Sabtu, 13 September 2025

Mengkritisi boleh, menghina jangan

Mengkritik boleh, menghina jangan

Ibnu Hazm Berkata:

اشد الناس استعظاما للعيوب بلسانه هو أشدهم استهلالا لها بفعله
 
Orang paling sering mengkritik kesalahan orang adalah orang yang paling banyak menerjang kesalahan itu (Rasail Ibnu Hazm) 

Berikut penjelasannya:

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang yang lantang mengkritik kesalahan orang lain. Mereka fasih menyebut aib, pandai menyusun kata, dan tak segan menyebutkan betapa buruknya perilaku tertentu. Namun, ironisnya, orang yang paling keras mengkritik sering kali justru menjadi pelaku utama kesalahan yang sama.

Kritik yang Berbalik Menjadi Bumerang

Kritik yang lahir dari ketulusan hati adalah nasihat yang bermanfaat. Namun, kritik yang keluar dari lisan tanpa disertai perbaikan diri akan menjadi bumerang. Sebab, orang lain akan menilai bukan hanya dari ucapan, tetapi juga dari perilaku nyata.

Dalam hal ini para pengkritik ada dua golongan:

1. Orang mengkritik karena tak pernah melakukan kesalahan yang sama, hanya saja dia sangat berlebihan dalam mengingatkan pelaku, bahkan lebih tepat disebut mengejek daripada memberi nasehat. Hal ini tentu bukan tindakan yang baik. Rasulullah bersabda:

من عيَّر أخاه بذنبٍ لم يمت حتى يعمله

“Siapa yang mencela saudaranya karena dosa, ia tidak akan mati hingga melakukan dosa itu.” (HR. Tirmidzi) 

Hadis tersebut menegaskan jika kita bereaksi secara berlebihan pada pelaku kesalahan, maka suatu saat kita akan melakukan kesalahan yang sama, apalagi jika misal kita menghadapi situasi yang serupa. 

Oleh karenanya, menasihati itu perlu, namun jangan sampai menghina. Allah ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka" (QS. Al-Hujurat:11)

Contoh konkrit adalah yang terjadi sekarang banyak yang menghina para koruptor, namun saat para pengkritisi dapat jabatan, justru tindakan korupsi mereka lebih parah dari sebelumnya. Hal ini terjadi bukan karena pengkritisi itu taat peraturan, tapi karena memang belum dapat kesempatan untuk korupsi. 

2. Orang mengkritisi untuk menutupi kesalahannya, sehingga membuat viral kesalahan orang demi menutupi kesalahan sendiri. 

Sebagai contoh seseorang mengkritik orang lain karena kemalasannya, namun ternyata dirinya juga pemalas akut yang lalai dari tanggung jawab. Dengan melakukan kritik tentu para mata akan fokus melihat kesalahan yang dikritik daripada yang mengkritik. 

Tindakan ini hanya bisa dilakukan oleh SDM Rendah, dia sudah tahu atas kesalahannya, namun tidak punya kualitas untuk memperbaiki diri sendiri. Allah ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ۝ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Saff: 2–3)

Mulai dari Memperbaiki Diri

Jadikanlah mengkritik kesalahan orang lain sebagai momen untuk memperbaiki diri. Orang bijak selalu memulai perubahan dari dalam dirinya, Sebab, nasihat yang lahir dari keteladanan akan lebih mengena dibanding seribu kata yang hanya keluar dari bibir. Abul Aswad Ad-Du'aly berkata:

ابدأ بنفسك فانهها عن غيها # فإذا انتهت عنه فأنت حكيم

"Mulailah dari dirimu sendiri, hentikan kesesatanya, jika telah berhenti maka kamu adalah orang yang bijak" (Diwan Abil Aswad Ad-Du'aly: 1/414)

Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cinta Sehat: Ruang untuk Tumbuh Bersama, Bukan Mengontrol

Cinta Sehat: Ruang untuk Tumbuh Bersama, Bukan Mengontrol Cinta sering kali diartikan sebagai rasa memiliki. Namun, cinta yang benar-benar s...