Jumat, 27 Juni 2025

Kenapa Muharram Jadi Bulan Pertama Dalam Kalender Hijriyah? Berikut Penjelasannya

Bulan Muharram dijadikan bulan pertama dalam kalender Islam (Hijriyah) bukan karena peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ sebab Nabi Hijrah terjadi pada R. Awal — seperti yang disampaikan oleh para sejarawan, melainkan karena alasan historis dan pertimbangan praktis yang disepakati oleh para sahabat, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.

Berikut penjelasan ringkasnya:


---

🔹 1. Penetapan Kalender Hijriyah

Kalender Hijriyah ditetapkan pada masa Umar bin Khattab (sekitar tahun ke-17 Hijriyah).

Ketika Islam mulai berkembang luas, muncul kebutuhan akan sistem penanggalan resmi untuk surat-menyurat, pencatatan, dan administrasi negara.

Maka, Umar mengumpulkan para sahabat untuk menentukan awal tahun Islam.



---

🔹 2. Mengapa Tahun Hijrah Dijadikan Acuan?

Para sahabat sepakat bahwa peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Mekkah ke Madinah adalah momen paling monumental dalam sejarah Islam.

Maka, tahun hijrah dipilih sebagai awal kalender Islam.



---

🔹 3. Lalu Mengapa Bulannya Dimulai dari Muharram?

Ada beberapa alasan:

1. Secara logis dan administratif, Muharram adalah bulan pertama setelah musim haji (Dzulhijjah).

Setelah ibadah haji selesai, umat Islam seperti memulai "lembaran baru", jadi cocok sebagai awal tahun.



2. Orang Arab sebelum Islam sudah menganggap Muharram sebagai awal tahun dalam sistem penanggalan mereka.


3. Hijrah Nabi memang dimulai dengan rencana dan bai’at pada musim haji, lalu Nabi berhijrah tak lama setelah itu. Maka Muharram dianggap momentum awal proses hijrah, meskipun fisik hijrah terjadi di bulan Rabiul Awal.


4. Utsman bin Affan r.a. dan beberapa sahabat menyarankan Muharram karena alasan-alasan di atas, dan Umar menyetujui.




---

🔹 Kesimpulan

Bulan Muharram dipilih sebagai bulan pertama kalender Islam karena:

Mengikuti sistem penanggalan Arab sebelum Islam,

Memiliki keterkaitan dengan momen awal hijrah secara strategis,

Menandai masa baru setelah musim haji,

Disepakati oleh para sahabat sebagai keputusan administratif yang tepat.



---

Kalender Islam bukan hanya sistem waktu, tapi juga sarat makna sejarah dan spiritual. Maka Muharram menjadi bukan sekadar bulan biasa, tapi pembuka tahun dengan nilai sakral dan penuh makna.

Kamis, 26 Juni 2025

Jangan Nonaktifkan Centang Biru

Jangan Nonaktifkan centang biru

1. Mengganti tanda centang biru dengan centang putih, merupakan bentuk pengelabuhan status bahkan ada unsur ketidak jujuran terhadap diri sendiri, saudara atau temen kita. Allah berfirman,

ياايها الذين امنوا اتقوا الله وكونوا مع الصدقين

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian pada Allah dan hendaklah kalian bersama dengan orang-orang yang jujur.” (Qs.At taubah:119)

Ketidak jujuran ini diwanti-wanti oleh RasulullahShallallhu'alaihi wasallam untuk dihindari dalam bentuk apapun, beliau bersabda:

واياكم والكذب فان الكذب يهدى الي الفجور

Artinya: “Dan jauhkanlah kalian dari dusta karena sesungguhnya dusta itu akan membawa seseorang pada kejahatan.” (HR.Bukhori: 6094/Muslim: 2607/Abu Dawud: 4989/Tirmidzi: 1971).

2. Dapat menimbulkan prasangka buruk atau suudzon

Berbagai prasangka pasti akan muncul ketika centang dua biru di WhatsApp tidak muncul. Barangkali sebagian orang akan berburuk sangka ketika tanda tersebut tidak ada.

Bisa jadi orang itu akan merasa tersinggung karena dia pikir kita sedang menjauhinya. Bahkan dianggap sombong karena tidak tidak mau membuka pesan yang dikirimnya, hanya karena tanda centang birunya tidak diaktifkan. Rasulullah pun melarang umatnya untuk bersuudzon,

ياايها الذين امنوا اجتنبوا كثيرا من الظن ان بعض الظن اثم

“Hai orang-orang yang beriman, jauhkanlah diri kalian dari buruk sangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa.” (QS Al hujurot:12)

اياكم والظن فان الظن ٲكذب الحديث

“Jauhkanlah diri kalian dari buruk sangka , karena sesungguhnya buruk sangka itu sedusta-dustanya ucapan.” (HR. Bukhori: 6064/Muslim: 2563).

3. Akan membuat orang kesal dan jengkel karena pesan yang dikirimnya diduga tidak dibaca.
 
Ini sebabnya mengapa kita lebih baik tidak menonaktifkan centang biru, bisa jadi akan membuat orang lain marah.

Kita tidak pernah tahu, jika orang yang mengirimkan pesan kepada kita melalui WhatsApp lalu pesannya dibaca adanya pemberitahuan melalui centang biru, itu akan sedikit lega karena merasa dianggap.

Rabu, 25 Juni 2025

Sekalipun Dari Keturunan Mulia, Jangan Pernah Meremehkan Orang Lain

• Zaman “Adu kemuliaan” 


 ⁃ Dzurriah Habaib yang merasa kastanya lebih tinggi, menyombongkan nasabnya, merendahkan selainnya, bahkan menganggap pribadinya lebih mulia dari 40 atau 70 Kiai yang alim dan sholih, ia telah melenceng dari jejak para leluhurnya. Salah satu rujukan utama Thariqah Ba’alawi Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad pernah mengultimatum :

من افتخر على الناس بآبائه ذهبت بركتهم عنه 

“ siapapun yang menyombongkan diri atas manusia dengan bawa-bawa leluhurnya, maka barokah mereka akan hilang darinya “

Beliau juga pernah menyampaikan dalam syairnya :

واحذر وإياك من قول الجهول أنا * وأنت دوني في فضل وفي حسب

فقد تأخر أقوام وما قصدوا * نيل المكارم واستغنوا بكان أبي

“ dan waspadalah kamu terhadap ucapan orang bodoh : “ Inilah aku ! Sedangkankan kamu ada dibawah kastaku dalam keutamaan dan keturunan * sungguh telah tertinggal banyak golongan, mereka tak mendapatkan kemuliaan-kemuliaan, hanya karena mereka merasa cukup dengan menyebutkan para leluhurnya yang memiliki kehebatan “ 

 ⁃ Disisi lain, Dzurriah Wali songo yang menyombongkan diri dengan keturunannya bahkan mengajak untuk meyakini dirinya dan golongannya lebih mulia dari siapapun bahkan dari seluruh Habaib yang pernah ada di dunia, jelas tidak tau ( atau lupa ? ) sejarah dan ajaran Wali Songo dan para Kiai terdahulu. 

Sunan Giri pernah berpesan kepada Kiai Suluki sang pencatat nasab keluarga wali 9, agar jangan memberi tahu silsilah nasab kepada orang sembarangan, yang bisa menyalahgunakannya atau bahkan membuatnya terlena dan merasa jumawa karena keturunannya, dawuh beliau : 

“Anging aja nutur sira (ing nasab) ing wong kang ora bisa amaca Qur’an atawa wong bisa agawe kidzib, khianat, kitman, lan wong kang ora anglakoni salat limang waqt karna dudu anak putu isun ”

“ akan tetapi kamu jangan menyebut nasab ini kepada orang yang tidak bisa membaca Al-Quran, atau orang yang berbuat kidzib ( bohong ), khianat, kitman, dan orang yang tidak melakukan sholat 5 waktu karena itu bukan anak-cucuku “ 

Pun begitu dengan banyak Kiai terdahulu yang sengaja menyembunyikan bahkan membakar kitab nasabnya karena takut keturunannya bakal jumawa, sombong, gak mau ngaji tapi minta dimuliakan oleh orang lain

Yang me-lena-kan itu bukan hanya wanita dan jabatan kawan, tapi banyak juga orang yang mabuk karena keturunan, bisa jadi “tersangkanya” adalah diri kita sendiri, tapi kita justru mencurigai orang lain. saya pernah sowan Gus Baha’ di ndalemnya bersama gerombolan para Gus dan Lora, termasuk Muhammad Ismail Al-Ascholy dan Ra Muham putra Kiai Thoifur Sumenep, masih ada pesan beliau saat itu yang masih saya catat sampai saat ini :

" orang itu kalo keturunan ulama atau wali, dia seharusnya tidak bangga, tapi justru sedih dan terbebani.. Sedih jika akhlak, prilaku, dan pencapaiannya tidak sama dengan mbah-mbahnya.. "

Pada akhirnya, kita tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir..

Selasa, 24 Juni 2025

Mengenal Dua Guru Besar (Syaikhon) Dalam Ilmu Hadis

Mengenal Dua Guru Besar (Syaikhon) Dalam Ilmu Hadis

1. Imam Bukhari. Seorang Ulama yang Cerdas dan Hafiz, Imam Bukhari adalah imamnya para muhadis dan seorang yang tidak diragukan ke-hafiz-annya, bernama asli Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughiroh bin Bardazyah al-Bukhari (nisbah dari daerah bernama Bukhara). Lahir di Bukhara tahun 194 H. Beliau adalah pemuka ahli hadis pada zamannya, seorang yang diikuti pada masanya, dan orang yang diunggulkan diantara ulama se-zamannya.

Pada usia yang cukup dewasa, beliau sudah melakukan perjalanan mencari ilmu. Bila terdengar di suatu tempat ada seorang muhaddis atau alim, pasti dia tidak akan melewatkannya. Sering ia melakukan perjalanan jauh hanya untuk mendengarkan satu buah hadis, sehingga daya ingat otaknya penuh dengan hafalan hadis yang diterima dari semua gurunya. Dalam ‘Biografi Imam Bukhari’ karya Prof. DR. Yahya Ismail menyebutkan bahwa guru imam Bukhari sampai 4.000 an guru.

Hidupnya didarma baktikan sepenuhnya untuk ilmu. Siang dan malam ia selalu menyelami ilmunya dengan bertafakur. Jika malam telah larut, ia menyalakan perapian sehingga dapat menulis atau membacakan hadis yang dia hafal kepada para murid. Setelah larut malam, ia tidur sebentar. Bila ia terjaga karena ada suatu hal yang hendak ditulis, ia akan bersegera menuliskannya. Ulama di zamannya bersepakat bahwa beliau adalah pelopor tak tertandingi dalam ilmu hadis. Bahkan banyak dari gurunya yang malah murojaah hafalan kepadanya. Banyak pula yang mentashihkan kitab kepadanya.

Mereka para guru merasa bangga telah mengajarkan karya yang telah mereka miliki kepadanya. Mereka juga bangga bila ada sedikit kesalahan dibetulkan olehnya. Para guru sang imam tidak mempermasalahkan status Bukhari sebagai murid mereka sebelumnya. Sebab, tujuan dalam koreksi kitab dan hafalan semata-mata karena ilmu. Tidak ada sedikitpun terlintas hal-hal bersifat ke’aku’an dan keduniaan. Hasil kecerdasan dan hafalan yang menakjubkan inilah yang kemudian menjadi sebuah karya yang monumental, kitab Shahih Bukhari.

Kitab yang disepakati oleh para ulama sebagai kitab yang paling shahih setelah al-Qur’an. Karya monumentalnya ini dikerjakan selama 16 tahun. Hadis yang tertulis di dalamnya merupakan hasil seleksi dari 600 ribu hadis. Beliau sendiri berkata, “Tidak ada satu hadis pun yang aku tulis dalam kitab tersebut, kecuali terlebih dahulu aku mandi dan shalat dua rakaat. Hadis yang ada di dalamnya merupakan hasil periwayatan dari seribu guru. Seringkali hadis yang aku riwayatkan di Bashrah, aku tuliskan di Syam. Sering juga riwayat yang aku dengar di Syam, aku tulis di Mesir.”

Imam Bukhari. "Seorang Ulama Kaya Raya dan Zuhud.

Selain seorang alim yang mencurahkan hidupnya untuk ilmu, agama dan sunah, imam Bukhari juga seorang yang kaya raya dan reperesentasi kaum kaya pada zamannya. Tetapi, dengan kekayaannya tersebut ia termasuk dalam deretan orang ahli ibadah kelas wahid, seorang zuhud kelas satu dan sangat tawadlu.

Dalam sejarah biografi para muhaditsin, banyak kita dapati bahwa mereka (ahli hadits) dalam mencari satu riwayat Hadits saja, penuh dengan pengorbanan yang luar biasa, tak hanya harta, tetapi juga jiwa dan raga. Begitupun dengan Imam Bukhari, dengan harta yang melimpah, semua itu ia habiskan hanya untuk Agama dan sunah. Demi menempuh jarak bermil-mil, tentu butuh biaya yang cukup bahkan besar, itu semua hanya untuk mencari satu demi satu Hadits Nabi.

Kiranya benar, bahwa tidak ada ilmu dalam peradaban manusia yang serupa dengan ilmu Hadits. Tidak ada umat lain yang mampu meriwayatkan semua yang diucapkan oleh Nabi-nya, menjelaskan keadaannya sepanjang masa, menjelaskan siapa saja (murid) yang meriwatkannya, siapa saja (guru) yang dijadikan pijakan sumber riwayatnya, siapa saja mata rantai (isnad) yang digunakan dalam transmisi periwayatan antara guru dengan murid. Semua itu membutuhkan waktu yang lama dan perjalanan yang panjang. Dan itu hanya ada pada ilmu Hadits.

Bila sebentar kita renungi, betapa kuat dan besarnya tekad para ahli Hadits terutama imam Bukhari dalam mencari, melestarikan, menjaga hadis Nabi. Bahkan bila kita tempatkan sekaligus bandingkan sosok imam Bukhari dan karyanya ini dalam skala yang lebih luas, terutama dalam kekayaan khazanah keilmuan Islam secara umum, barangkali sangat menarik apabila kita kutip pernyataan sekaligus pengakuan Ibnu Taimiyah tatkala ia mencoba meraba-raba kekayaan Islam sesunggguhnya, “Sebenarnya berapa banyak jumlah karya para sarjana Muslim saat ini”.

Ia melanjutkan, “Amat banyak, tetapi dari berjuta-juta karya sarjana Muslim tersebut, semuanya tidak ada yang menandingi kemasyhuran, keutamaan, dan kebesaran karya Imam Bukhari. Sebuah karya yang ditempatkan pada urutan kedua setelah al-Qur’an; karya yang dijadikan hujjah di hadapan Allah Swt. dan karya yang dijadikan referensi kehidupan, baik di dunia maupun akhirat.“

Mudah-mudahan Allah swt. merahmati imam Bukhari dengan rahmatnya yang luas dan mencurahkan anugerah-Nya kepada kita yang membaca dan mempelajari kitabnya. 

2. Imam Muslim dan Karyanya. Imam Muslim bin al-Hajjaj adalah seorang imam besar, disebut hafiznya para huffaz. Bernama asli Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia lahir di Naesabur tahun 204 H. Ketika usianya 12 tahun yaitu pada tahun 218 H imam Muslim kecil sudah memulai perjalanannya untuk menimba ilmu Hadits. Dalam mempelajari Hadits, ia mengembara kebeberapa daerah seperti Irak, Hijaz, Syam dan Mesir, tentu untuk menemui seluruh ahli hadits yang ada di berbagai daerah tersebut. Ia juga belajar kepada ahli Hadits terdahulunya yang namanya sangat masyhur dalam dunia Islam, yakni Imam Bukhari dari Bukhara.

Dengan sifat tawadhu para ulama dan hafiz pada zaman itu, banyak dari mereka tak ragu mengambil riwayat dari imam Muslim, termasuk para temannya sendiri, seperti Abu Hatim ar-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin Salmah, at-Tirmidzi, dan lainnya. Atas dasar kekaguman, mereka sepakat atas keagungan, keimanan, ketinggian, kealiman, dan pengusaan dalam bidang Sunah kepada Imam Muslim.

Bukti paling besar yang menunjukkan hal tersebut adalah karya monumentalnya, adalah kitab al-Jami al-Shahih, atau yang kita kenal dengan nama Shahih Muslim, di mana keindahan penulisannya, ringkasan jalur-jalur hadistnya yang tidak lebih dan tidak kurang, kehati-hatiannya dalam mengubah sanad ketika mendapatkan kesepakatan (tanpa dilebih-lebihkan), perhatinnya terhadap riwayat yang berasal dari para mudallis, dan yang lainnya.

Itulah yang menjadikan kitabnya begitu terkenal. Shahih Muslim sendiri memuat 4000 hadits shahih tanpa pengulangan, sedangkan dengan pengulangan sebanyak 7275 hadits. Kitabnya sendiri disusun berdasarkan bab-bab fiqih, hanya saja, beliau tidak menyebutkan kata pengantar untuk setiap bab, mungkin agar kitab tersebut tidak terlalu tebal. Selanjutnya Imam Nawawi sebagai pen-syarah yang nantinya memberikan kata pengantar untuk setiap babnya, dengan gaya bahasa yang pas dan sangat baik.

Banyak para Ulama ahli hadits yang memuji Imam Muslim, misalnya Ahmad bin Salamah berkata. “Aku mendengar Abu Zar’ah dan Abu Hatim menggunggulkan Muslim di atas guru-guru yang sezaman denganya dalam mengetahui hadits shahih”

Ishaq bin Manshur juga pernah berkata kepada Muslim. “Kami tidak akan kehilangan kebaikan, selama Allah Swt. masih memberimu umur panjang bagi kaum muslimin.”

Mengapa Imam Muslim menulis kitab al-Jami’ as-Shohih,

Ada dua faktor yang mendorong Imam Muslim yang pada akhirnya menulis kitab al-Jami’ as-Shahih ini, yang kita kenal dengan nama Shohih Muslim.

Pertama, tentu untuk mengumpulkan hadits-hadist shahih yang muttashil dengan Rasulullah Saw. Yang di dalamnya memuat hukum-hukum agama, sunah-sunah beliau, dan lainnya. Juga untuk memisahkan antara hadits-hadits shahih dengan yang dhaif, sebab pada masa itu hadits-hadits masih bercampur aduk antara yang shahih dengan yang dhoif. Bahkan dengan hadits palsu sekalipun.

Kedua, Imam Muslim melihat pengaruh para tukang dongeng, orang-orang zindik, dan para sufi yang tidak mengerti, yang menipu orang awam, mengarahkan mereka dalam hal-hal yang munkar dan menyesatkan mereka dengan mitos-mitos. Imam Muslim ingin menarik orang-orang awam ini dari kegelapan menuju cahaya dan memberikan kepada mereka sebuah kitab yang berisi hadits-hadits shahih dari Rasulullah Saw. Dengan demikian hati mereka akan tertarik dan meningggalkan kelompok sesat tersebut.

Sepanjang hidupnya, imam Muslim telah banyak menghasilkan karya-karya yang hingga sekarang masih digunakan referensi dan rujukan bagi umat Islam, di antara kitab-kitab karangan beliau adalah:  

* Al-Jami as-Shahih,
* al-Musnad al-Kabir
* ala Rijal, al-Jami’
* al-Kabir, al-Asma wa
* al-Kuna, al-‘Ilal,
* Awham
* al-muhadditsin,
* al-Tamyiz,
* al-mukhadramain,
* Awlad al-sahabah,
* dan banyak lainnya.

Pada suatu sore di hari ahad, tanggal 24 Rajab 261 H, sang Hafidz pun tutup usia. Tuhan sudah merindukannya. Sang Imam pun wafat pada usia 57 tahun di kota Naisabur.

Sumber:

1. Abu Zahw, Hadits Muhadditsun, lihat:hal. 303-304.

2. Yahya Ismail, Biografi Imam Bukhari, lihat: hal. 19

3. Tarikh Baghdad, Juz 2, hal. 11

4. Yahya Ismail, Biografi Imam Bukhari, lihat: hal. 12

5. Yahya Ismail, Biografi Imam Bukhari, lihat: hal. 14

6. Abu Zahw Hadist Muhadditsun, hal. 306

7. Ibid hal. 307

8. Ibid hal. 329

9. Ibid hal. 307

Wallahu A'lam Bishawab

Senin, 23 Juni 2025

Keberkahan di waktu pagi

Keberkahan di waktu pagi

Pagi adalah permulawan hari. Islam memberikan perhatian khusus pada waktu pagi hari ini. Do'a merupakan awal yang baik untuk membuka hari di waktu pagi. 

Rasulullaah ﷺbahkan memanjatkan doa khusus bagi umatnya terkait pagi hari:

`اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا`

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berdoa seusai sholat Subuh atau waktu pagi hari sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma inni as aluka ‘ilman naafi’aa wa rizqan toyyibaa wa ‘amalan mutaqabbalaa
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu As-Sunni dan Ibnu Majah).

Abu Hurairah RA juga meriwayatkan sejumlah do'a yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ yang dibaca ketika pagi hari sebagaimana dikutip oleh Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, halaman 63.

اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

Allāhumma bika ashbahnā, wa bika amsainā, wa bika nahyā, wa bika namūtu, wa ilaikan nusyūru.

Artinya, “Ya Allaah, dengan-Mu aku berpagi hari, dengan-Mu aku bersore hari, dengan-Mu kami hidup, dengan-Mu kami mati. Hanya kepada-Mu (kami) kembali,” 
📚(HR Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibnu Majah, dan lainnya).

Selain doa singkat itu, Imam An-Nawawi juga mengutip do'a pagi Rasulullaahﷺ yang diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Mas‘ud dalam Sahih Muslim berikut ini:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الملْكُ للهِ، وَالحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسْلِ وَسُوْءِ الكِبَرِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي القَبْرِ

Ashbahnā wa ashbahal mulku lillāhi wal hamdu lillāhi, lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai‘in qadīr. Rabbi, as’aluka khaira mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā, wa a‘ūdzu bika min syarri mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā. Rabbi, a‘ūdzu bika minal kasli wa sū’il kibari. A‘ūdzu bika min ‘adzābin fin nāri wa ‘adzābin dil qabri.

Artinya, “Kami dan kuasa Allah berpagi hari. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah yang maha esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kuasa dan puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Tuhanku, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan malam sesudahnya. Aku memohon perlindungan-Mu kejahatan malam ini dan malam sesudahnya. Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari kemalasan dan kedaifan masa tua. Aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 64).

Salafus Sholeh rahimahullah berkata, “Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.”

Rasulullah, tidak menjumpai pagi melainkan bergegas dalam beraktivitas. Seperti yang Allaah Subhanahu Wa Ta'ala firmankan:

وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.”
📖 (QS. Ali Imron [3]: 121).

Semoga kita semua mendapatkan keberkahan diwaktu pagi....

*اللهم امين يارب العالمين*
*اللهم صلي على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمدﷺ*

Minggu, 22 Juni 2025

17 Amalan yang bisa menghapus Dosa Di masa Lalu

*Dosa Di masa Lalu Dan Yang Akan Datang Bisa Diampuni Dengan 17 Amalan Ini*

17 amalan tersebut diterangkan dalam kitab Nihayatuz Zain Halaman 146, Daru Ihya' :

1. Haji Mabrur.

2. Wudhu’ dengan menyempurnakannya.

3. Menghidupkan malam Lailatul qadar dengan ibadah.

4. Menghidupkan bulan Ramadhan dengan ibadah.

5. Berpuasa bulan Ramadhan.

6. Berpuasa hari Arafah.

7. Membarengi imam pada saat mengucapkan Aamin (Dalam shalat jamaah).

8. Membaca dua ayat terakhir surat Al Hasyr (yaitu ayat 22 sampai 24).

9. Menuntun orang buta berjalan sebanyak 40 langkah.

10. Mengucapkan kalimat ini ketika mendengar mu'adzin melantunkan azan :

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً

11. Berpergian untuk membantu menunaikan kebutuhan orang Islam.

12. Shalat Dhuha.

13. Mengucapkan dzikir ketika memakai pakaian : 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَسَانِي هذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ

14. Mengucapkan dzikir ketika selesai makan:

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِي هذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ

15. Melakukan perjalanan Haji atau Umrah dari Baitul Maqdis dengan tidak tergesa-gesa.

16. Membaca surat Al Fatihah, Al Ikhlash, Al Falaq dan An Nas sesudah selesai shalat jum’at masing-masing 7 kali.

17. Berjabatan tangan dengan orang lslam yang tidak fasiq diiringi dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan keluarganya.

نهاية الزين: 

فائدة : سبعة عشر من الاعمال يكفر كل واحد منها الذنوب المتقدمة والمتاحرة ، وهى : الحج المبرور، والوضوء مع الاسباغ، وقيام ليلة القدر، وقيام شهر رمضان، وصيامه، وصوم يوم عرفة، ومقارنة الامام فى التأمين، وقراءة اواخر سورة الحشر من قول تعالى : هو الذى لا اله الا هو ... الى اخر السورة، وقود الاعمى اربعين خطوة، وأن يقول عند سماع المؤذن أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا, والسعي فى قضاء حاجة المسلم، وصلاة الضحى، وان يقول عند لبس الثوب "الحمد لله الذى كساني هذا ورزقنيه من غيرحول ولا قوة، وان يقول بعد الاكل "الحمد لله الذى اطعمنى هذا الطعام, والمجىء من بيت المقدس مهلا بحج او عمرة، وقراءة الفاتحة وقل هو الله احد والمعوذتين كل واحدة سبعا بعد صلاة الجمعة، ومصافحة المسلم غير الفاسق مع ذكر الصلاة على النبى صلى الله عليه وآله.

Jumat, 20 Juni 2025

Fa Innaka Taqdhi di baca pelan dalam Qunut?

Pertanyaan: Bagaimana cara membaca tsana' yakni 
فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ
Apa dikeraskan atau dipelankan? 

Jawab:
Imam tetap membaca keras semua bacaanya (namun tak sekeras seperti membaca Fatihah) 
Sedangkan makmum tidak usah membaca amin karena Tsana' bukanlah tempatnya amin

Maka makmum bisa mendengarkan, atau berdoa sendiri secara perlahan (dan ini yang lebih utama) 

فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

 📔 `PERTANYAAN :`

Disaat imam baca qunut subuh, ketika sampai pada stana (sanjungan), Menurut pendapat yang kuat dibaca dalam bentuk sirr atau jaharr ? 

📔 `JAWABAN :`

imam tetap menjahrkan, bahkan di seluruh part qunut.

makmum mendengarkan atau ikut perlahan (tapi ga mengaminkan di part tsana)

📔 `IBARAT KITAB:`

(وأمن) 
جهرا (مأموم) سمع قنوت إمامه للدعاء منه.
ومن الدعاء: الصلاة على النبي (ص)، فيؤمن لها على الاوجه.
أما الثناء وهو: فإنك تقضي - إلى آخره - فيقوله سرا.
أما مأموم لم يسمعه أو سمع صوتا لا يفهمه فيقنت سرا.
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,1/189]

بشرى الكريم (ﻭ) ﻳﺴﻦ (اﻟﺠﻬﺮ ﺑﻪ) ﺃﻱ: ﺑﻤﺎ ﻣﺮ ﻣﻦ اﻟﻘﻨﻮﺕ ﻭﻟﻮ اﻟﺜﻨﺎء ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ (ﻟﻹﻣﺎﻡ) ﻓﻲ اﻟﺠﻬﺮﻳﺔ ﻭاﻟﺴﺮﻳﺔ ﻛﻤﻘﻀﻴﺔ ﻧﻬﺎﺭا، ﻟﻴﺴﻤﻊ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻓﻴﺆﻣﻦ؛ ﻟﻻﺗﺒﺎﻉ، ﻟﻜﻦ ﺩﻭﻥ ﺟﻬﺮ اﻟﻘﺮاءﺓ، ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﺜﺮ اﻟﻤﺄﻣﻮﻣﻮﻥ .. ﻓﻴﺮﻓﻊ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻌﻬﻢ.

Asnal Matholib

(ﻭﻓﻲ اﻟﺠﻤﻴﻊ) ﺃﻱ ﺟﻤﻴﻊ ﺫﻭاﺕ اﻟﻘﻨﻮﺕ ﺣﺘﻰ اﻟﺴﺮﻳﺔ (ﻳﺠﻬﺮ ﺑﻪ اﻹﻣﺎﻡ) ﻟﻻﺗﺒﺎﻉ ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻏﻴﺮﻩ. ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻭﻟﻴﻜﻦ ﺟﻬﺮﻩ ﺑﻪ ﺩﻭﻥ ﺟﻬﺮﻩ ﺑﺎﻟﻘﺮاءﺓ (ﻻ اﻟﻤﻨﻔﺮﺩ) ﻓﻼ ﻳﺠﻬﺮ ﺑﻪ (ﻭﻳﺆﻣﻦ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ) ﻟﻠﺪﻋﺎء ﻛﻤﺎ «ﻛﺎﻧﺖ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﺧﻠﻒ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ -» ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺣﺴﻦ، ﺃﻭ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻳﺠﻬﺮ ﺑﻪ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺗﺄﻣﻴﻦ اﻟﻘﺮاءﺓ (ﻭﻓﻲ اﻟﺜﻨﺎء ﻳﺸﺎﺭﻙ) اﻹﻣﺎﻡ (ﺳﺮا، ﺃﻭ ﻳﺴﺘﻤﻊ) ﻟﻪ؛ ﻷﻧﻪ ﺛﻨﺎء ﻭﺫﻛﺮ ﻻ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ اﻟﺘﺄﻣﻴﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ اﻟﻤﺠﻤﻮﻉ

(ﻗﻮﻟﻪ: ﻭﻓﻲ اﻟﺜﻨﺎء ﻳﺸﺎﺭﻙ ﺇﻟﺦ) ﺇﺫا ﻗﻠﻨﺎ ﺇﻥ اﻟﺜﻨﺎء ﻳﺸﺎﺭﻛﻪ ﻓﻴﻪ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻓﻔﻲ ﺟﻬﺮ اﻹﻣﺎﻡ ﺑﻪ ﻧﻈﺮ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﻳﺴﺮ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻤﺎ ﻳﺸﺘﺮﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ اﻟﺠﻬﺮ ﻛﻤﺎ ﺇﺫا ﺳﺄﻝ اﻟﺮﺣﻤﺔ، ﺃﻭ اﺳﺘﻌﺎﺫ ﻣﻦ اﻟﻨﺎﺭ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻓﺈﻥ اﻹﻣﺎﻡ ﻳﺠﻬﺮ ﺑﻪ ﻭﻳﻮاﻓﻘﻪ ﻓﻴﻪ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻭﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ اﻟﻤﻬﺬﺏ ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ اﻟﺠﻬﺮ ﺃﺷﺎﺭ ﺇﻟﻰ ﺗﺼﺤﻴﺤﻪ ﻭﻛﺘﺐ ﺃﻳﻀﺎ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ اﻹﺣﻴﺎء ﺇﺫا ﻗﻨﺖ اﻹﻣﺎﻡ ﻭاﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻘﻀﻲ ﻭﻻ ﻳﻘﻀﻰ ﻋﻠﻴﻚ ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﺻﺪﻗﺖ ﻭﻳﺮﻭﻥ ﻻ ﺗﺒﻄﻞ ﺻﻼﺗﻪ.

. [القليوبي، حاشيتا قليوبي وعميرة، ١٧٩/١] `(وَ) الصَّحِيحُ (أَنَّ الْإِمَامَ يَجْهَرُ بِهِ) لِلِاتِّبَاعِ فِي ظَاهِرِ حَدِيثِ الْحَاكِمِ الْمُتَقَدِّمِ`، وَالثَّانِي لَا كَسَائِرِ الْأَدْعِيَةِ أَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَيُسِرُّ بِهِ جَزْمًا

القليوبي، حاشيتا قليوبي وعميرة، ١٧٩/١] قَوْلُهُ: (وَأَنَّ الْإِمَامَ يَجْهَرُ بِهِ) أَيْ فِي الْجَهْرِيَّةِ وَالسِّرِّيَّةِ وَلَوْ قَضَاءً كَصُبْحٍ أَوْ وَتْرٍ نَهَارًا بِأَنْ طَلَعَتْ الشَّمْسُ وَهُوَ فِيهِ أَوْ قَبْلَهُ، وَشَمَلَ الْقُنُوتُ الدُّعَاءَ وَالثَّنَاءَ وَلِلنَّازِلَةِ وَغَيْرِهِ وَهُوَ كَذَلِكَ، وَكَذَا يُسَنُّ لِلْإِمَامِ أَنْ يَجْهَرَ بِكُلِّ دُعَاءٍ دَعَا بِهِ فِي الصَّلَاةِ كَسُؤَالِ رَحْمَةٍ وَاسْتِعَاذَةٍ مِنْ عَذَابٍ، وَأَنْ يُوَافِقَهُ الْمَأْمُومُ فِيهِ. قَوْلُهُ: (أَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَيُسِرُّ بِهِ) وَفِي شَرْحِ شَيْخِنَا الرَّمْلِيِّ تَبَعًا لِإِفْتَاءِ وَالِدِهِ وَأَنَّهُ يَجْهَرُ بِهِ فِي النَّازِلَةِ، وَلَمْ يَرْتَضِهِ شَيْخُنَا الزِّيَادِيُّ.

القليوبي، حاشيتا قليوبي وعميرة، ١٧٩/١] قَوْلُ الْمَتْنِ: `(وَإِنَّ الْإِمَامَ يَجْهَرُ بِهِ) أَيْ حَتَّى بِالثَّنَاءِ، وَلَوْ قُلْنَا إنَّ الْمَأْمُومَ يُوَافِقُهُ فِيهِ هَذَا قَضِيَّةُ إطْلَاقِهِ.` وَقَالَ الْإِسْنَوِيُّ: يَحْتَمِلُ أَنْ يُسِرَّ بِهِ، وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَجْهَرَ بِهِ كَمَا لَوْ سَأَلَ الْإِمَامَ الرَّحْمَةَ أَوْ اسْتَعَاذَ مِنْ النَّارِ، فَإِنَّهُ يَجْهَرُ وَيُوَافِقُهُ فِيهِ الْمَأْمُومُ كَمَا قَالَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ اهـ. *وَاَلَّذِي ذَكَرَهُ مِنْ أَنَّ الْإِمَامَ يَجْهَرُ بِالدُّعَاءِ مَسْأَلَةٌ مُهِمَّةٌ لَا يَفْعَلُهَا أَئِمَّةُ هَذَا الزَّمَانِ.*

نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (وَ) أَنَّهُ (يَقُولُ الثَّنَاءَ) سِرًّا وَهُوَ مِنْ فَإِنَّك تَقْضِي إلَى آخِرِهِ، أَوْ يَسْتَمِعُ لَهُ لِأَنَّهُ ثَنَاءٌ وَذِكْرٌ لَا يَلِيقُ بِهِ التَّأْمِينُ وَالْمُشَارَكَةُ أَوْلَى كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ، وَالثَّانِي يُؤَمِّنُ فِيهِ أَيْضًا، وَإِذَا قُلْنَا بِمُشَارَكَتِهِ فِيهِ فَفِي جَهْرِ الْإِمَامِ بِهِ نَظَرٌ، يُحْتَمَلُ أَنْ يُقَالَ: يُسِرُّ بِهِ كَمَا فِي غَيْرِهِ مِمَّا يَشْتَرِكَانِ فِيهِ، وَيُحْتَمَلُ وَهُوَ الْأَوْجَهُ الْجَهْرُ بِهِ كَمَا إذَا سَأَلَ الرَّحْمَةَ أَوْ اسْتَعَاذَ مِنْ النَّارِ وَنَحْوِهَا فَإِنَّ الْإِمَامَ يَجْهَرُ بِهِ وَيُوَافِقُهُ فِيهِ الْمَأْمُومُ وَلَا يُؤَمِّنُ كَمَا قَالَهُ فِي الْمَجْمُوعِ.

حاشية الشبراملسي (قَوْلُهُ: وَيُحْتَمَلُ وَهُوَ الْأَوْجَهُ) `يُتَأَمَّلُ هَذَا مَعَ قَوْلِهِ أَوَّلًا سِرًّا فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْتَضِي أَنَّهُ الْمَنْقُولُ،` ثُمَّ رَأَيْت فِي نُسَخٍ بَعْدَ قَوْلِهِ وَالثَّانِي يُؤَمِّنُ فِيهِ أَيْضًا

وَيَرَى الشَّافِعِيَّةُ أَنَّ الإِْمَامَ يَجْهَرُ بِالْقُنُوتِ. وَقَال الْمَاوَرْدِيُّ: وَلْيَكُنْ جَهْرُهُ بِهِ دُونَ الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ، فَإِنْ أَسَرَّ الإِْمَامُ بِالدُّعَاءِ حَصَّل سُنَّةَ الْقُنُوتِ وَفَاتَهُ سُنَّةُ الْجَهْرِ. أَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَيُسِرُّ بِهِ، وَأَمَّا الْمَأْمُومُ فَيُؤَمِّنُ خَلْفَ الإِْمَامِ جَهْرًا لِلدُّعَاءِ، وَيَقُول الثَّنَاءَ سِرًّا أَوْ يَسْتَمِعُ لإِِمَامِهِ (2) . وَيُوَافِقُ الْحَنَابِلَةُ الشَّافِعِيَّةَ فِي اسْتِحْبَابِ جَهْرِ الإِْمَامِ بِالْقُنُوتِ، وَتَأْمِينِ الْمَأْمُومِ لِلدُّعَاءِ (3) . أَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَيَجْهَرُ بِالْقُنُوتِ كَالإِْمَامِ عَلَى الصَّحِيحِ مِنَ الْمَذْهَبِ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ (4) . [مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ١٨٦/١٦]

Cara mengiring Jenazah

Saat mengiringi JenazahPaling utama jalan didepan jenazah atau dibelakangnya?
Jawab: menurut Madzhab as-Syafi’i sunnah berjalan di depannya

[أيهما أفضل المشي خلف الجنازة أو أمامها]
(وعن سالم هو أبو عبد الله أو أبو عمرو سالم بن عبد الله بن عمر بن الخطاب أحد فقهاء المدينة من سادات التابعين وأعيان علمائهم روي عن أبيه وغيره مات سنة ست ومائة (عن أبيه) هو عبد الله بن عمر (أنه «رأى النبي - صلى الله عليه وسلم - وأبا بكر وعمر وهم يمشون أمام الجنازة.» رواه الخمسة وصححه ابن حبان وأعله النسائي وطائفة بالإرسال
) اختلف في وصله وإرساله فقال أحمد: إنما هو عن الزهري مرسل وحديث سالم موقوف على ابن عمر من فعله قال الترمذي: أهل الحديث يرون المرسل أصح وأخرجه ابن حبان في صحيحه عن الزهري عن سالم بن عبد الله بن عمر «كان يمشي بين يديها وأبو بكر وعمر وعثمان» . قال الزهري: وكذلك السنة.
وقد ذكر الدارقطني في العلل اختلافًا كثيرًا فيه عن الزهري قال: والصحيح قول من قال عن الزهري عن سالم عن أبيه " أنه كان يمشي " قال: وقد «مشى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وأبو بكر وعمر - رضي الله عنهما - بين يديها» وهذا مرسل وقال البيهقي: إن الموصول أرجح؛ لأنه من رواية ابن عيينة وهو ثقة حافظ وعن علي بن المديني قال: قلت لابن عيينة: " يا أبا محمد خالفك الناس في هذا الحديث فقال: استيقن الزهري حدثنيه مرارًا لست أحصيه يعيده ويبديه سمعته من فيه عن سالم عن أبيه " قال المصنف: وهذا لا ينفي الوهم؛ لأنه ضبط أنه سمعه منه عن سالم عن أبيه والأمر كذلك إلا أن فيه إدراجًا وصححه الزهري وحدث به ابن عيينة.
وللاختلاف في الحديث اختلف العلماء على خمسة أقوال: (الأول) : أن المشي أمام الجنازة أفضل لوروده من فعله - صلى الله عليه وسلم - وفعل الخلفاء وذهب إليه الجمهور والشافعي.
(والثاني) : للهادوية والحنفية أن المشي خلفها أفضل لما رواه ابن طاوس عن أبيه «ما مشى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - حتى مات إلا خلف الجنازة» ولما رواه سعيد بن منصور من حديث علي - عليه السلام - " قال: المشي خلفها أفضل من المشي أمامها كفضل صلاة الجماعة على صلاة الفذ " إسناده حسن وهو موقوف له حكم الرفع، وحكى الأثرم أن أحمد تكلم في إسناده.
(الثالث) : أنه يمشي بين يديها وخلفها وعن يمينها وعن شمالها علقه البخاري عن أنس وأخرجه ابن أبي شيبة موصولًا وكذا عبد الرزاق وفيه التوسعة على المشيعين وهو يوافق سنة الإسراع بالجنازة وأنهم لا يلزمون مكانًا واحدًا يمشون فيه لئلا يشق عليهم أو على بعضهم (القول الرابع) : للثوري أن الماشي يمشي حيث شاء والراكب خلفها لما أخرجه أصحاب السنن وصححه ابن حبان والحاكم من حديث المغيرة مرفوعًا «الراكب خلف الجنازة والماشي حيث شاء منها» .
(القول الخامس) : للنخعي إن كان مع الجنازة نساء مشى أمامها وإلا فخلفها 
سبل السلام ج ١ ص ٤٩٢ - ٤٩٣

Kamis, 19 Juni 2025

Di Akhir Zaman Harus Kuat Berdoa Agar Selamat


Shahabat Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata:
‎لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَنْجُوْ فِيْهِ إِِلَّا الَّذِيْ يَدْعُوْ بِدُعَاءٍ كَدُعَاءِ الْغَرِيْقِ

"Sungguh akan datang kepada manusia sebuah zaman di mana seseorang tidak akan selamat kecuali yang berdoa dengan sebuah doa seperti doa orang yang akan tenggelam."

Sumber: Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, no. 37145

Selasa, 17 Juni 2025

Membunuh Hewan Yang Berbahaya

Hukum membunuh hewan berbahaya

_________

"Ketika menemukan ular berbisa, sebagian orang mungkin berpikir untuk membiarkannya hidup karena belas kasihan. Namun, menurut syariat, ular berbisa justru dianjurkan untuk dibunuh karena termasuk binatang yang berbahaya dan tidak bermanfaat. Hal ini sesuai dengan konsep madzhab Syafi'iyah yang mengatur hukum tentang binatang yang berbahaya dan tidak ada manfaatnya."

Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan kalimat asli, tetapi dengan kata-kata yang sedikit berbeda.

mari simak guwaeees 👇 👇 👇 
*Ketika ada ULAR berbisa*

إِذَا وُجِدَتْ حَيَّةٌ سَامَّةٌ

"Mungkin sebagian logika manusia berkata: jangan bunuh dia, kasihan, biarkan saja dia hidup, dia juga kan makhluk Allah, dah biarin saja."

رُبَّمَا قَالَ بَعْضُ النَّاسِ بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ قَتْلُهُ، رِفْقًا بِهِ، وَهُوَ مَخْلُوقٌ لِلَّهِ، فَلْيَكُنْ.

"Kalimat ini seakan benar bahkan bijak sekali terdengar."

هَذِهِ الْكَلِمَةُ تَبْدُو صَحِيحَةً وَحَكِيمَةً جِدًّا.

"Tapi ternyata salah dan bertentangan dengan syar’iat."

وَلَكِنَّهَا فِي الْحَقِيقَةِ خَاطِئَةٌ وَمُخَالِفَةٌ لِلشَّرِيعَةِ.

"Karena hukum yang sesungguhnya adalah ULAR berbisa itu justru sunnah dibunuh karena dia tergolong binatang “yadhurru wala yanfa’ (berbahaya dan tidak ada manfaatnya)”.

لِأَنَّ الْحُكْمَ الْحَقِيقِيَّ هُوَ أَنَّ الْحَيَّةَ السَّامَّةَ تُسَنُّ قَتْلُهَا لِأَنَّهَا مِنْ بَابِ الْحَيَوَانِ الَّذِي يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ.

"Demikian hukum mengatur ala konsep madzhabuna Ma’asyiro Syafi’iyah."

هَذَا هُوَ الْحُكْمُ الْمُتَّبَعُ فِي مَذْهَبِنَا الشَّافِعِيِّ.

tentang 👉*Khatimah*

خَاتِمَةٌ:

"Al-Hayawanu imma yadhurru wa la yanfa’, kahayyat, wa ‘aqrab, wa fa’rat, wa hada’at, wa kalb ‘aqur, wa ghurab, ghayru zagh, wa dhi’b, wa asad, wa namir, wa sa’ir al-siba’, wa dubb, wa nasr, wa ‘iqab, wa barghuth, wa naml saghir, wa waz’, wa sam abras, wa baqq, wa zunbur, fahadih kulluha wa nahwaha yusannu qatlaha, wa law limuharramin fi al-haram."

الْحَيَوَانُ إِمَّا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ، كَالْحَيَّةِ، وَالْعَقْرَبِ، وَالْفَأْرَةِ، وَالْحِدَأَةِ، وَالْكَلْبِ الْعَقُورِ، وَالْغُرَابِ غَيْرِ الزَّاغِ، وَالذِّئْبِ، وَالْأَسَدِ، وَالنَّمِرِ، وَسَائِرِ السِّبَاعِ، وَالدُّبِّ، وَالنَّسْرِ، وَالْعُقَابِ، وَالْبَراغِيثِ، وَالنَّمْلِ الصَّغِيرِ، وَالْوِزَعِ، وَالسَّامِ أَبْرَصَ، وَالْبَقِّ، وَالزُّنْبُورِ، فَهَذِهِ كُلُّهَا وَنَحْوُهَا يُسَنُّ قَتْلُهَا، وَلَوْ لِمُحَرَّمٍ فِي الْحَرَمِ.

"Ini semua dan yang serupa dengannya disunnahkan untuk dibunuh, bahkan jika itu dilakukan oleh orang yang ihram di tanah haram."

هَذِهِ كُلُّهَا وَنَحْوُهَا يُسَنُّ قَتْلُهَا، حَتَّى وَلَوْ كَانَ الْقَاتِلُ مُحْرِمًا فِي الْحَرَمِ.

(Dikutip dari kitab Zawajir ‘an Iqtrofil Kabair, 1, 315, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)

Minggu, 15 Juni 2025

Pergeseran Makna Dakwah




Dakwah adalah kewajiban kolektif atau fardhu kifayah. Siapa pun boleh memikulnya, tapi tidak setiap orang mampu dan memiliki kualifikasinya. Menyampaikan ajaran Baginda Rasul bukanlah perkara fasih bicara, cakap beretorika, atau punya penguasaan panggung meyakinkan, namun soal ketajaman nurani, keluasan ilmu, dan keteguhan niat. Istilah dai, yang berakar dari kata da’a—mengajak, menyeru—adalah cermin jiwa yang memilih jalan terjal untuk menyuarakan kebenaran. Jalan yang panjang, sepi, dan kadang penuh luka.

Peran dai tak pernah kehilangan relevansi. Justru di zaman kita kini, ketika arus informasi mengalir deras, ketika batas antara opini dan kebenaran makin kabur, seorang dai dibutuhkan untuk menjaga nalar umat agar tak tenggelam. Tapi di sinilah letak persoalannya: menjadi dai hari ini terasa seperti menggenggam bara. Panasnya tidak hanya karena beratnya beban, juga karena dunia di sekitar kita berubah terlalu cepat—sementara nilai yang dibawanya menuntut untuk tetap utuh.

Beban itu kian berat karena godaan datang dari segala arah. Popularitas, misalnya. Ia datang tanpa mengetuk pintu, tapi langsung duduk di ruang tamu. Begitu nama mulai dikenal, wajah akrab di layar, dan suara sering dikutip, gairah untuk tampil pelahan menggeser niat untuk menyampaikan. Panggung yang dulu diniatkan sebagai ladang dakwah berubah jadi panggung pertunjukan. Yang dicari bukan lagi kebenaran, tapi decak kagum dan sorak-sorai penonton. Dan dari situ, ruh dakwah mulai bocor.

Lalu datang tuntutan publik, yang makin bising, makin tak masuk akal. Seorang dai ditarik untuk bicara soal apa saja: mulai dari politik sampai psikologi, dari investasi syariah sampai persoalan mental health. Da'i yang terhormat itu pun dituntut jadi kamus berjalan. Padahal, tak semua hal harus dan mampu dijawab. Bukankah da'i juga manusia yang jelas lebih banyak tidak tahunya daripada pintarnya. Tapi di dunia serba cepat ini, diam sering disalahpahami sebagai kelemahan, dan ketidaktahuan dianggap kegagalan. Maka banyak dai akhirnya memilih cara cepat "bunuh diri": berbicara tanpa dasar, menjawab sekadar menjaga wibawa. Yang penting kelihatan tahu. Walau sebenarnya sedang mengarang.

Di sisi lain, wajah dakwah makin hari makin mirip dunia hiburan. Ceramah harus lucu, santai, menggelitik. Dai yang dulu dikenal karena hikmah dan kedalaman, sekarang dipuja karena piawai melempar punchline. Tertawa dianggap lebih afdal dari berpikir. Di panggung-panggung yang disorot lampu, di layar-layar ponsel yang bisa dibolak-balik dengan jempol, dai bersaing dengan konten kreator. Untuk tetap bersinar, mereka harus jadi bintang—bukan lagi sebagai pembawa cahaya, tapi pencari kemilau sorot lampu panggung. Di situlah batas antara nasihat dan sensasi mengabur. Dan dalam kekaburan itu, pesan-pesan ilahi perlahan redup menuju pudur.

Dan belum selesai di situ. Uang mulai bicara dalam nada yang semakin keras. Amplop, honor, tarif ceramah, semuanya jadi obrolan yang tak lagi tabu. Ada dai yang mengatur jadwal berdasarkan besaran transfer. Ada juga yang menakar undangan bukan dari siapa yang mengundang, tapi dari seberapa besar mereka bisa membayar. Tentu, tak salah memberi penghargaan atas kerja dakwah. Sama sekali tidak salah. Kekeliruan itu hanya pada: isi ceramah bisa berubah demi menyenangkan sponsor. Kalau keberanian bersuara diredam oleh rasa sungkan pada pemberi amplop, maka dakwah bukan lagi panggilan hati. Ia berubah jadi komoditas. Tetap berbicara atas nama langit, tapi kaki berpijak pada pasar.

Lalu muncul paradoks: dai dituntut suci, tapi hidup dalam dunia yang berdosa dan penuh godaan. Ia harus hadir di tengah umat, tapi tak boleh terlalu dekat. Ia diharap sederhana, tapi juga tampil rapi, cakap, karismatik. Ia harus lantang bersuara, tapi tak boleh salah ucap. Ia dituntut jadi simbol keteladanan, tapi hidup dalam tekanan untuk viral. Maka banyak dai terjebak dalam dua kutub: antara menjaga integritas atau memenangkan algoritma.

Namun di balik semua kekusutan itu, masih ada harapan. Karena di antara para pemburu panggung, masih ada yang tetap setia pada jalan sunyi. Mereka yang memilih bicara pelan, tapi menembus hati. Mereka yang tak memaksa tampil, tapi selalu hadir saat dibutuhkan. Mereka yang tak memikirkan subscriber, tapi tetap menjawab pesan-pesan kecil dari santri, dari warga kampung, dari orang-orang yang ingin mengerti agama tanpa gaduh.

Barangkali kita perlu kembali ke titik awal: bahwa dakwah adalah kerja hati. Ia lahir semata dari rasa peduli, bukan lantaran hasrat ingin tampil dan untuk disanjung puji. Ia tidak menuntut panggung, tapi kehadiran. Ia tidak selalu bersuara keras, tapi selalu punya gema.

Menjadi da'i tidak harus sempurna. Tapi jujur, "sejak dalam pikiran". Harus punya keberanian untuk berkata, "Saya tidak tahu," ketika memang tidak tahu, apalagi di era "matinya kepakaran" begini. Harus siap dianggap membosankan, ketika yang disampaikan tak viral tapi benar. Harus rela kalah dalam popularitas, demi tetap menang dalam nilai.

Karena pada akhirnya, tugas dai bukan membuat orang terhibur. Tapi membuat orang tersadar. Dan kesadaran, sebagaimana kita tahu, sering kali datang dari kata-kata yang sunyi, bukan dari tawa, bukan dari sensasi, dan bukan dari tepuk tangan—apalagi tepuk dada.

Sabtu, 14 Juni 2025

Cara Yang Baik Orang Tua Mengajak Anaknya Solat Ala Gus Bahak

Untuk setiap ayah dan orang tua

Ketika menjadi ayah suatu saat nanti. Jangan katakan kepada mereka:

"Pergilah sholat, kalau tidak kamu akan masuk neraka!"⁣

Tapi katakanlah,⁣

"Ayo sholat bersamaku, 
semoga kita bisa masuk surga bersama-sama."⁣ ~

Gus Baha'⁣ 


Semoga Allah memasukkan kita bersama anak anak kita ke surga ,
sebagaimana firmanya :

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“Surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang shalih dari orang tuanya, pasangannya, dan anak cucunya.”
(QS. Ar-radu, Ayat 23)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam Surga yaitu orang tua, istri, dan anak keturunan mereka yang beriman dan layak masuk Surga, agar hati mereka terhibur dan merasa senang.

 Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi, tanpa mengurangi derajat keluarganya yang tinggi, agar mereka bisa berkumpul di dalam Surga yang sama derajatnya.”

(Tafsir Ibnu Katsir, 4;496

Jumat, 13 Juni 2025

Tiga hal penggembira dan pembuat sedih

Tiga hal penggembira dan pembuat sedih
‏‏‎
حدثنا أبو بكر بن مالك، ثنا عبد الله بن أحمد بن محمد بن حنبل، حدثني أبي، ثنا كثير بن هشام، ثنا جعفر بن برقان، قال: بلغنا أن سلمان الفارسي، رضي الله تعالى عنه كان يقول: 
" أضحكني ثلاث، وأبكاني ثلاث: ضحكت من مؤمل الدنيا والموت يطلبه، وغافل لا يغفل عنه، وضاحك ملء فيه لا يدري أمسخط ربه أم مرضيه. وأبكاني ثلاث: فراق الأحبة محمد وحزبه، وهول المطلع عند غمرات الموت، والوقوف بين يدي رب العالمين حين لا أدري إلى النار انصرافي أم إلى الجنة "
📚 حلية الأولياء، ج ١ ، ص ٢٠٧ 📚

"Tiga hal telah membuatku tertawa dan tiga hal membuatku menangis;
Aku tertawa karena ada;
• orang yang berangan-angan tentang dunia, sementara kematian sentiasa mengintainya,
• orang yang lalai, sementara ia tak akan terlalaikan (dari hisāb dan pembalasan),
• orang yang (senantiasa) tertawa, sementara ia tidak tahu, apakah Tuhannya murka atau ridlo kepadanya.

Dan tiga hal membuatku menangis;
• berpisah dengan orang-orang yang aku cintai, yakni Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat beliau,
• kedahsyatan tatkala sakaratul maut.
• ketika berdiri di hadapan Allāh semesta alam, sementara aku tak tahu, apakah akan menuju ke neraka atau ke surga".

                          [ 𝐇𝐢𝐥𝐲𝐚𝐭-𝐮𝐥 𝐀𝐮𝐥𝐢𝐲𝐚̄' ]

‏‏‎

عن أبي عثمان النهدي عن سلمان الفارسي قال ثلاث أعجبتني حتى اضحكتني مؤمل دنيا والموت يطلبه وغافل وليس بمغفول عنه وضاحك ملء فيه لا يدري اساخط رب العالمين عليه أم راض عنه 
وثلاث احزنني حتى ابكينني: فراق محمد وحزبه وهول المطلع والوقوف بين يدي ربي عز وجل ولا ادري جنة أو إلى نار.
📚 صفة الصفوة، ج ١ ، ص ٢٠٨ 📚
  

"Ada tiga hal yang mengherankanku hingga membuatku tertawa;
• orang yang (senantiasa) berangan-angan tentang dunia, sementara kematian terus mengincarnya,
• orang yang lalai, sementara ia tak akan terlalaikan (dari hisāb dan pembalasan),
 • orang yang (senantiasa) tertawa, sementara ia tak tahu, apakah Allāh Tuhan semesta alam murka atau ridlo kepadanya.
Dan tiga hal yang membuatku sedih hingga membuatku menangis;
• perpisah dari Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan para shahabat beliau,
• kedahsyatan tatkala syakaratul maut,
• ketika berdiri di hadapan Tuhanku Azza wa Jalla, sementara aku tak tahu, apakah akan ke surga atau ke neraka.

