a. Merendahakan
Diri dan Mencari Perhatian
Jika para pelajar ingin mendapatkan
ilmu dengan sempuirna hendaknya mereka selalu merendahkan diri dan loyal
terhadap sang guru. Dengan senantiasa merendahkan diri maka guru akan selalu
bersabar dan perhatian dalam mendidiknya, sehingga murid bisa menggali ilmu lebih
banyak. Sedang dengan sikap loyal yang senantiasa ditanamkan oleh murid
terhadap sang guru akan memudahkan
guru dalam mengajarkan ilmu-ilmunya. Karena
sikap loyal yang diberikan murid kepada guru adalah bukti bahwa murid menerima
sepenuhnya keberadaan gurunya.
b. Mengagungkan
dan Meyakini Kepiawaian Guru
Seorang murid harus senantiasa
memandang guru dengan penuh rasa hormat ta’dzim, serta harus senantiasa
meyakini kredibilitas dan kepiawaian guru. Sebab hal itu menjadikan ilmu yag
diperoleh seorang murid lebih berkesan dan berkah. As-Syaikh Abu Yusuf
mengatakan: aku mendengar orang-orang salaf berkata, barang siapa tidak
meyakini kemulyaan gurunya, maka ia tidak akan mendapat keuntungan.
Berkenaan hal ini, Imam an-Nawawi dalam kitab majmu’ menukil cuplikan cerita
sebagian ulama salaf yang biasa bersedekah setiap hendak belajar, lalu berdo’a:
اللهم استر معلمي عني ولا تذهب بركة
علمه مني
Ya Allah. Tutuplah aib
guruku dari penglihatanku, dan jangan Engkau hilangkan barokah ilmunya dariku.
Doa itu dilantunkan oleh murid
semata-mata demi merealisasikan sikap hormat terhadap seorang guru dan dalam
rangka menjaga keberkahan ilmunya. Jika sedang bersama guru, seorang murid
tidak sepantasnya memanggil gurunya dengan kata kamu, atau memanggil
dengan nama. Bahkan seyogyanya memanggil dengan wahai guruku, wahai
ustadz dan semacamnya. Begitu juga tidak boleh menyebutkan nama, ketika
gurunya sedang tidak ada. Melainkan harus disertai dengan sebutan yang
mengindikasikan sikap takdzim seperti ustadz fulan berkata atau guruku
berkata.
c. Selalu
Mengenang Jasa Guru
Murid agar senantiasa mengenang jasa
dan keutamaan gurunya. Sebab jasa guru tak ubahnya ‘kilau permata’ yang tak
semestinya dilupakan oleh murid. Atas jasa gurulah seorang murid bisa mengenal
tuhannya, mengerti ajaran agama dan selamat dari kesesatan dalam menempuh alur
kehidupan. Diantara adab yang perlu diperhatikan oleh murid, adalah bahwa bukan
dari ajaran ulama salaf ketika murid mendatangkan seorang guru (privat).
betapapun seorang muridlah yang seharusnya mendatangi sang guru.
Mengenang jasa guru dapat dilakukan dengan selalu mendoakan guru,
menjaga keluarga dan dzurriyahnya setelah sang guru wafat, meniru
perilakunya yang baik, serta memperhatikan tradisi keagamaan yang menjadi
rutinitas sang guru dls.
d. Sabar
Atas Kekerasan Guru
Bila suatu ketika murid menerima
perlakuan guru yang dinilai tidak wajar, maka ia harus bersabar dan selalu
berbaik sangka. Dan jangan sampai hal itu mengurangi sikap respek seorang murid
terhadap guru. Sebab bagaimanapun apa yang dilkukan guru tak lain adalah demi
mengarahkan murid kejalan yang lebih baik. Tak jarang pula perlakuan guru
itu sebagai proses penjajakan untuk
menguji kesabaran murid.jika ternyata sikap
itu adalah murni kesalahn guru. Maka tetap murid harus yang lebih dahulu minta maaf, dan memintakan
maaf sang guru kepada Alloh.
e. Masuk
Tempat Guru dengan Izin
Jangan sekali-kali seorang murid
masuk ketempat guru tanpa izin, baik ketika guru sedang sendiri atau bersama
orang lain. Dalam meminta izin seyogyanya jangan melebihi tiga kali, dan ketika
butuh mengetuk pintu, maka ketuklah secara perlahan. Ketika berhadapan dengan
guru, hendaknya murid dalam kondisi sempurna, mulai dari kebersihan badan,
kesiapan mental untuk menerima pelajaran dan lain-lain.
f. Duduk
dengan sopan di Hadapan Guru
Cara duduk seorang murid dihadapan
gurunya, seperti yang diajarkan ulama salaf adalah dengan duduk seperti ketika
sedang tahiyyat, atau duduk bersila dengan senantiasa tawaduk. Alhasil murid
harus duduk dihadapan guru sesopan mungkin. Menundukkan kepala, dan tidak
banyak bergerak.
Murid huga harus selalu mendengarkan keterangan guru dengan seksama,
seraya memandang dengan ‘ainu rahmah, sekira guru tidak perlu
mengulang-ulang keterangannya.
Dalam kondisi tidak mendesak, murid jangan sampai menoleh kekanan
kekiri, bersandar, bergurau dan melakukan hal lain yang dapat menggangguu
konsentrasi sang guru dan
muri-murid yang lain.
g. Menampakkan
Ketidaktahuan di Hadapan Guru
Di saat guru menyampaikan materi
pelajaran yang sebenarnya sudah diketahui oleh murid,atau keterangan yang sebelumnya
sudah didengar oleh murid, maka murid harus menampakkan kesan keseriusan dalam
mendengarkannya, seolah ia baru mendengar pertama kali.
Jika guru bertanya, apakah kamu sudah tahu/ hafal ceruta ini?, maka
hendaknya murid tidak langsung menjawab dengan kata “iya”, sebab hal itu
menampakkan bahwa murid tidak butuh kepada guru. Juga jangan menjawab “tidak”,
karena dengan jawaban ini berarti murid telah berdusta. Baiknya murid menjawab
dengan, “Saya ingin mendengarnya dari anda”, atau “saya akan lebih mantap jika
mendengarnya dari anda”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar