Minggu, 18 Agustus 2024

Panduan Berdebat Tentang Nasab



Cara mudah menghadapi Kang Imad CS

Pembahasan nasab memang sedang panas panasnya, hampir setiap hari saya didebat oleh para pendukung Kang Imad. 

Jika kita teliti, Argumen  'ilmiyah' mereka  berputar pada dua poin:

1. Kitab sezaman
Pensyaratan kitab sezaman berangkat dari kesalahan fahaman (ketidak fahaman atau malah manipulasi) dalam mencerna teks dalam kitab Al-Muntahal yang menjadi Rujukan Kyai Imad
Dalam Al-Muntakhob disebutkan:
ولا يقدم بحال على ما يثبته النسابة خصوصا ان كانوا اقرب زمانا او مكانا

“Sejarawan tidak boleh didahulukan dari penetapan ahli nasab khususnya jika ahli nasab itu lebih dekat masanya atau tempatnya” (Al Kafi al Muntkhab, h. 71).

K Imad menyebutkan:
Perhatikan apa yang dikatakan oleh Dr. Abdurrahman bin Majid tentang kitab sezaman atau yang lebih dekat zamannya dengan objek penelitian. Disebutkan dalam kitab tersebut bahwa kitab sejarah tidak boleh didahulukan dari kitab nasab apalagi jika kitab nasab itu zamannya lebih dekat. Dari situ jelas kitab sezaman atau yang mendekati adalah instrumen dalam penelitian kesahihan nasab. 

Tentu saja ini tidak benar, karena teks lain dikitabnya ini  yang tidak dicantumkan oleh K imad:
لا يشترط للشهرة والإستيفاظة وجود عمود نسب متصل الى ان قال 
وانما تعتبر كقرينة ثبوت عند من تعذرت له الإستيفاظة والشهرة لعلة مقبولة شرعا وعقلا
Tidak disyaratkan dalam kemasyhuran adanya catatan penyangga nasab yang bersambung, - 
catatan Nasab dianggap sebagai indikator ketetapan nasab ketika sulit mendapatkan informasi kemasyhuran karena alasan tertentu yang diterima oleh syara (Hal 55)
Ditambah lagu tak ada satupun Ulama Genalogi Islam yang Menyaratkan kisaja. sezaman. 

Bahkan Syaikh Khalil Ibrahim (Penulis Al-Muqaddimah Fi Ilmil Ansab & Penngulas Kitab Al-Muntakhob yang menjadi Rujukan Kyai Imad) berkata dalam salah satu wawancaranya dengan RA Ismael Al Kholilie:

الشهرة المستفيضة للسادة ال باعلوي فاقت كثير من الانساب وعمود النسب شرط كمال

“ Syuhroh Istifadhoh ( kemasyhuran reputasi ) para Sadah Ba’alawi telah mengungguli banyak nasab yang lain, sedangan disebutkannya Amud Nasab hanyalah syarat kesempurnaan ( bukan syarat sah)“  

Sedangkan untuk ukuran Syuhrah sendiri ulama Syafi'iyyah mencukupkan dengan hitungan personal kira-kira 26 orang seperti yang disebutkan oleh al-Munawi:

وقد نظمها المناوي في قوله: ففي الست والعشرين تكفي استفاضة وتثبت سمعا دون علم بأصله

[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٣٤٣/٤] 

Biasanya setelah argumentasi mereka dipatahkan, mereka menggiring pada opini kedua:

2. Tes DNA
Para pendukung Kang Imad Mendesak mewajibkan Test DNA seperti yang sudah 
Hal itu tujuan utamanya menutupi kekalahan telak pada argumen pertama, dan agar terlihat ilmiyah 

Padahal Test DNA bukan instrumen penetapan Nasab Secara Syar'i, hanya sebagai Instrumen Pendukung saja, seperti yang dijelaskan KH. Fakhrurrazi Malang  - selaku pelaku sejarah dan peserta Muktamar 2004. 

(Jika tetap maksa DNA), maka tanya balik adakah Sampel DNA Nabi? 
Yang Aneh dari statmen mereka bahwa Baalwi itu adalah keturunan Yahudi, karena Holapgrub Y DNA nya adalah J1
Padahal J1 adalah Holapgrub Ras orang-orang Semenanjung Arab dan Suku-Suku Arab Juga. Dengan kata lain orang yang menuding Ba’alawi sebagai keturunan Yahudi berarti mengakui jika Ba'alawi adalah keturunan Nabi, karena Holapgrub Y DNA nya Yahudi dan orang Semenanjung Arab sama yaitu J1. (Akhir-akhir ini tuduhannya berubah, yang awalnya Yahudi sekarang jadi majusi dan Hoplagrupnya juga berubah dari J1 ke G, Aneh bin ajaib

Lebih aneh lagi Statmen DNA ini  disampaikan oleh Dr Sugeng Sugiharto, Seorang Ahli Gizi (bukan Ahli DNA apalagi Genologi/Ilmu Nasab) 

Silahkan Cek profilnya 

https://www.linkedin.com/in/sugeng-sugiharto-75a95b21b?utm_source=share&utm_campaign=share_via&utm_content=profile&utm_medium=android_app

Point yang paling penting adalah kang Imad bukan seorang Nasabah ataupun Ahli Genologi dan berbicara tanpa mengikuti Kaedah Nasab, tak heran jika pendapatnya bertentangan dengan para Ahli Nasab. 

Seperti yang dikatakan Ibnu Hajar
إذا تكلم المرء في غير فنه أتى بهذه العجائب
"Jika seseorang berkata tak sesuai kapasitasnya, maka akan memunculkan banyak Keanehan" (Fathul Bari 3/466)

Hal ini diperparah dengan fakta bahwa dia tak pernah melakukan penelitian lapangan secara langsung (meneliti orang Yaman tapi tidak pernah datang ke Makam Sayid Ubaidillah di Yaman), itu artinya dia menulis tesisnya tidak melalui studi yang komprehensif dan menyeluruh.

Maka sudah benar apa yang dilakukan pada masyaikh dan Salaf shalih yang memuliakan para Habaib dan mengakui mereka, jejak mereka lebih ilmiah dari pada keilmiahan mereka yang ternyata tak lebih dari sekedar manipulasi data. 

Kita sebagai santri, ikut guru adalah hal yang paling benar, karena para guru tidak akan bertindak kecuali disertai kecocokan dengan ilmu syariat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adab-adab berdoa

Adab-adab berdoa  Doa berarti memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala terhadap sesuatu yang bersifat baik. Seperti berdoa m...