Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan
"Terkadang orang yang mengumpulkan harta tak ikut menikmatinya, yang menikmati harta bukanlah yang mengumpulkannya." (Al-Absyihi, Al-Mustathraf 41)
Berikut penjelasannya:
Ungkapan bijak ini menjadi peringatan sekaligus renungan bagi siapa saja yang terlalu sibuk menumpuk kekayaan tanpa menikmati atau memanfaatkannya dengan bijak. Betapa banyak orang bekerja keras siang dan malam demi mengejar materi, namun pada akhirnya justru tidak sempat merasakan hasil jerih payahnya. Entah karena sakit, usia yang habis, atau harta tersebut berpindah tangan — dinikmati oleh orang lain yang tidak ikut bersusah payah mengumpulkannya.
1. Kekayaan Bisa Berpindah Tangan Sebelum Dinikmati
Dalam kehidupan nyata, kita sering menjumpai orang-orang yang sangat giat mencari harta, tetapi lupa menikmati hidup. Mereka menyimpan dan menumpuk, namun belum sempat menikmati, tiba-tiba ajal menjemput. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun akhirnya hanya diwariskan atau bahkan jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam beberapa kasus modern, harta bahkan bisa hilang begitu saja karena kejahatan digital, penipuan, atau pencurian.
2. Hidup Butuh Keseimbangan
Harta adalah amanah dan sarana. Ia bukan tujuan akhir, tapi alat untuk mencapai kehidupan yang baik. Bila seluruh energi kita habis hanya untuk menimbun kekayaan, maka bisa jadi kita telah kehilangan esensi kehidupan itu sendiri: kebahagiaan, keberkahan, dan ketenangan. Sikap berlebihan dalam mengejar materi justru bisa membuat hidup terasa kosong dan penuh kecemasan.
3. Sindiran Bagi Si Pelit dan Tamak
Ungkapan ini juga menyindir mereka yang pelit—yang enggan menggunakan hartanya untuk kebahagiaan diri, keluarga, ataupun berbagi kepada sesama. Mereka menyangka dengan menyimpan terus, mereka akan aman dan kaya. Namun pada akhirnya, harta itu dinikmati oleh orang lain: ahli waris, penipu, atau bahkan musuh.
4. Hikmah di Balik Ilustrasi Digital
Dalam ilustrasi gambar, tampak seseorang sedang melakukan video call, namun lawan bicaranya adalah penipu yang menyamar dan mencuri identitas. Ini menggambarkan kenyataan zaman modern: betapa mudahnya harta berpindah ke tangan yang salah. Seseorang bisa ditipu secara digital, kehilangan data, akun, bahkan simpanan hidupnya — semua karena lalai atau terlalu percaya diri.
Kesimpulan
Hidup bukan tentang berapa banyak harta yang kita kumpulkan, tetapi seberapa bijak kita menggunakannya. Menyimpan boleh, tapi jangan sampai lupa menikmati dan membagikan. Karena bisa jadi, kita hanya menjadi “penjaga kekayaan” untuk orang lain. Maka, nikmatilah harta selagi bisa, dan gunakan untuk kebaikan sebelum datang masa di mana kita hanya bisa melihat orang lain menikmatinya.