"Keberkahan tidak bisa diukur dengan jumlah, namun banyaknya jumlah merupakan tanda dari keberkahan" (Ath-Thurthusyi, Sirojul Muluk 204)
Berikut penjelasannya:
1. Keberkahan Tidak Bisa Diukur dengan Jumlah
Keberkahan adalah nilai spiritual dan manfaat yang tidak selalu berkaitan dengan kuantitas.
Sesuatu yang sedikit bisa membawa kebaikan yang besar jika diberkahi Allah. Misalnya, rezeki yang tidak banyak, tapi mencukupi, membuat tenang, sehat, dan membawa kebaikan.
Jadi, ukuran keberkahan lebih pada kualitas dan manfaat, bukan pada jumlah semata.
2. Namun Banyaknya Jumlah Bisa Menjadi Tanda Keberkahan
Meskipun bukan ukuran utama, jumlah yang banyak (rezeki, anak, ilmu, amal, waktu) juga bisa menjadi pertanda bahwa sesuatu itu diberkahi.
Ketika jumlah itu banyak dan tetap membawa kebaikan, manfaat, ketenangan, serta mendekatkan kepada Allah, itu bisa menjadi indikasi keberkahan.
Namun ini tetap harus dilihat dalam konteks: apakah banyaknya itu disertai manfaat dan tidak menjadi beban atau mudarat.
Keberkahan tidak tergantung pada jumlah, tapi pada nilai kebaikan yang dibawanya.
Jumlah yang banyak bisa menjadi tanda keberkahan, asalkan tidak menjauhkan dari kebaikan dan ketakwaan.
Orang yang punya sedikit uang tapi cukup, bermanfaat, dan membuatnya dermawan — itu keberkahan.
Tapi jika seseorang diberi harta yang banyak dan digunakan untuk hal baik, membantu orang, dan mendatangkan ketenangan — itu juga tanda keberkahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar