Pernahkah Anda berbicara dengan seseorang yang membuat Anda merenung dan berkata dalam hati:
"Benar juga, mengapa saya tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya?"
Bukan karena orang tersebut sok tahu, melainkan karena ia mampu mengajukan pertanyaan yang tajam, sederhana, dan menggugah pikiran. Pertanyaan yang tidak sekadar menantang, tetapi membantu Anda berpikir lebih jernih.
Dalam tradisi filsafat, bertanya bukanlah sekadar alat untuk mencari jawaban. Lebih dari itu, ia adalah cara untuk menggali kedalaman makna di balik jawaban-jawaban yang selama ini kita anggap cukup.
Filsuf besar seperti Socrates, Immanuel Kant, Aristoteles, hingga para master Zen dari Jepang, semuanya menggunakan pertanyaan sebagai alat utama untuk menembus kabut kebingungan dan ketidaktahuan. Bagi mereka, bertanya adalah bentuk keberanian intelektual.
Agar percakapan kita tidak hanya berhenti pada basa-basi atau debat yang tidak produktif, berikut lima teknik bertanya yang diwariskan para filsuf selama ribuan tahun—yang masih sangat relevan hingga hari ini.
---
1. “Apa yang Anda maksud dengan…?” – Teknik Klarifikasi ala Socrates
Banyak perdebatan tidak muncul karena perbedaan pendapat, tetapi karena perbedaan definisi. Misalnya, seseorang berkata: “Menurut saya, kebebasan itu penting.” Namun, kebebasan seperti apa yang ia maksud?
Socrates tidak akan langsung membantah. Ia justru akan bertanya:
“Apa yang Anda maksud dengan kebebasan?”
Dengan mengajukan pertanyaan klarifikasi, percakapan menjadi lebih jernih sejak awal. Kita tidak langsung menyanggah sesuatu yang belum benar-benar kita pahami.
---
2. “Bagaimana Anda tahu bahwa hal itu benar?” – Teknik Epistemologis ala Kant
Immanuel Kant menekankan bahwa banyak keyakinan kita berasal dari kebiasaan, bukan dari pengujian atau penalaran yang kritis. Oleh karena itu, sebelum mempercayai atau menyebarkan suatu informasi, penting untuk bertanya:
“Apa dasar keyakinan Anda?”
Pertanyaan ini bukanlah bentuk konfrontasi, tetapi undangan untuk berpikir bersama. Kita diajak untuk menyadari dari mana pengetahuan kita berasal dan sejauh mana ia dapat dipertanggungjawabkan.
---
3. “Apa kemungkinan sebaliknya?” – Teknik Dialektika ala Aristoteles
Aristoteles mengajarkan bahwa berpikir kritis berarti mampu mempertimbangkan pandangan yang bertolak belakang dari yang kita yakini. Ia mendorong kita untuk mengevaluasi suatu pendapat dari berbagai sisi.
Contoh:
"Semua orang harus mengenyam pendidikan tinggi."
→ “Bagaimana jika seseorang tidak kuliah, namun tetap sukses?”
Pertanyaan ini tidak dimaksudkan untuk membantah, melainkan untuk melatih pikiran agar tidak terjebak dalam satu arah pandang saja.
---
4. “Apakah ini membuat kita lebih bijaksana atau hanya terlihat pintar?” – Pertanyaan Etis ala Filsafat Timur
Dalam filsafat Timur, terutama tradisi Zen, bertanya bukan untuk menunjukkan kehebatan intelektual, melainkan untuk menyingkap ego yang tersembunyi.
Shunryu Suzuki, salah seorang guru Zen ternama, pernah menyampaikan pertanyaan reflektif:
“Apakah pertanyaanmu lahir dari keinginan untuk benar-benar tahu, atau hanya agar terlihat tahu?”
Pertanyaan yang baik lahir dari kerendahan hati—bukan dari keinginan untuk tampil lebih unggul.
5. “Apakah ini masih akan penting lima tahun dari sekarang?” – Pertanyaan Eksistensial ala Heidegger
Martin Heidegger, filsuf eksistensialis Jerman, mengajak kita untuk berpikir melampaui saat ini. Banyak hal yang kita ributkan hari ini, sebenarnya tidak akan berarti dalam jangka panjang.
Pertanyaan ini mengajak kita menyelami makna sejati dari waktu dan keberadaan:
“Apakah hal ini benar-benar penting, atau hanya tampak mendesak sementara waktu?”
Dengan berpikir dalam dimensi waktu yang lebih luas, kita akan lebih bijak dalam memilih apa yang patut dipikirkan dan diperjuangkan.
Penutup
Bertanya bukan tanda bahwa kita lemah atau tidak tahu. Justru, kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang mendalam merupakan bukti keberanian untuk berpikir kritis dan terbuka.
Di era di mana jawaban mudah ditemukan di mesin pencari, pertanyaan yang jernih dan reflektif menjadi semakin berharga.
Sebab jawaban bisa disalin, tetapi pertanyaan mencerminkan kejernihan pikiran seseorang.
Dari kelima teknik bertanya di atas, mana yang paling ingin Anda latih dalam percakapan hari ini?
Tuliskan pemikiran Anda, dan bagikan artikel ini kepada rekan atau teman diskusi Anda—terutama mereka yang gemar menang debat, tetapi belum tentu pernah menang dalam berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar