belarih menuju timur dekat sungai Jihun (sungai Oxus)
untuk menyelesaikan permasalahan internal dengan Yusuf al-Harezmi. Malapetaka terjadi ketika Yusuf al-Harezmi
berhasil ditangkap, dia berhasil lepas kembali dan menikam dada sang Sultan dengan belati yang
ia sembunyikan dibalik pakaiannya. Akibat luka yang dideritanya, Alp Arslan
meninggal dunia empat hari kemudian, tepatnya pada 25 November 1072 M, pada
usia 42 tahun.
Selama
memerintah Kekhalifahan Seljuk, Alp Arslan berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya hingga kawasan Ujung Negara Syam dibagian barat dan Turkistan
dibagian timur. Namun walaupun Alp Arslan, namun ia masih berafiliasi dengan
dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Beliau wafat dengan
meninggalkan tujuh orang putra dan dua putri. Kelak, tahta Kesultanan Seljuk
yang didudukinya diwariskan kepada salah seorang putranya bernama Malik Shah I.
Gelar-gelar
Alp Arslan
Beliau juga
punya sederet gelar. Selain dipanggil Alp Arslan yang dalam bahasa Indonesia
berarti Singa Pemberani beliau juga diberi gelar Diya’ ad-Din wa ad-Dunya
(Cahaya agama dan dunia) Adhudh ad-Daulah (Pengokoh Imperium) as-Sulthan
al-Alim (Sultan yang berilmu) al-Maliku al-Adil (penguasa yang adil).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar