Sabtu, 24 Agustus 2024

Pentingnya Bermain Bagi Anak-Anak



Pentingnya Bermain Bagi Anak-Anak

Demikian salah satu poin yang saya sampaikan:

Mendidik anak merupakan tugas yang berat, karena tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Untungnya, Allah telah memfasilitasi kita agar dapat menjalankan amanah sebagai orang tua dengan sebaik-baiknya melalui Rasulullah Muhammad saw.

Rasulullah adalah figur terbaik dan contoh konkret yang mengajarkan kita bagaimana mendidik anak secara islami.

Ada banyak hadis yang menerangkan secara gamblang bagaimana Rasulullah memperlakukan anak-anak pada masanya, sehingga tercetaklah generasi emas yang gemilang.

Rasulullah merupakan seorang figur yang suka bermain dan berbincang-bincang dengan anak-anak sekedar untuk menyenangkan mereka, walaupun kelihatannya sepele.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku memiliki adik yang bernama Abu 'Umair dan ia memiliki seekor burung kecil yang sering ia mainkan. Maka apabila Rasulullah datang ke rumahku ia berkata pada adikku: 'Wahai Abu 'Umair, apa yang dilakukan nughair (burung kecil)?'"

Ada pula kisah seorang shahabiyyah (sahabat Nabi dari kaum perempuan), Ummu Khalid radhiyallahu ‘anha yang menceritakan masa kecilnya: Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ayahku dan aku memakai baju berwarna kuning. Kemudian aku bermain-main cincin kenabian di punggung beliau, maka ayahku melarangku, tetapi Rasulullah berkata: 'Biarkan saja', kemudian berdoa: 'Semoga engkau panjang umur', sampai tiga kali".

Demikianlah, Rasulullah benar-benar memahami kebutuhan anak-anak terhadap permainan dan senda gurau. Beliau tidak membatasi kesenangan mereka dan menuntut mereka bersikap seperti orang dewasa.

Atas dasar ini para ulama merumuskan salah satu prinsip pokok dalam pendidikan anak, bahwa orang tua harus memberi anaknya kesempatan yang baik untuk bermain dan menganggapnya sebagai hal yang wajar dan perlu. Justru mencegah seorang anak bermain atau membatasi pergerakannya bisa menimbulkan banyak risiko, baik fisik maupun psikis.

Imam al-Ghazali memperingatkan kita akan pentingnya hal ini dalam kitabnya, Ihya' 'Ulumiddin (juz III/hlm. 73),

ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺆﺫﻥ ﻟﻪ ﺑﻌﺪ اﻻﻧﺼﺮاﻑ ﻣﻦ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﺃﻥ ﻳﻠﻌﺐ ﻟﻌﺒﺎ ﺟﻤﻴﻼ ﻳﺴﺘﺮﻳﺢ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻌﺐ اﻟﻤﻜﺘﺐ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺘﻌﺐ ﻓﻲ اﻟﻠﻌﺐ ﻓﺈﻥ ﻣﻨﻊ اﻟﺼﺒﻲ ﻣﻦ اﻟﻠﻌﺐ ﻭﺇﺭﻫﺎﻗﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﺩاﺋﻤﺎ ﻳﻤﻴﺖ ﻗﻠﺒﻪ ﻭﻳﺒﻄﻞ ﺫﻛﺎءﻩ ﻭﻳﻨﻐﺺ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﻴﺶ ﺣﺘﻰ ﻳﻄﻠﺐ اﻟﺤﻴﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﺨﻼﺹ ﻣﻨﻪ ﺭﺃﺳﺎ.

“Setelah selesai belajar dari Kuttab (tempat belajar anak untuk belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur'an) hendaknya ia diberi izin untuk bermain dengan permainan yang indah (baik/positif) yang dapat menghilangkan penatnya dari tempat belajar al-Qur'an tersebut, sekira dia tidak kelelahan ketika bermain. Sebab, mencegah anak bermain dan memaksanya terus-menerus belajar dapat mematikan hati dan menghilangkan kecerdasannya serta dapat membuat hidupnya seperti tercekik (tidak nyaman) sampai pada akhirnya dia akan (terdorong) melakukan tipu daya untuk lari dari kondisi itu sepenuhnya".

Kiai saya, Syekh KH. M. Sa'id Abdurrochim Sarang dalam karyanya, al-Manhaj as-Sari (hlm. 16) memberikan argumentasi dari pentingnya bermain bagi anak. Alasannya adalah untuk menghilangkan kebosanan dan kepenatan yang menghinggapi si anak, memperbarui semangatnya, menjernihkan otaknya, dan melatih kekuatan tubuhnya agar tidak mudah terkena penyakit sebagaimana keterangan Imam al-Ghazali dalam Ihya'-nya.

Sumber: Izzuddin Al-Hasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya

Anak akan belajar dari kehidupan orang tuanya  Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,i...