Rasulullah ﷺ bersabda:
إذا اشتَهى مريضُ أحدِكم شيئًا فليطعمْه
“Apabila salah seorang dari kalian yang sedang sakit menginginkan sesuatu, maka berilah ia makan apa yang diinginkannya.” (HR. Ibnu Majah no. 3440)
Berikut penjelasannya:
Dalam ajaran Islam, perhatian terhadap orang sakit tidak hanya terbatas pada pengobatan medis dan doa, tetapi juga meliputi pemenuhan kebutuhan psikologis dan keinginan yang dapat membantu proses penyembuhan. Salah satu ajaran Rasulullah ﷺ yang jarang dibahas adalah anjuran untuk memberi makanan yang diinginkan oleh orang sakit, selama berlebihan. Allah ta'ala berfirman:
Baik, berikut terjemahannya:
كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A‘raf: 31)
Tentu saja hal diatas dengan catatan tidak diyakini berdampak negatif pada si sakit, apabila berdampak buruk secara akut maka tidak diperkenankan.
Rasulullah bersabda:
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh saling membahayakan.” (HR: Ibnu Majah)
Analisa ulama dibalik anjuran Rasulullah:
Hadits di atas menunjukkan adanya sisi kelembutan dan kemanusiaan dalam Islam, bahkan pada urusan kecil sekalipun seperti makanan untuk orang sakit.
Para ulama menjelaskan bahwa perintah Rasulullah di atas berlaku secara sunnah , dengan syarat makanan tersebut tidak diyakini secara pasti akan menimbulkan bahaya besar.
Jika seseorang sakit dan menginginkan makanan tertentu karena lapar yang alami, meskipun makanan itu memiliki sedikit risiko bagi kesehatannya, hal itu bisa jadi lebih bermanfaat dibandingkan memberinya makanan lain yang sebenarnya bermanfaat tetapi tidak ia sukai.
Hal ini karena keinginan yang tulus dan kecintaan alami tubuh terhadap suatu makanan dapat membantu tubuh menerima dan mencerna makanan tersebut dengan baik, sehingga mengurangi potensi bahaya. Sebaliknya, rasa tidak suka terhadap makanan yang sebenarnya sehat justru dapat membawa dampak negatif.
Menurut penjelasan ulama, pemenuhan keinginan ini memiliki manfaat biologis yang nyata karena tubuh cenderung menerima makanan yang disukai dengan baik. Ibnu Sina berkata:
الوهم نصف الداء الاطمئنان نصف الدواء الصبر أول خطوات الشفاء
Panik adalah separuh penyakit, tenangnya hati adalah separuh kesembuhan dan sabar adalah langkah awal dari kesembuhan
Batasan dalam Penerapan
Walaupun makanan yang diinginkan dianjurkan untuk diberikan, jumlahnya harus dibatasi. Cukup sedikit untuk meredakan rasa ingin dan memberi kepuasan psikologis. Jika diberikan secara berlebihan, dikhawatirkan akan membawa mudarat yang lebih besar.
Epilog
Hadits di atas mengajarkan bahwa Islam memperhatikan keseimbangan antara manfaat fisik dan kenyamanan batin bagi orang sakit. Pemenuhan keinginan makanan yang wajar dapat menjadi bagian dari proses penyembuhan, selama dilakukan dengan bijak dan tidak membahayakan kesehatan.
Ini adalah bukti bahwa Islam adalah agama yang memandang kesehatan secara holistik, mencakup aspek tubuh, jiwa, dan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar