كفى عبرا لذوي الألباب ما جربوا
“Cukuplah pengalaman yang telah dialami menjadi pelajaran bagi orang-orang berakal.” (Ath-Thurthusyi, Sirojul Mulk: 199)
Berikut penjelasannya:
Ungkapan ini mengajarkan bahwa pengalaman adalah guru yang membentuk kebijaksanaan. Dalam Islam, pengalaman adalah pelajaran hidup dari Allah yang harus dimanfaatkan untuk memperbaiki diri dan menata masa depan. Ada beberapa alasan kenapa pengalaman perlu kita buat pelajaran dalam kehidupan kita:
1. Pengalaman sebagai Sumber Ilmu Praktis
Teori dan nasihat memang penting, tetapi pengalaman langsung membuat seseorang benar-benar merasakan akibat dari tindakannya. Hal ini sejalan dengan perintah Allah untuk melihat jejak umat terdahulu:
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ
"Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (ketentuan Allah terhadap umat terdahulu), maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan." (QS. Āli ‘Imrān: 137)
2. Orang Berakal Tidak Mengulang Kesalahan yang Sama
Pengalaman pahit seharusnya menjadi “alarm” agar kita tidak terjatuh di lubang yang sama. Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»
"Seorang mukmin tidak akan disengat dari lubang yang sama dua kali." (HR. al-Bukhārī, Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa orang beriman belajar dari kesalahan dan tidak membiarkan dirinya terjebak dalam kebodohan yang berulang.
3. Tidak Semua Pelajaran Harus Didapat dari Penderitaan Baru
Islam mendorong kita untuk mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain agar tidak terjerumus ke dalam kerugian yang sama. Allah berfirman:
فَاعْتَبِرُوا يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَبْصَـٰرِ
"Maka ambillah pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan." (QS. Al-Ḥasyr: 2)
Dengan mengambil ibrah, kita bisa memperbaiki keadaan tanpa harus mengalami penderitaan yang sama.
4. Pengalaman sebagai Petunjuk Masa Depan
Pola peristiwa masa lalu sering terulang dalam bentuk yang berbeda. Orang yang peka akan menjadikan pengalaman sebagai peta menuju keberhasilan. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
«الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ»
"Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati." (HR. at-Tirmiżī, hasan)
Kecerdasan di sini mencakup kemampuan belajar dari pengalaman untuk menata masa depan, termasuk bekal akhirat.
Epilog
Pengalaman ibarat cermin spion saat berkendara fungsinya bukan untuk membuat kita terus menoleh ke belakang, tetapi untuk memahami kondisi di sekitar dan menghindari bahaya sebelum melangkah ke depan. Orang berakal memandang masa lalu sebagai guru, bukan sebagai beban; sebagai penuntun, bukan sebagai rantai yang menahan langkahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar