Jumat, 07 November 2025

Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah


Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah

1. Pengantar

Salah satu sisi keindahan susunan al-Qur’an adalah adanya keterkaitan antar-surah. Para ulama menyinggung bahwa penutup sebuah surah sering berkaitan dengan pembukaan surah setelahnya, bahkan membentuk rangkaian makna. Hal ini tampak jelas dalam hubungan antara al-Furqān dengan an-Nūr, yang menyerupai hubungan al-An‘ām dengan al-Mā’idah.

2. Hubungan Penutup dan Pembukaan

Surah an-Nūr ditutup dengan ayat:

> “Milik Allah-lah apa yang di langit dan bumi” (an-Nūr: 64).



Surah al-Mā’idah ditutup dengan ayat:

> “Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya” (al-Mā’idah: 120).


Kedua penutup ini menegaskan kepemilikan dan kekuasaan Allah atas alam semesta.
Lalu, al-Furqān dibuka dengan:

> “Yang memiliki kerajaan langit dan bumi ... dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan ketetapan yang sempurna” (al-Furqān: 2).


Pembukaan ini adalah perincian dari penutup surah sebelumnya.


3. Perincian Isi

Dalam al-Furqān, Allah menyebutkan rincian ciptaan-Nya, antara lain:

Bayangan, malam, tidur, siang.

Angin, air, hewan ternak, manusia.

Percampuran dua lautan.

Kekerabatan (nasab dan pernikahan).

Penciptaan langit dan bumi dalam enam masa.

Istiwa’ Allah di atas ‘Arsy.

Gugusan bintang, matahari, bulan.


Semua ini adalah tafsir dan penjelasan detail dari firman-Nya:

> “Milik Allah-lah apa yang di langit dan bumi” (an-Nūr: 64).


Sebagaimana halnya al-An‘ām memerinci penutup al-Mā’idah.

4. Isyarat tentang Umat Terdahulu

Dalam al-Furqān, ada isyarat tentang umat-umat yang mendustakan dan dibinasakan.

Isyarat serupa terdapat dalam al-An‘ām.

Kemudian, isyarat tersebut diperjelas dan diperinci dalam surah setelahnya:

asy-Syu‘arā’ setelah al-Furqān.

al-A‘rāf setelah al-An‘ām.


Dengan demikian, hubungan antar-surah membentuk pola: isyarat → perincian.


5. Posisi dalam Kategori Surah

al-Furqān dan asy-Syu‘arā’ termasuk dalam kelompok al-Matsānī (surah-surah menengah).

al-An‘ām dan al-A‘rāf termasuk dalam kelompok ath-Thiwāl (surah-surah panjang).

Hubungan keduanya serupa: masing-masing menjadi pasangan dalam menjelaskan penutup surah sebelumnya.


6. Rahasia Pola Susunan: Surah Makkiyah setelah Madaniyah

Ada pula satu kelembutan lain yang menarik:
Setiap kali datang surah Makkiyah setelah surah Madaniyah, pembukaannya dimulai dengan pujian kepada Allah.
Contoh:

al-An‘ām setelah al-Mā’idah.

al-Isrā’ setelah an-Naḥl.

al-Furqān setelah an-Nūr.

Saba’ setelah al-Aḥzāb.

al-Ḥadīd setelah al-Wāqi‘ah.

al-Mulk (Tabārak) setelah at-Taḥrīm.


Ini memberi isyarat adanya kemandirian tema sekaligus perpindahan dari satu jenis bahasan ke jenis yang lain.



7. Kesimpulan

Susunan surah dalam al-Qur’an bukan acak, melainkan penuh hikmah.

al-Furqān berhubungan erat dengan an-Nūr, sebagaimana al-An‘ām dengan al-Mā’idah.

Pola: penutup ringkas → pembukaan perinci → isyarat → perincian lebih luas.

Perpaduan surah Makkiyah setelah Madaniyah memperlihatkan transisi tematik yang indah.


Kamis, 06 November 2025

8 Tips dan Trik Jitu Membalik Manipulasi

8 Tips dan Trik Jitu Membalik Manipulasi

Manipulasi bisa terjadi di mana saja—di tempat kerja, lingkaran pertemanan, bahkan dalam keluarga. Taktik ini seringkali membuat kita merasa bersalah, terburu-buru, atau ditekan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan. Kabar baiknya, manipulasi bisa dilawan, bahkan dibalikkan. Berikut adalah delapan tips praktis yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kenali Pola dan Mainannya Terlebih Dahulu

Langkah awal untuk melawan manipulasi adalah menyadari bahwa itu sedang terjadi. Pelajari trik-trik umum seperti penggunaan rasa bersalah, pujian berlebihan, atau desakan urgensi. Begitu Anda bisa mengenalinya, reaksi emosional bisa dikesampingkan dan Anda mulai berpikir lebih strategis.

2. Ajukan Pertanyaan yang Menjernihkan

Jangan terburu-buru menjawab. Saat ada yang mencoba menekan, tanyakan:

“Bisa tolong dijelaskan maksudnya?”

“Apa manfaat spesifiknya untuk saya?”
Pertanyaan sederhana ini memaksa manipulator membuka kartunya dan sering kali membuat taktiknya goyah.

3. Perlambat Tempo dan Ambil Jarak

Ingat, manipulasi sering bergantung pada keputusan instan. Jangan mau dipaksa terburu-buru. Katakan saja, “Saya butuh waktu untuk memikirkannya.” Jeda ini memberi ruang bagi Anda untuk menimbang dengan kepala dingin.

4. Gunakan Metode Fogging untuk Meredam Kritik

Jika Anda dikritik, jangan buru-buru defensif. Praktikkan fogging, yaitu menerima sebagian kecil kritik tanpa menelan bulat-bulat tuduhan. Misalnya: “Ya, mungkin benar saya kadang terlambat.” Dengan cara ini, Anda menutup celah tanpa memberi lawan kesempatan memperbesar serangan.

5. Terapkan Teknik Broken Record

Untuk permintaan yang memaksa, cukup ulangi jawaban Anda dengan tenang dan konsisten. Contoh: “Seperti yang saya katakan tadi, saya tidak bisa membantu proyek itu.” Ulangi terus tanpa emosi. Lama-lama, manipulator kehilangan tenaga karena usahanya tak membuahkan hasil.

6. Balikkan Fokus ke Mereka

Saat ditekan, alihkan sorotan. Tanyakan:

“Kenapa kamu sangat ingin saya melakukan ini?”

“Sepertinya ini penting sekali untukmu, ya?”
Pertanyaan balik membuat mereka harus menjelaskan diri, sehingga posisi Anda lebih aman.

7. Kendalikan Emosi dan Tetap Tenang

Manipulator mencari celah dari reaksi emosional Anda. Dengan nada suara yang datar, wajah netral, dan bahasa tubuh santai, Anda tidak memberi mereka “umpan”. Justru, ketenangan Anda bisa membuat mereka frustasi.

8. Pegang Teguh Nilai dan Diri Anda

Pertahanan terbaik adalah rasa percaya diri. Jika Anda tahu apa yang penting bagi Anda, serta jelas dengan batasan yang tidak bisa diganggu gugat, upaya manipulasi akan lebih mudah Anda kenali dan tolak.

Penutup

Membalik manipulasi bukan soal menjadi keras kepala, melainkan soal menjaga kendali atas diri sendiri. Dengan mengenali pola, memperlambat tempo, dan tetap tenang, Anda bisa menghadapi siapa pun tanpa mudah digiring ke arah yang tidak Anda inginkan. Pada akhirnya, kunci utama ada pada keyakinan Anda terhadap nilai diri sendiri.

Rabu, 05 November 2025

Mengatasi Prokrastinasi: Tiga Trik Psikologis untuk Berhenti Menunda Pekerjaan

Mengatasi Prokrastinasi: Tiga Trik Psikologis untuk Berhenti Menunda Pekerjaan

Banyak orang pernah mengalami situasi ini: target sudah jelas, rencana sudah matang, bahkan jadwal sudah disusun. Namun, saat tiba waktunya untuk mulai bekerja, justru membuka media sosial, membaca berita, atau sekadar scrolling tanpa henti. Tiba-tiba waktu sudah siang, pekerjaan tertunda, rencana berantakan, dan rasa bersalah pun muncul. Fenomena ini dikenal sebagai prokrastinasi—kebiasaan menunda pekerjaan penting.

Mengapa Kita Menunda?

Prokrastinasi sering kali bukan karena malas, melainkan karena rasa takut. Beberapa bentuk rasa takut yang memicu penundaan antara lain:

Takut tugas terlalu berat. Tugas terlihat begitu besar sehingga terasa mustahil diselesaikan.

Takut hasil tidak memuaskan. Bayangan kegagalan membuat langkah pertama terasa berat.

Takut semua usaha akan sia-sia. Kekhawatiran bahwa kerja keras tidak akan membuahkan hasil.


Ketika rasa takut ini muncul, otak secara otomatis mencari distraksi—aktivitas lain yang terasa lebih mudah dan menyenangkan—untuk menghindari ketidaknyamanan tersebut.

Mengakali Otak Agar Mau Memulai

Kunci mengatasi prokrastinasi adalah membuat otak memandang tugas sebagai sesuatu yang ringan dan dapat dilakukan. Berikut tiga trik psikologis yang terbukti efektif:

1. Reframing (Mengubah Sudut Pandang)

Otak cenderung melihat gambaran besar dari suatu tugas, yang membuatnya terasa menakutkan. Untuk mengatasinya, ubah perspektif menjadi langkah kecil yang konkret.
Contoh: Daripada berkata, “Skripsi ini akan sulit dan lama selesai,” ubah menjadi, “Hari ini saya akan menulis satu paragraf terlebih dahulu.” Dengan fokus pada bagian kecil, rasa takut berkurang, dan peluang untuk memulai menjadi lebih besar.

2. Starting Ritual (Ritual Awal)

Perpindahan dari kondisi santai ke kondisi fokus sering kali menjadi hambatan. Ritual awal membantu otak bertransisi secara halus.
Contoh: Sebelum mulai bekerja, seduh kopi dan rapikan meja. Sebelum berolahraga, kenakan pakaian olahraga terlebih dahulu. Isyarat sederhana ini memberi sinyal pada otak bahwa waktunya untuk mulai.

3. Public Commitment (Komitmen di Depan Publik)

Otak manusia memiliki kelemahan alami: tidak ingin terlihat gagal di depan orang lain. Tekanan sosial ini bisa dimanfaatkan sebagai pendorong disiplin.
Contoh: Membuat tantangan 30 hari push-up 100 kali dan membagikannya di media sosial. Ketika orang lain mengetahui komitmen Anda, akan ada dorongan lebih besar untuk menepatinya.

Kesimpulan

Prokrastinasi bukanlah masalah kemalasan semata, melainkan respon otak terhadap rasa takut dan beban tugas. Dengan Reframing, Starting Ritual, dan Public Commitment, pekerjaan besar bisa diubah menjadi serangkaian langkah kecil yang terasa ringan untuk dikerjakan. Saat tugas tampak lebih mudah, kita akan lebih cepat memulai—dan pada akhirnya, menyelesaikan—pekerjaan tersebut.


Selasa, 04 November 2025

Melatih Keterampilan Public Speaking bagi Guru

Melatih Keterampilan Public Speaking bagi Guru

Public speaking merupakan salah satu keterampilan penting yang wajib dimiliki seorang guru. Keberhasilan penyampaian materi di kelas tidak hanya bergantung pada isi pelajaran, tetapi juga pada bagaimana guru menyampaikan pesan tersebut kepada siswa. Komunikasi yang efektif akan membuat siswa lebih mudah memahami, fokus, dan antusias dalam belajar.

Berikut beberapa cara efektif yang dapat dilakukan guru untuk melatih kemampuan public speaking:

1. Pahami Audiens (Siswa) dengan Baik

Sebelum berbicara, guru perlu memahami siapa audiensnya, yaitu para siswa. Perbedaan usia, latar belakang, minat, serta tingkat pemahaman akan memengaruhi cara guru menyampaikan materi. Dengan memahami audiens, guru bisa:

Memilih bahasa yang mudah dipahami.

Menggunakan contoh yang relevan dengan kehidupan siswa.

Menyesuaikan intonasi dan gaya bicara agar tidak membosankan.

2. Latihan Bicara Secara Rutin

Keterampilan berbicara di depan umum tidak datang begitu saja, melainkan perlu dilatih secara konsisten. Guru dapat melatih diri dengan berbagai cara, seperti:

Berbicara di depan cermin untuk mengevaluasi ekspresi wajah dan bahasa tubuh.

Merekam saat mengajar lalu menontonnya kembali untuk melihat kekurangan.

Berlatih presentasi di depan keluarga atau rekan guru untuk mendapat masukan.

3. Siapkan Materi dan Alur Bicara

Kejelasan struktur penyampaian materi akan membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran. Oleh karena itu, guru sebaiknya:

Menyusun pembukaan, isi, dan penutup dengan rapi.

Membuat peta pikiran (mind map) untuk menjaga alur tetap terarah.

Melatih transisi antar topik agar pembelajaran terasa mengalir.

4. Perhatikan Intonasi, Artikulasi, dan Volume

Tiga hal ini merupakan kunci utama dalam public speaking:

Intonasi: Mengatur naik-turun suara agar tidak terdengar monoton.

Artikulasi: Mengucapkan kata dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah paham.

Volume: Menggunakan suara yang cukup keras, tetapi tidak berteriak.

Tips: Guru bisa melakukan latihan membaca teks dengan suara lantang atau melatih pernapasan dan vokal sebelum mengajar.

5. Gunakan Bahasa Tubuh (Body Language)

Komunikasi non-verbal sangat berpengaruh dalam mengajar. Guru dapat:

Menjaga kontak mata dengan seluruh siswa untuk membangun kedekatan.

Menggunakan gerakan tangan saat menjelaskan konsep penting.

Menyertakan senyuman agar suasana kelas lebih hangat dan nyaman.

6. Ikuti Pelatihan atau Komunitas Public Speaking

Mengasah kemampuan public speaking bisa dilakukan dengan bergabung dalam pelatihan, komunitas guru, organisasi, atau klub seperti Toastmasters. Melalui kegiatan ini, guru dapat berlatih secara intensif sekaligus mendapatkan masukan dari orang lain.

 7. Refleksi dan Evaluasi Diri

Setelah selesai mengajar, penting bagi guru untuk mengevaluasi diri. Pertanyaan reflektif yang bisa diajukan misalnya:

Apakah siswa antusias dan memahami penjelasan?

Bagian mana yang masih terasa kurang jelas atau gugup?

Apa yang bisa diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya?


Penutup

Melatih keterampilan public speaking bagi guru adalah sebuah proses berkelanjutan. Dengan memahami audiens, rutin berlatih, menyiapkan materi secara terstruktur, memperhatikan teknik berbicara, memanfaatkan bahasa tubuh, mengikuti pelatihan, serta melakukan evaluasi diri, guru akan semakin percaya diri dan komunikatif dalam mengajar.

Semoga tips ini bermanfaat dan menjadi bekal bagi guru untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Senin, 03 November 2025

Berpikir Jernih Itu Bisa Dilatih, Bukan Bakat


Berpikir Jernih Itu Bisa Dilatih, Bukan Bakat

Banyak orang mengira bahwa orang pintar adalah mereka yang tahu banyak hal atau lulusan sekolah tinggi. Padahal, kepintaran sejati bukan soal berapa banyak yang kita tahu, tapi seberapa jernih kita berpikir. Ironisnya, kemampuan berpikir jernih ini justru jarang diajarkan di sekolah.

Sebuah studi dari University of Edinburgh menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis tidak selalu sejalan dengan tingkat pendidikan formal. Yang lebih menentukan adalah seberapa sering seseorang melatih pikirannya dengan cara yang tepat. Hal ini juga ditegaskan dalam buku Thinking Skills karya John Butterworth dan Geoff Thwaites: logika bukan bawaan lahir, tapi keterampilan yang bisa diasah siapa saja, kapan saja, tanpa harus kuliah filsafat.

Logika Itu Dekat, Bukan Elit

Di dunia nyata, kita sering menemui orang yang terlalu percaya diri membela pendapat aneh, seperti bumi datar, hanya karena "laut kelihatan datar". Di sisi lain, ada yang menertawakan dengan kutipan artikel yang bahkan tidak dia pahami. Dua-duanya keliru: yang satu malas berpikir, yang lain hanya ikut-ikutan.

Padahal logika itu bukan sesuatu yang rumit atau khusus untuk orang akademik. Menurut Muhammad Nuruddin dalam bukunya Logika, kemampuan berpikir logis bisa dilatih dari hal-hal kecil sehari-hari. Saat kamu ngobrol di warung, belanja di pasar, atau sekadar scroll media sosial—semua itu bisa jadi latihan logika, asal kamu sadar dan mau berpikir lebih dalam.

Tujuh Cara Sederhana Melatih Logika Sehari-hari

Agar berpikir jernih jadi kebiasaan, kamu tidak perlu ikut kelas filsafat. Cukup terapkan tujuh kebiasaan ini:


---

1. Sering-sering tanya "Kenapa?"

Saat dapat berita heboh atau info baru, jangan langsung percaya. Tanyakan: kenapa orang percaya ini? Kenapa sumbernya bisa dipercaya? Dan kenapa saya langsung setuju atau marah? Ini melatih otak untuk tidak langsung bereaksi, tapi berpikir.


---

2. Tantang asumsi sendiri

Punya anggapan seperti "Orang kaya pasti bahagia"? Coba pikir ulang: apakah benar semua orang kaya bahagia? Apa bukti nyatanya? Melawan asumsi pribadi seperti ini bikin kita lebih kritis terhadap pola pikir sendiri.


---

3. Tahan lima detik sebelum merespons

Saat sedang diskusi atau debat, jangan buru-buru menjawab. Diam lima detik untuk berpikir bisa membuat jawaban kita lebih masuk akal. Ini melatih kesabaran dan kedalaman berpikir.


---

4. Bedakan fakta dan opini

Kalau seseorang bilang, “Film itu jelek,” coba tanya: itu fakta atau selera pribadi? Apakah ada data yang mendukung, atau hanya opini? Dengan membiasakan memilah fakta dan opini, logika kita makin tajam.


---

5. Baca dari dua sudut pandang berbeda

Jangan cuma baca berita dari satu sumber atau sudut pandang. Cari juga pandangan yang berlawanan. Ini melatih kita menilai argumen, bukan hanya mencari yang sesuai dengan pikiran sendiri.


---

6. Diskusi dengan orang yang tidak selalu setuju

Teman yang berbeda pandangan bisa menunjukkan celah dalam cara berpikir kita. Kalau kita cuma dikelilingi orang yang setuju, kita tidak akan pernah tahu seberapa kuat argumen kita sebenarnya.


---

7. Luangkan waktu untuk berpikir dalam diam

Logika butuh ruang hening. Matikan notifikasi, tenangkan pikiran, dan beri waktu untuk berpikir. Banyak ide besar lahir bukan saat ramai-ramai, tapi saat sendiri dan tenang.


---

Penutup: Logika Itu Kebiasaan, Bukan Gelar

Melatih logika bukan soal tahu istilah seperti fallacy atau deduksi. Ini soal membiasakan diri untuk berpikir sebelum bicara, menguji informasi sebelum menyimpulkan, dan terbuka terhadap kritik.

Di dunia yang makin bising dengan opini dan hoaks, kemampuan berpikir jernih adalah kompas penting dalam hidup. Dan kabar baiknya: kamu bisa mulai melatihnya hari ini, dari hal kecil di sekitar kamu.

Jadi, dari tujuh cara di atas, mana yang sudah kamu lakukan dan mana yang ingin kamu coba? Tulis di komentar dan bagikan artikel ini ke teman yang sering debat tapi logikanya lemah. Siapa tahu, satu bacaan ini bisa menyelamatkan banyak obrolan dari kesesatan berpikir.

Minggu, 02 November 2025

Membasahi Kuburan

HUKUM MENYIRAM AIR DIKUBURAN

Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatu az-Zain menerangkan bahwa hukum menyiram kuburan dengan air dingin adalah sunnah. Tindakan ini merupakan sebuah pengharapan (tafa’ul) agar kondisi mereka yang dalam kuburan tetap dingin.

وَيُنْدَبُ رَشُّ الْقَبْرِ بِمَاءٍ باَرِدٍ تَفاَؤُلاً بِبُرُوْدَةِ الْمَضْجِعِ وَلاَ بَأْسَ بِقَلِيْلٍ مِنْ مَّاءِ الْوَرْدِ ِلأَنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ تُحِبُّ الرَّائِحَةَ الطِّيْبِ (نهاية الزين, ص. ۱٥٤)

Disunnahkan untuk menyirami kuburan dengan air yang dingin. Perbuatan ini dilakukan sebagai pengharapan dengan dinginnya tempat kembali (kuburan) dan juga tidak apa-apa menyiram kuburan dengan air mawar meskipun sedikit, karena malaikat senang pada aroma yang harum.

Begitu pula yang termaktub dalam kitab al-Bajuri

...ويندب أن يرش القبر بماء والأولى أن يكون طاهرا باردا لأنه صلى الله عليه وسلم فعله بقبرولده إبراهم وخرج بالماء ماء الورد فيكره الرش به لأنه إضاعة مال لغرض حصول رائحته فلاينافى أن إضاعة المال حرام وقال السبكى لا بأس باليسير منه إن قصد به حضور الملائكة فإنها تحب الرائحة الطيبة...

Disunnahkan menyiram kubur dengan air, terutama air dingin sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah saw. terhadap pusara anaknya, Ibrahim. Hanya saja hukumnya menjadi makruh apabila menyiraminya menggunakan air mawar dengan alasan menyia-nyiakan (barang berharga). Meski demikian, menurut Imam Subki tidak mengapa kalau memang penyiraman air mawar itu mengharapkan kehadiran malaikat yang menyukai bau wangi.

Hal ini sebenarnya pernah pula dilakukan oleh Rasulullah saw.

” أن النبي ( صلى الله عليه وسلم ) رش على قبر ابراهيم ابنه ووضع عليه حصباء ”

“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil diatasnya.”

Begitu juga dengan meletakkan karangan bunga ataupun bunga telaseh yang biasanya diletakkan di atas pusara ketika menjelang lebaran. Hal ini dilakukan dalam rangka Itba’ (mengikuti) sunnah Rasulullah saw. sebagaimana diterangkan dalam hadits 

حَدثَناَ يَحْيَ : حَدَثَناَ أَبُوْ مُعَاوِيَةَ عَنِ الأعمش عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طاووس عن ابن عباس رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذِّباَنِ فَقاَلَ: إِنَّهُمَا لَـيُعَذِّباَنِ وَماَ يُعَذِّباَنِ فِيْ كَبِيْرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ وَأَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ يَمْشِيْ باِلنَّمِيْمَةِ . ثُمَّ أَخُذِ جَرِيْدَةً رَطْبَةً فَشْقِهَا بِنَصْفَيْنِ، ثُمَّ غُرِزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةٍ، فَقَالُوْا: ياَ رَسُوْلَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هٰذَا ؟ فقاَلَ: ( لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَالَمْ يَيْـبِسَا)

Dari Ibnu Umar, ia berkata; Suatu ketika Nabi melewati sebuah kebun di Makkah dan Madinah lalu Nabi mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Nabi bersabda kepada para sahabat “Kedua orang (yang ada dalam kubur ini) sedang disiksa. Yang satu disiksa karena tidak memakai penutup ketika kencing, sedang yang lainnya lagi karena sering mengadu domba”. Kemudian Rasulullah menyuruh sahabat untuk mengambil pelepah kurma, kemudian membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat lalu bertanya, kenapa engkau melakukan hal ini ya Rasul?. Rasulullah menjawab: Semoga Allah meringankan siksa kedua orang tersebut selama dua pelepah kurma ini belum kering. (HR. Bukhari dari kitab Sahih al-Bukhari, hlm. 1361)

Lebih ditegaskan lagi dalam kitab I’anah at-Thalibin;

يُسَنُّ وَضْعُ جَرِيْدَةٍ خَضْرَاءَ عَلَى الْقَبْرِ لِلْإ تِّباَعِ وَلِأَنَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُ بِبَرَكَةِ تَسْبِيْحِهَا وَقيِسَ بِهَا مَا اعْتِيْدَ مِنْ طَرْحِ نَحْوِ الرَّيْحَانِ الرَّطْبِ

Disunnahkan meletakkan pelepah kurma yang masih hijau di atas kuburan, karena hal ini adalah sunnah Nabi Muhammad saw. dan dapat meringankan beban si mayat karena barokahnya bacaan tasbihnya bunga yang ditaburkan dan hal ini disamakan dengan sebagaimana adat kebiasaan, yaitu menaburi bunga yang harum dan basah atau yang masih segar.

Dalil-Dalil lain

Setelah mayit atau jenazah dimasukkan ke liang lahat, dihadapkan ke arah kiblat, lalu pocongnya dibuka dan sudah diadzani, lantas liang ditutup rata d

engan tanah. Setelah itu ditaburkan bunga di atasnya. Bunga tadi disiram air agar tidak cepat layu, namun bukan ditujukan sesuatu yang berbau mistik.

Sebenarnya tidak harus bunga, pelepah atau ranting-ranting pun boleh, yang penting masih basah atau segar. Hal ini senafas dengan ayat al-Qur'an surat At-Taghabun ayat 1:

يُسَبِّحُ لِلّهِ مَا فِي السَّموَاتِ وَ مَا فِي اْلأَرْضِ

Bahwa semua makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan, bertasbih kepada Allah swt.

Akan tetapi, mengenai cara masing-masing membaca tasbih, hanya Allah saja yang tahu. Dan terkait dengan tabur bunga tadi, dihimbau penabumya memilih bunga­-bunga yang masih segar agar bisa memberi “manfaat” bagi si mayit, sebab bunga-bunga tadi akan bertasbih kepada Allah swt.

Hal ini berdasar pada, pertama penjelasan dari kitab Kasyifatus Syubhat hlm. 131: Bahwa disunnahkan meletakkan pelepah daun yang masih hijau di atas kubur/makam karena mengikuti sunnah Nabi (hadits ini sanadnya shahih). Dijelaskan bahwa pelapah seperti itu dapat meringankan beban si mayit berkat bacaan tasbihnya. Untuk memperoleh tasbih yang sempurna, sebaiknya dipilih daun yang masih basah atau segar.

Analog dengan meletakkan pelepah tadi ialah mencucurkan bunga atau sejenisnya. Pelepah atau bunga yang masih segar tadi haram diambil karena menjadi hak si mayit. Akan tetapi, kalau sudah kering, hukumnya boleh lantaran sudah bukan hak si mayit lagi (sebab pelapah, bunga, atau sejenisnya tadi sudah tidak bisa bertasbih).

Dalil kedua yakni hadits Ibnu Hibban dari Abu Hurairah yang mengatakan:

“ Kami berjalan bersama Nabi melewati dua makam, lalu beliau berdiri di atas makam itu, kami pun ikut berdiri. Tiba-tiba beliau menyingsingkan lengan bajunya, kami pun bertanya: ‘Ada apa ya Rasul? Beliau menjawab: ‘Apakah kau tidak mendengar?’ Kami menjawab heran: Tidak, ada apa ya Nabi? Beliau pun menerangkan: ‘Dua lelaki sedang disiksa di dalam kuburnya dengan siksa yang pedih dan hina.’ Kami pun bertanya lagi: Kenapa bisa begitu ya RasuI? Beliau menjelaskan: ‘Yang satu, tidak bersih kalau membasuh bekas kencing; dan satunya lagi suka mencaci orang lain dan suka mengadudomba.’ "Rasulullah lalu mengambil dua pelapah kurma, diletakkan di atas kubur dua lelaki tadi. Kami kembali bertanya Apa gunanya ya Rasul? Beliau menjawab: ‘Gunanya untuk meringankan siksa mereka berdua selagi masih basah.’ Demikian seperti dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin Juz II hlm 119.

Dalil ketiga: Para ulama menjadikan kasus Rasulullah menancapkan dua pelepah kurma yang ditancapkan di atas dua kubur tadi dengan menanam pohon atau bunga, sayang para ulama tidak menjelaskan caranya.

Akan tetapi, di dalam hadits shahih disebutkan: Rasulullah menancapkan di masing-masing kuburan itu dan tetap memberi manfaat pada semua ruang. Maksudnya, pelapah itu dapat ditancapkan dimana saja. Abd bin Humaid dalam Musnad-nya mengatakan: Rasulullah menancapkan pelapah itu tepat di arah kepala si mayit dalam kuburnya. Demikian penjelasan dalam kitab al-Fatawa al-Haditsiyah hal 196.

Sabtu, 01 November 2025

Tak ada Foya-Foya dalam makan

Apakah jika punya uang kemudian dibelikan makan yang mewah apakah termasuk foya foya
Jawab: Jika masih bisa habis maka tidak termsuk foya²

ليس في الطعام إسراف إنما الإسراف في اللباس والأثاث
[أبو حامد الغزالي ,إحياء علوم الدين ,3/97]

ودفع إبراهيم بن أدهم إلى بعض إخوانه دراهم وقال خذ لنا بهذه الدراهم زبدا وعسلا وخبزا حواريا فقيل يا أبا إسحاق بهذا كله قال ويحك إذا وجدنا أكلنا أكل الرجال وإذا عدمنا صبرنا صبر الرجال وأصلح ذات يوم طعاما كثيرا ودعا إليه نفرا يسيرا فيهم الأوزاعي والثوري فقال له الثوري يا أبا إسحاق أما تخاف أن يكون هذا إسرافا فقال ليس في الطعام إسراف إنما الإسراف في اللباس والأثاث
[أبو حامد الغزالي ,إحياء علوم الدين ,3/97]

Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah

Hubungan Surah al-Furqān dengan an-Nūr: Analogi dengan al-An‘ām dan al-Mā’idah 1. Pengantar Salah satu sisi keindahan susunan al-Qur’an adal...