Minggu, 20 Juli 2025

Kenapa Kita Terjebak Kebiasaan Buruk, Padahal Tahu Itu Salah?

Kenapa Kita Terjebak Kebiasaan Buruk, Padahal Tahu Itu Salah?

Pernah merasa bersalah karena terlalu lama scroll media sosial, padahal sudah niat mau tidur atau kerja? Kamu bukan sendiri. Banyak dari kita tahu apa yang harus dilakukan, tapi tetap saja memilih hal sebaliknya. Kenapa bisa begitu?

Jawabannya ternyata ada di dalam otak kita sendiri.

Dalam buku The Power of Habit karya Charles Duhigg, dijelaskan bahwa otak manusia memang dirancang untuk membuat rutinitas. Tujuannya agar kita bisa menghemat energi saat melakukan aktivitas sehari-hari. Masalahnya, otak tidak bisa membedakan mana rutinitas yang baik dan mana yang merugikan. Semua hal yang sering kita ulangi bisa menjadi kebiasaan otomatis—termasuk kebiasaan buruk.

Contoh sederhana:
Kamu bangun tidur, langsung ambil HP. Awalnya niat lima menit, eh jadi setengah jam.
Siang hari mau kerja, tapi “pemanasan” dulu buka YouTube.
Malamnya niat tidur cepat, malah scroll TikTok sampai larut.

Kamu sadar itu bikin produktivitas terganggu, bahkan bikin stres. Tapi tetap saja diulang. Kenapa?

Karena ini bukan soal lemah niat, tapi soal sistem saraf yang terlalu efisien. Begitu otak mengenali pola yang sering kamu lakukan, ia akan menjadikannya otomatis. Lama-lama, kamu melakukannya tanpa sadar. Tapi kabar baiknya: pola ini bisa diubah.

Berikut ini lima cara otak membentuk kebiasaan buruk, dan bagaimana kita bisa memutusnya:


1. Otak Suka Pola yang Bisa Ditebak

Otak menyukai hal-hal yang teratur dan mudah dikenali. Misalnya, jika kamu terbiasa ngemil saat stres, otak akan belajar: “Stres = makan.” Akhirnya, tiap merasa tertekan, kamu otomatis cari camilan.

Solusi: Bukan hilangkan stresnya, tapi ubah cara merespons. Coba ganti ngemil dengan jalan kaki lima menit, atau ambil napas dalam-dalam. Kuncinya bukan melawan, tapi mengganti pola.


2. Kebiasaan Melekat pada Situasi Tertentu

Otak kita mengaitkan aktivitas dengan tempat dan waktu. Misalnya, duduk di sofa langsung pengen nonton TV, atau masuk kamar langsung buka HP.

Solusi: Ubah rutinitas kecil agar pola otomatis terganggu. Pindahkan posisi duduk, simpan HP di tempat yang tidak mudah dijangkau, atau ganti suasana kerja. Perubahan kecil bisa berdampak besar.


3. Otak Menghafal Rasa Senang, Bukan Niat Baik

Menurut BJ Fogg dalam buku Tiny Habits, kebiasaan terbentuk karena adanya “reward” atau rasa senang. Otak akan lebih mudah mengingat apa yang membuat kita merasa enak, bukan apa yang kita niatkan.

Itulah mengapa nonton video pendek terasa lebih menyenangkan daripada baca buku—karena sensasi senangnya instan.

Solusi: Beri hadiah kecil untuk kebiasaan baik. Contohnya, setelah baca lima halaman buku, beri diri sendiri izin nonton satu video lucu. Lama-lama otak akan belajar bahwa disiplin juga bisa menyenangkan.


4. Otak Tidak Suka Kekosongan

Banyak kebiasaan buruk muncul karena kita tidak tahu harus ngapain. Ketika otak menghadapi waktu kosong, ia akan mencari hal yang mudah dan instan untuk diisi—scroll medsos, ngemil, stalking mantan.

Solusi: Siapkan daftar kegiatan alternatif yang sehat dan sederhana. Misalnya: baca ringkasan buku, menulis jurnal lima menit, atau stretching ringan. Isi kekosongan dengan kesadaran, bukan kebiasaan lama.


5. Otak Malas Evaluasi Pola yang Sudah Terbentuk

Begitu kebiasaan terbentuk, otak akan malas mengevaluasinya kembali. Karena itu, hal buruk bisa terasa nyaman dan otomatis.

Solusi: Paksa otak berpikir ulang dengan pertanyaan reflektif setiap hari. Misalnya:
– “Kenapa tadi aku ngelakuin itu?”
– “Apa dampaknya buat diriku minggu depan?”

Dengan sering bertanya, kamu bisa keluar dari mode autopilot dan kembali sadar.


Penutup: Semua Pola Bisa Diubah

Otak memang tidak bisa membedakan mana kebiasaan baik dan buruk. Ia hanya mencatat pola. Tapi pola itu bisa dibongkar dan dibentuk ulang, asalkan kamu cukup sadar untuk tidak terus-menerus berjalan di jalur yang sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Dimaksud Dengan Nabi Ummi

Apa yang dimaksud Ummi jika dinisbatkan kepada nabi?  Umi adalah tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis قال عبد الله بن عباس رضي الله عنه...