Senin, 21 September 2020

Bidadari Uhud Perisai Rasulullah

 


Wanita adalah makhluk indah mempesona. Replika kecantikan, kiblat keanggunan, dan himpunan dari segala keelokan. Wanita adalah hiasan dunia. Tanpa wanita, dunia terasa hambar tak berguna. Rasulullah bersabda, “Dunia adalah hiasan. Dan sebaik-baiknya hiasan dunia adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim) Karena itu, wajar jika kaum hawa cenderung lembut dan halus, mulai gemulai tubuhnya, gerak-gerik badannya, sampai tutur sapanya. Lemah-lembut, itulah fitrah wanita. Namun jangan salah, dibalik kelembutan sosok wanita, tersimpan sejuta heroik membelalak mata. Seperti yang ditoreh muslimah panutan berikut ini. ***

                Kemantapannya terhadap Islam jauh sebelum perjumpaannya dengan kekasih idaman. Kala itu, suaminya, Zaid bin Asim, datang tergesa-gesa. Sang suami bercerita perihal apa yang membuatnya tidak sabar untuk segera berbagi dengan istri tercinta. “Demi Allah, saya tidak hanya heran mendengar cerita itu, tetapi juga beriman dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah. Seandainya kedua telingamu mendengar langsung cerita Mush’ab tentang Muhammad dan dakwahnya, niscaya engkau tidak akan mengingkarinya,” ucap suaminya dengan mata berbinar. Semenjak penggalan kisah perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan wahyu dari Allah dan derita bertubi yang dialaminya, juga ketabahan dan kesabaran Rasulullah dalam menerima segala bentuk perlakuan buruk kaum musyrik kepadanya yang ia dengar dari suaminya kala itu, hatinya bergetar luar biasa. Mulutnya berucap iman kepada Allah dan Rasulullah dengan segenap jiwa dan raga.

                Setelah memeluk Islam, wanita agung ini tetap melaksanakan tugas mulianya sebagai ibu rumah tangga; ia menjaga suami dan kedua buah hatinya, yaitu Abdullah dan Habib, agar istikamah hidup dalam tuntunan cahaya Islam. Dan karena kala itu adalah awal-awal kemunculan Islam, sudah tentu butuh perjuangan keras dan pengorbanan besar dari para pemeluknya demi menjaga Islam tetap jaya dan menumpas bendera-bendera kemurtadan yang telah lama berkibar. Nusaibah binti Ka’ab adalah perempuan cerdas. Ia mengerti betul kondisi umat dan perjuangan Rasulullah. Bersama sang suami, ia didik putra-putranya menjadi pejuang tangguh di barisan pembela Rasulullah. Ia relakan seluruh anggota keluarganya untuk berjihad bersama Rasulullah. Tidak sampai itu saja, tidak cuma aktif di belakang layar semata, bersama suami dan kedua putranya, ia tidak pernah absen ambil bagian hampir dalam semua pertempuran. Beliau bertugas sebagai penanggung jawab logistik dan medis bersama wanita-wanita tangguh lainnya. Tugasnya adalah menyiapkan bekal makanan para mujahid, memberi minum prajurit yang kehausan, serta mengobati pejuang yang kesakitan. Ia lakoni peran itu secara sempurna, sampai tiba pada perang Uhud.

                Dalam perang Uhud, kaum muslimin dilanda kekacauan luar biasa karena para pemanah di atas bukit melanggar perintah Rasulullah dan tergiur tumpukan emas yang sengaja dikumpulkan oleh musuh untuk memancing mereka turun. Kecerobohan itu berhasil dimanfaatkan musuh yang dikomandoi oleh Khalid bin Walid. Musuh mengambil alih bukit dan melayangkan serangan bertubi-tubi tanpa ampun. Bak ratusan tikus terperangkap dalam karung, pasukan musuh dengan mudah menumpas tentara Islam. Nusaibah bersama yang lain sigap mendatangi para prajurit yang susah payah mendekati tim medis dengan tubuh penuh luka. Diolesinya sekujur badan para prajurit dengan obat-obatan yang tersedia. Di tengah kesibukannya menjalani tugas mulia itu, ia melirik ke arah Rasulullah. Ternyata, Rasulullah tengah berjuang menangkis berbagai serangan seorang diri. Pelipis mulia beliau tersentuh anah panah lalu mengucurkan darah, gigi geraham beliau juga terkena hantaman senjata hingga terlepas. Menyaksikan perjuangan gigih kekasihnya itu, hati Nusaibah terbakar. Ia tak rela menatap kekasihnya dihujami senjata. Seluruh jiwa-raganya bergemuruh meronta. Tanpa berpikir panjang, ia ambil senjata prajurit yang tengah ia obati. Dengan gagah, ia bentuk formasi perisai untuk melindungi Rasulullah bersama sisa prajurit yang ada. Bermodal semangat juang yang tinggi, tekad baja, serta sakit hati saat melihat kekasihnya dianiaya, ia tumpas musuh-musuh yang mencoba mendekati Rasulullah. Bak seorang kesatria sejati, ia ayunkan pedang menyayat-nyayat tubuh tentara musuh. Aksi heroik Nusaibah digambarkan oleh Rasulullah: “Ia tidak berpaling ke kanan dan ke kiri, kecuali aku melihatnya terus berperang untukku.” (HR. Ibnu Saad)

                Akibat aksi nekadnya bergabung dalam barisan pasukan pada perang Uhud itu, ia menderita luka-luka di sekujur tubuhnya, jumlahnya sampai dua belas titik luka dengan luka terparah di leher bagian belakang. Luka leher ini akibat pukulan keras Ibnu Qomi’ah saat menggagalkan niat jahatnya untuk membunuh Rasulullah yang kala itu tengah sendiri. Ketika mendatangi Nusaibah yang terbaring menahan sakit, Rasulullah menyuruh putra Nusaibah, Abdullah untuk membalut luka-luka ibundanya. Mendapati Rasulullah datang menyambangi, Nusaibah mengajukan sebuah permintaan. Ia memohon agar Rasulullah berkenan mendoakannya agar ia sekeluarga kelak bisa menemani Rasulullah di surga. Rasulullah mengabulkan dan mendoakannya. Mendengar doa dari Rasulullah, Nusaibah berkata, “Aku tidak akan mengeluh atas setiap musibah yang menimpaku di dunia ini,” seolah-olah seluruh sakit yang tadi dideritanya hilang dan sirna.

Sumber: Sidogiri Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya  Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,i...