Minggu, 17 Agustus 2025

Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan

Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan 

"Terkadang orang yang mengumpulkan harta tak ikut menikmatinya, yang menikmati harta bukanlah yang mengumpulkannya." (Al-Absyihi, Al-Mustathraf 41)

Berikut penjelasannya:

Ungkapan bijak ini menjadi peringatan sekaligus renungan bagi siapa saja yang terlalu sibuk menumpuk kekayaan tanpa menikmati atau memanfaatkannya dengan bijak. Betapa banyak orang bekerja keras siang dan malam demi mengejar materi, namun pada akhirnya justru tidak sempat merasakan hasil jerih payahnya. Entah karena sakit, usia yang habis, atau harta tersebut berpindah tangan — dinikmati oleh orang lain yang tidak ikut bersusah payah mengumpulkannya.

1. Kekayaan Bisa Berpindah Tangan Sebelum Dinikmati

Dalam kehidupan nyata, kita sering menjumpai orang-orang yang sangat giat mencari harta, tetapi lupa menikmati hidup. Mereka menyimpan dan menumpuk, namun belum sempat menikmati, tiba-tiba ajal menjemput. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun akhirnya hanya diwariskan atau bahkan jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam beberapa kasus modern, harta bahkan bisa hilang begitu saja karena kejahatan digital, penipuan, atau pencurian.

2. Hidup Butuh Keseimbangan

Harta adalah amanah dan sarana. Ia bukan tujuan akhir, tapi alat untuk mencapai kehidupan yang baik. Bila seluruh energi kita habis hanya untuk menimbun kekayaan, maka bisa jadi kita telah kehilangan esensi kehidupan itu sendiri: kebahagiaan, keberkahan, dan ketenangan. Sikap berlebihan dalam mengejar materi justru bisa membuat hidup terasa kosong dan penuh kecemasan.

3. Sindiran Bagi Si Pelit dan Tamak

Ungkapan ini juga menyindir mereka yang pelit—yang enggan menggunakan hartanya untuk kebahagiaan diri, keluarga, ataupun berbagi kepada sesama. Mereka menyangka dengan menyimpan terus, mereka akan aman dan kaya. Namun pada akhirnya, harta itu dinikmati oleh orang lain: ahli waris, penipu, atau bahkan musuh.

4. Hikmah di Balik Ilustrasi Digital

Dalam ilustrasi gambar, tampak seseorang sedang melakukan video call, namun lawan bicaranya adalah penipu yang menyamar dan mencuri identitas. Ini menggambarkan kenyataan zaman modern: betapa mudahnya harta berpindah ke tangan yang salah. Seseorang bisa ditipu secara digital, kehilangan data, akun, bahkan simpanan hidupnya — semua karena lalai atau terlalu percaya diri.

Kesimpulan

Hidup bukan tentang berapa banyak harta yang kita kumpulkan, tetapi seberapa bijak kita menggunakannya. Menyimpan boleh, tapi jangan sampai lupa menikmati dan membagikan. Karena bisa jadi, kita hanya menjadi “penjaga kekayaan” untuk orang lain. Maka, nikmatilah harta selagi bisa, dan gunakan untuk kebaikan sebelum datang masa di mana kita hanya bisa melihat orang lain menikmatinya.

Jumat, 15 Agustus 2025

Jika Seorang Pencuri Ingin Memperbaiki Diri

Cara Taubatnya si pencuri

Pertanyaan:
Bagaimana cara Taubatnya si pencuri yang sudah melakukan profesi selama bertahun-tahun 

Jawab:

Apabila harta masih ada dan pelaku tidak mengetahui pemiliknya namun ada kemungkinan untuk diketahui, maka ia harus berusaha mencari pemiliknya, dan dianjurkan mengumumkannya. 

Akan tetapi, jika sudah putus asa untuk mengetahui pemiliknya, maka status uang/sendal tersebut tersebut menjadi milik baitul mal yang dialokasikan untuk kemaslahatan umat Islam, seperti disedekahkan untuk pembangunan masjid, atau diberikan kepada fakir-miskin.

Al Habib Abdurrahman Al Masyhur menyatakan :

مسألة : ب ش) : وقعت في يده أموال حرام ومظالم وأراد التوبة منها ، فطريقة أن يرد جميع ذلك على أربابه على الفور ، فإن لم يعرف مالكه ولم ييأس من معرفته وجب عليه أن يتعرفه ويجتهد في ذلك ، ويعرفه ندباً ، ويقصد رده عليه مهما وجده أو وارثه ، ولم يأثم بإمساكه إذا لم يجد قاضياً أميناً كما هو الغالب في هذه الأزمنة اهـ. إذ القاضي غير الأمين من جملة ولاة الجور ، وإن أيس من معرفة مالكه بأن يبعد عادة وجوده صار من جملة أموال بيت المال ، كوديعة ومغصوب أيس من معرفة أربابهما ، وتركة من لا يعرف له وارث ، وحينئذ يصرف الكل لمصالح المسلمين الأهم فالأهم ، كبناء مسجد حيث لم يكن أعم منه ، فإن كان من هو تحت يده فقيراً أخذ قدر حاجته لنفسه وعياله الفقراء كما في التحفة وغيرها ، زاد ش : نعم قال الغزالي إن أنفق على نفسه ضيق أو الفقراء وسع أو عياله توسط حيث جاز الصرف للكل ، ولا يطعم غنياً إلا إن كان ببرية ولم يجد شيئاً ، ولا يكتري منه مركوباً إلا إن خاف الانقطاع في سفره اهـ. وذكر نحو هذا في ك وزاد : ولمستحقه أخذه ممن هو تحت يده ظفراً ، ولغيره أخذه ليعطيه به للمستحق ، ويجب على من أخذ الحرام من نحو المكاسين والظلمة التصريح بأنه إنما أخذه للرد على ملاكه ، لئلا يسوء اعتقاد الناس فيه ، خصوصاً إن كان عالماً أو قاضياً
 أو شاهداً.

"Masalah: Seseorang memiliki harta haram atau hasil dari kezaliman dan ingin bertaubat darinya. Cara bertaubat adalah dengan segera mengembalikan semua harta tersebut kepada pemiliknya. Jika ia tidak mengetahui pemiliknya dan masih ada harapan untuk menemukannya, maka wajib baginya berusaha keras untuk mencarinya. Dianjurkan untuk memperkenalkan dirinya dalam usaha ini dan bermaksud mengembalikan harta tersebut kapan pun ia menemukannya atau menemukan ahli warisnya. Ia tidak berdosa memegang harta itu jika tidak menemukan hakim yang amanah, sebagaimana sering terjadi di zaman sekarang.

Adapun hakim yang tidak amanah termasuk di antara para penguasa yang zalim. Jika seseorang benar-benar tidak bisa mengetahui pemiliknya karena kecil kemungkinan untuk menemukannya, maka harta tersebut menjadi bagian dari harta Baitul Mal, seperti halnya barang titipan atau harta yang dirampas yang tidak diketahui pemiliknya, atau warisan dari orang yang tidak memiliki ahli waris yang diketahui. Dalam kondisi ini, semua harta tersebut harus disalurkan untuk kepentingan umat Islam, dimulai dari yang paling penting hingga yang lebih rendah prioritasnya, seperti membangun masjid jika itu adalah kebutuhan yang paling utama." [Bughyatul musytarsyidin Juz 1 Hal 329]


Jaminan Allah bagi Pembaca al-Qur’an: Selamat di Dunia dan Akhirat

Jaminan Allah bagi Pembaca al-Qur’an: Selamat di Dunia dan Akhirat

Dalam sebuah nasihat yang dinukil dari sahabat mulia Ibnu Abbas, beliau berkata:
“Allah menjamin pada pembaca al-Qur’an: takkan tersesat di dunia dan takkan celaka di akhirat.”

Ucapan ini bukan sekadar ungkapan indah, melainkan mengandung makna yang sangat dalam tentang keutamaan membaca dan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

1. Takkan Tersesat di Dunia

Orang yang membaca al-Qur’an dengan niat yang ikhlas dan memahami kandungannya, akan selalu mendapat petunjuk yang benar dalam menjalani hidup. Ia akan tahu:
Mana jalan yang lurus dan mana yang menyesatkan, Bagaimana menyikapi ujian dan nikmat dunia, Serta bagaimana menjadi pribadi yang adil, jujur, dan bertakwa.

Al-Qur’an adalah kompas kehidupan. Ia menjaga pembacanya dari kebingungan, penyimpangan moral, dan kesalahan dalam mengambil keputusan. Dengan al-Qur’an, seseorang tak akan mudah terombang-ambing oleh arus dunia yang menyesatkan.

2. Takkan Celaka di Akhirat

Bagi siapa pun yang menjadikan al-Qur’an sebagai panduan hidup, Allah menjanjikan keselamatan di akhirat. Ia akan:

Dijauhkan dari azab
Diberi cahaya di hari kiamat
Dimasukkan ke dalam golongan orang yang beruntung.

Al-Qur’an akan menjadi syafa’at (penolong) bagi para pembacanya, membelanya di hadapan Allah, dan memberikan keberkahan yang tak terhingga setelah kematian.

Penutup

Membaca al-Qur’an bukan sekadar ibadah lisan, tetapi adalah jalan keselamatan di dunia dan akhirat. Barang siapa yang mempelajarinya, mengamalkannya, dan hidup bersamanya, niscaya ia akan mendapatkan jaminan dari Allah: tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.

Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang dicintai Allah karena al-Qur’an. Aamiin.

Kamis, 14 Agustus 2025

Menguasai Bahasa Tubuh: Seni Memimpin Percakapan Tanpa Banyak Kata

Menguasai Bahasa Tubuh: Seni Memimpin Percakapan Tanpa Banyak Kata

Bahasa tubuh sering kali berbicara lebih lantang daripada kata-kata. Seseorang mungkin mampu mengontrol ucapannya, namun gerak tubuhnya hampir selalu membocorkan apa yang ia rasakan. Menurut pakar komunikasi Allan dan Barbara Pease, lebih dari 55% pesan tersampaikan melalui bahasa tubuh, sedangkan kata-kata hanya menyumbang sekitar 7%. Artinya, menguasai bahasa tubuh bukan sekadar pelengkap, tetapi kunci utama dalam membangun pengaruh.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan contoh nyata betapa bahasa tubuh memengaruhi hasil komunikasi. Seorang manajer yang gugup saat bernegosiasi—duduk membungkuk, menghindari tatapan, dan sering menyentuh wajah—akan terlihat tidak percaya diri. Sebaliknya, seseorang yang percaya diri mampu membuat lawan bicaranya mengikuti postur dan gesturnya tanpa disadari. Inilah kekuatan mengatur bahasa tubuh: memimpin percakapan tanpa memaksakan kata-kata.

Tujuh Teknik Mengatur Bahasa Tubuh Lawan Bicara

1. Cermin Terbalik (Reverse Mirroring)
Biasanya, teknik mirroring dilakukan dengan meniru gerakan lawan bicara untuk menciptakan kedekatan. Namun untuk memimpin interaksi, Anda bisa membalik caranya: jadilah pihak yang memulai gerakan. Misalnya, ubah posisi duduk atau tangan, lalu perhatikan apakah lawan mengikuti. Jika iya, ritme percakapan sudah berada di bawah kendali Anda.


2. Mengatur Nafas
Tarik napas perlahan dan berbicara dengan tempo tenang. Ritme napas ini sering diikuti lawan bicara, sehingga suasana menjadi lebih terkendali. Teknik ini sangat efektif menghadapi orang yang sedang emosional.


3. Bermain dengan Jarak
Edward T. Hall membagi jarak interaksi menjadi intim, pribadi, sosial, dan publik. Mendekat setengah langkah dapat memberi kesan tegas atau menambah keterlibatan, sementara menjaga jarak bisa membuat lawan lebih nyaman dan menurunkan sikap defensif.


4. Mengatur Posisi Kepala
Kepala tegak lurus memberi kesan otoritas, sedangkan sedikit miring menunjukkan sikap mendengarkan. Perubahan sederhana ini dapat memengaruhi respons emosional lawan bicara.


5. Mengunci Kontak Mata
Menatap lebih lama dari biasanya dapat menumbuhkan rasa percaya sekaligus memberi tekanan halus. Dalam negosiasi, teknik ini dapat membuat lawan bicara lebih jujur atau terdorong memberikan penawaran yang lebih baik.


6. Bahasa Tangan yang Tepat
Telapak tangan terbuka memunculkan kesan ramah, sedangkan menunjuk atau mengepalkan tangan memicu defensif. Gunakan variasi gerakan tangan untuk mengatur mood percakapan.


7. Gerakan Kaki sebagai Sinyal
Kaki sering kali menunjukkan niat sebenarnya. Mengarahkan kaki ke lawan bicara dapat menciptakan kedekatan, sementara mengarahkannya ke pintu memberi sinyal ingin mengakhiri percakapan.



Lebih dari Sekadar Komunikasi

Reputasi seseorang dalam berinteraksi tidak hanya dibangun dari kata-kata, melainkan dari bahasa tubuh yang ia kuasai. Saat Anda mampu mengatur bahasa tubuh lawan bicara, Anda tidak hanya memimpin percakapan, tetapi juga mengendalikan atmosfer yang menentukan hasil akhirnya.

Menguasai bahasa tubuh bukanlah seni memanipulasi, melainkan seni membangun pengaruh dan koneksi yang lebih dalam. Seperti kata pepatah, “Orang mungkin lupa apa yang Anda katakan, tetapi mereka akan selalu mengingat bagaimana perasaan mereka saat bersama Anda.”


Rabu, 13 Agustus 2025

Berkatalah baik atau diam

"Diam adalah keselamatan, sedangkan bicara baik adalah keuntungan." (Ibnu Abdil Barr, Bahjatul Majalis 6)

Penjelasan:

Dalam kehidupan sehari-hari, kata-kata memiliki kekuatan besar. Melalui ucapan, seseorang bisa membangun kedamaian atau memicu konflik, bisa membawa manfaat atau justru menimbulkan kerusakan. Karena itu, Islam mengajarkan prinsip kehati-hatian dalam berbicara, sebagaimana dinyatakan dalam nasihat hikmah dari seorang ulama besar, Ibnu Abdil Barr:
"Diam adalah keselamatan, sedangkan bicara baik adalah keuntungan."

Makna Diam Adalah Keselamatan

Diam dalam konteks ini bukan berarti pasif atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Melainkan, diam yang dimaksud adalah sikap menahan diri dari berkata yang sia-sia, menyakitkan, atau merugikan. Dalam banyak situasi, diam bisa menjadi bentuk penjagaan diri yang sangat efektif dari dosa lisan seperti ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dan ucapan kotor.

Banyak orang terjerumus dalam masalah hanya karena tidak mampu mengontrol lisannya. Oleh karena itu, bersikap diam saat emosi, dalam keadaan tidak tahu, atau ketika tidak ada hal baik yang bisa diucapkan adalah sebuah bentuk keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Makna Bicara Baik Adalah Keuntungan

Meskipun diam memiliki nilai keselamatan, bukan berarti seseorang harus selalu membungkam dirinya. Jika ada sesuatu yang baik untuk disampaikan baik berupa nasihat, motivasi, ilmu, atau sekadar ucapan yang menenangkan, maka itu adalah keuntungan besar.

Ucapan yang baik bisa menjadi sumber pahala, membangun hubungan yang harmonis, dan menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan. Bahkan, dalam hadis Nabi Muhammad ﷺ, disebutkan:
والكلمة الطيبة صدقة 
Ucapan yang baik adalah bentuk dari sedekah (HR: Bukhari & Muslim).

Keseimbangan Antara Diam dan Bicara

Keseimbangan inilah yang ditekankan dalam Islam. Tidak semua hal harus dikomentari, dan tidak semua pendapat harus disampaikan. Namun, ketika berbicara, maka hendaknya:

-Penuh pertimbangan.

-Bernilai manfaat.

-Menjaga adab dan etika.


Sabda Nabi Muhammad ﷺ pun sangat mendukung prinsip ini:
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Penutup

Dalam dunia yang penuh kebisingan ini, kemampuan untuk menahan diri dari bicara yang tidak perlu adalah sebuah kebijaksanaan. Diam menjaga kita dari kesalahan, sedangkan bicara baik membawa keberkahan. Maka, jadikanlah lisan sebagai alat penyebar kebaikan, bukan sumber kerusakan.


Selasa, 12 Agustus 2025

Ujian Punya Pasangan Unggul

MAU NIKAH SAMA ANAK KIAI? MAU PASANGAN YANG CAKEP, POPULER, PINTAR? BOLEH, TAPI KAMU YAKIN HATIMU CUKUP KUAT UNTUK UJIANNYA?

Ada yang bilang: “Aku ingin menikah dengan anak kiai, pasti menyenangkan jadi istri Lora atau Gus, pintar, sabar, alim, dan membimbing dalam kebaikan.” tapi tak pernah bertanya:
bagaimana rasanya menjadi istri seorang tokoh agama? disorot dari ujung rambut hingga ujung kaki, semuanya harus tampak sempurna.
yang mubah bagi orang lain, bisa jadi seolah haram jika dilakukan istri seorang Gus, tak boleh tampil biasa, tak boleh tergelincir sedikit saja. Hidup seolah di bawah kaca pembesar, diperhatikan, dinilai, bahkan dihakimi.

Ada yang bilang: “Pengen deh punya pasangan good looking, yang cakep, wangi, enak diajak jalan”, tapi tak pernah berpikir: apa rasanya punya pasangan yang dilirik semua orang? lalu ada yang berucap: “Andai pasanganku orang hebat, tokoh penting, tentu membanggakan sekali”, tapi tak membayangkan: Apa rasanya hanya bisa memeluknya saat ia sudah kelelahan? atau bahkan harus rela, berbagi dirinya dengan tanggung jawab yang lebih besar dari rumah tangga itu sendiri?
Kita sering memuja kelebihannya, tapi menolak konsekuensinya.

Jika pasanganmu paham agama, kau akan diarahkan bukan sekadar diajak. Kau harus siap menerima nilai yang teguh, dan jalan hidup yang tak bisa dinego oleh perasaan sesaat.

Jika pasanganmu rupawan, kau harus lebih banyak percaya, lebih sedikit curiga. Cemburu akan datang, tapi kau harus tahu cara menaklukkannya.

Jika pasanganmu terkenal, kau akan lebih sering menunggunya daripada bersamanya.
Dan kehadirannya jadi hal yang mahal, bukan karena tak cinta, tapi karena ia dibutuhkan banyak manusia.

Jika pasanganmu pintar, jangan harap dia akan mengangguk pada sesuatu yang bertentangan dengan logikanya. Beradu argumen mungkin jadi hal yang biasa. Cinta tetap ada, tapi kepalanya tak mudah dibelokkan hanya dengan manja.

Kita sering ingin sinarnya, tapi tak siap menerima bayangannya. Ingin kesuksesannya,
tapi tak tahan dengan kesepiannya. Ingin populernya, tapi tak siap dengan hidup yang selalu ditonton. Ingin pintarnya, tapi tak kuat dengan debatnya. Ingin parasnya yang rupawan, tapi tak tahan cemburunya.

Padahal, kelebihan pun bisa jadi ujian. Dan yang kita anggap kekurangan, bisa jadi justru penjaga untuk hati kita.

Pasangan yang tak begitu rupawan, mungkin justru membuatmu lebih tenang. Pasangan yang tak begitu pintar, mungkin lebih sering mengalah untukmu. Pasangan yang sederhana dan tak terkenal, mungkin justru bisa menemanimu setiap hari, bercakap hangat tanpa jadwal, menatapmu utuh tanpa tergesa.

Mencintai seseorang itu bukan hanya menerima sisi idealnya, tapi menerima dia secara utuh, dengan seluruh kelebihan yang bisa menjadi ujian, dan kekurangan yang ternyata justru menjadi anugerah. Jangan sibuk memilih yang sempurna, tapi berdoalah agar hatimu siap mencintai dengan cara yang dewasa.

Kemuliaan seorang terletak pada kemandiriannya

Kemuliaan seorang terletak pada kemandiriannya

 "Minta-minta bagi lelaki adalah sebuah kehinaan, hasilnya cepat habis, namun rasa hinanya akan abadi." (Ibnu Abdil Barr, Bahjatul Majalis 34)

Berikut penjelasannya:

Dalam kehidupan ini, setiap manusia dihadapkan pada berbagai ujian dan tantangan. Salah satu nilai luhur yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam dan banyak budaya adalah harga diri, terutama bagi seorang laki-laki yang secara kodrati memiliki tanggung jawab besar dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Salah satu nasihat penuh hikmah datang dari Ibnu Abdil Barr, seorang ulama Andalusia ternama berkata:

"Minta-minta bagi lelaki adalah sebuah kehinaan, hasilnya cepat habis, namun rasa hinanya akan abadi."

Makna Nasihat Ini

Nasihat tersebut mengandung pesan moral yang mendalam. Meminta-minta, dalam konteks ini, bukan hanya soal menerima bantuan, tetapi lebih kepada gaya hidup bergantung pada orang lain, padahal seseorang itu masih memiliki kemampuan untuk berusaha. Dalam hal ini, meminta bukan hanya sekadar tindakan, melainkan mencerminkan kemalasan, hilangnya tanggung jawab, dan lunturnya kehormatan diri.

1. Sebuah Kehinaan bagi Laki-laki

Seorang laki-laki idealnya menjadi figur yang kuat, mandiri, dan bisa diandalkan. Jika ia menjatuhkan dirinya untuk meminta-minta tanpa sebab yang dibenarkan, maka ia sedang meruntuhkan martabat yang seharusnya ia jaga. Masyarakat pun cenderung kehilangan rasa hormat terhadap laki-laki yang enggan berjuang.


2. Hasilnya Cepat Habis

Apa yang didapat dari meminta biasanya tidak kekal. Hari ini diberi, besok sudah habis. Tidak ada keberkahan dalam harta yang didapat tanpa usaha. Berbeda dengan hasil kerja keras yang meskipun sedikit, tetapi terasa nikmat dan menumbuhkan semangat hidup.


3. Rasa Hinanya Akan Abadi

Inilah dampak paling berat. Perasaan malu dan hina akan tertanam di hati dan pikiran. Bahkan ketika harta yang didapat dari meminta sudah lenyap, rasa rendah diri dan aibnya tetap tinggal. Ini bisa merusak kepercayaan diri, hubungan sosial, dan bahkan masa depan seseorang.

Bukan Larangan Absolut, Tapi Ajakan untuk Mandiri

Penting untuk ditekankan bahwa nasihat ini bukan bermaksud melarang secara mutlak. Karena ada situasi darurat yang memperboleh untuk meminta-minta. Juga bukan melarang orang lain untuk membantu, Islam justru sangat menganjurkan tolong-menolong. Namun yang ditekankan di sini adalah semangat kemandirian—khususnya bagi mereka yang masih mampu berusaha. Bantuan seharusnya menjadi jalan keluar terakhir, bukan pilihan hidup utama.

Penutup

Menjaga harga diri lebih utama daripada menikmati bantuan sesaat. Lebih baik hidup sederhana dari hasil usaha sendiri, daripada hidup berkecukupan dari belas kasihan orang lain. Nasihat Ibnu Abdil Barr mengajarkan kita bahwa kehormatan dan martabat lebih berharga daripada harta.

"Hasil meminta akan cepat habis, tetapi rasa hinanya akan tinggal selamanya."

Maka, marilah kita semua belajar untuk berdiri tegak, menghadapi hidup dengan kerja keras, dan tidak mudah menggantungkan hidup pada orang lain. Karena sejatinya, kemuliaan seorang manusia terletak pada kemandiriannya.


Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan

Mengumpulkan Harta, Tapi Tak Menikmatinya: Sebuah Refleksi Kehidupan  "Terkadang orang yang mengumpulkan harta tak ikut menikmatinya, y...