                       [ 𝐒𝐡𝐢𝐟𝐚𝐭-𝐮𝐬𝐡 𝐒𝐡𝐚𝐟𝐰𝐚𝐡 ]

‏‏‎


‏‏‎

Kamis, 12 Juni 2025

Malah jadi ketagihan

Malah jadi ketagihan 

وَأَخْرَجَ ابْنُ عَدِيٍّ وَابْنُ عَسَاكِرَ عَنِ النَّخَعِيِّ قَالَ: لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَخَلَقَ لَهُ زَوْجَهُ بَعَثَ إِلَيْهِ مَلَكًا وَأَمَرَهُ بِالْجِمَاعِ فَفَعَلَ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ لَهُ حَوَّاءُ: يَا آدَمُ هَذَا طَيِّبٌ زِدْنَا مِنْهُ
فتح القدير للشوكاني ١/ ٨٣

Imam annakhoi berkata: 
Tatkala Allah swt menciptakan nabi adam , dan menciptakan istrinya untuknya , maka allah mangutus malaikat dan memerintahkan nabi adam untuk berjimak, dan nabi adam melakukanya , setelah selesai bersenggama, sitti hawwa' berkata padanya : *wahai adam ini bagus ( enak ) tambahin lah .*

`📚 Fathul qadir li ssyaukani 1/ 83 .`

Rabu, 11 Juni 2025

Privilege Para Penghafal Al Qur'an

Privilege Para Penghafal Al Qur'an
___________________

 مَن قَرأ القُرانَ فَاستَظهَرَه فَحَلٌ حَلآلَه وَحَرٌمَ حَرَامَهُ اَدخَلَهُ اللٌهُ الجَنٌةَ وَشَفٌعَه فيِ عَشَرةَ مِن اَهلِ بَيِته كُلٌهٌم قَد وَجبت لَهُ النٌارُ.(رواه أحمد والترمذي وقال هذا حديث غريب وحفص بن سليمان الراوي ليس هو بالتقوى يضعف في الحديث ورواه أبن ماجه والدارمي). 

Rasulullah SAW bersabda: 

"Barangsiapa membaca Al-Qur'an dan menghafalnya, lalu menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah Ta'ala akan memasukannya ke dalam Surga dan Allah menjaminnya untuk memberi syafaat kepada sepuluh orang keluarganya yang kesemuanya telah diwajibkan masuk neraka."
(HR Imam Ahmad dan Tirmidzi)

Selasa, 10 Juni 2025

Takut miskin

Tak mau mengandung karena takut Miskin

Itulah yg pernah tersurat dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 31 yg menceritakan soal orang yg membunuh anaknya krn takut miskin, ya aga’ mirip dg program vasektomi bagi penerima bansos, yaitu tak boleh lahiran krn takut miskin seperti ayat berikut: 

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” 
.
Padahal seharusnya mengatasi kemiskinan itu deangan cara mencerdaskan masyarakat sehingga dapat menciptakan banyak lapangan kerja. Sekaligus menciptakan empati dari yg kaya kpd yang miskin dg zakat, infaq dan sadekahnya. 
.
Tak melahirkan bukan solusi tapi hanya menciptakan kekosongan di negeri ini.

Senin, 09 Juni 2025

Jangan Larut Dalam Kesedihan


*JANGAN LARUT DALAM KESEDIHAN*

Mungkin saat kita menjalani ujian hidup yang bertubi-tubi terasa berat ...
Mungkin saat kita ditinggalkan orang yang kita sayangi orang yang kita cintai hati ini akan terpukul sedih bahkan sakit...
Sepahit apapun kehidupan ini jalani saja seperti air yang mengalir. Bersabarlah jangan mengeluh jangan bersedih semua pasti akan berakhir.
Lihatlah langit yang mendung tidak akan selamanya mendung pasti akan ada terangnya begitu juga kehidupan manusia tidak akan selamanya susah yakinlah suatu saat akan ada senangnya. Karena sesungguhnya di balik kesulitan akan ada kemudahan. Sabar itu sangat mahal karena berat di hati berat pula di jalani tetapi besarnya pahala di ukur dari besarnya kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. 

*Sebagaimana dijelaskan di dalam Al Qur'an* 

 _"Mereka itulah orang yang di balasi dengan martabat yang tinggi_ ( _dalam surga) karena kesabaran mereka dan_ _mereka di sambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di_ _dalamnya."_ *(QS. Al Furqon ayat 75)* 
 
 _Allah memberi mereka pahala atas kesabaran mereka di_ _dunia dalam menjalankan ketaatan berupa surga yang_ _agung._ 

Minggu, 08 Juni 2025

Jadi Orang Yang Berkelas & Punya Aura Kuat


Berikut Cara meningkatkan Aura diri

1. Tidak banyak omong, tapi membuat orang penasaran.

Kamu diam bukan karena bingung, tapi karena kamu punya kontrol, itulah yang bikin kamu kelihatan punya power.

2. Punya batasan, tapi bukan jual mahal.

Kamu bisa ramah, tapi bukan buat semua orang.


3. Punya hobi yang nunjukkin karakter.
Entah itu main catur, baca buku, atau naik gunung 
yang penting bukan hidup buat impress orang lain.

4. Kalau marah, tidak kelewat batas. Kalau kecewa, tidak ngemis.
Lo bukan orang yang dibentuk dari ego… tapi dari kendali.

5. Kamu tahu caranya masuk ruangan tanpa suara, tapi bikin semua mata noleh.
Itu karena kamu punya presence, bukan cuma eksistensi.

6. Gak pamer, tapi hasil  yang bicara.
Gak perlu story flex, karena yang ngerti — bakal notice.

Jadi orang berkelas itu gak harus kaya. Tapi HARUS ngerti cara bawa diri. 


Jumat, 06 Juni 2025

Hari Raya Waktunya Healing Bareng keluarga

Inilah Alasan Kenapa Hari Raya merupakan waktu yang tepat untuk Healing 

حدثنا أحمد قال: حدثنا ابن وهب قال: أخبرنا عمرو: أن محمد بن عبد الرحمن الأسدي حدثه، عن عروة، عن عائشة قالت:

دخل علي رسول الله ﷺ وعندي جاريتان، تغنيان بغناء بعاث
إلى قوله

وفي هذا الحديث من الفوائد: مشروعية التوسعة على العيال في أيام الأعياد بأنواع ما يحصل لهم بسط النفس وترويح البدن من كلف العبادة، وأن الإعراض عن ذلك أولى

Hadis Ini Menunjukkan bahwa disyariatkan memberi kelonggaran pada keluarga di hari raya dengan hal-hal yang menyenangkan hati dan merehatkan badan dari tekanan rutinitas ibadah, dan meninggalkan rutinitas itu lebih utama

Fathul Bari 2/443

Kamis, 05 Juni 2025

Cara Lancar Berbicara Di Depan Banyak Orang

Berikut beberapa tips untuk membantu Anda berbicara dengan lancar di depan publik:

1. Persiapan yang Baik
- Siapkan materi presentasi Anda dengan baik dan pastikan Anda memahami topik yang akan dibahas.
- Latih presentasi Anda beberapa kali untuk memastikan Anda familiar dengan materi dan dapat menyampaikan dengan lancar.

2. Kenali Audiens Anda
- Pahami siapa audiens Anda dan apa yang mereka harapkan dari presentasi Anda.
- Sesuaikan bahasa dan gaya presentasi Anda dengan audiens Anda.

3. Berlatih dengan Suara Keras
- Berlatih presentasi Anda dengan suara keras untuk memastikan Anda dapat menyampaikan materi dengan jelas dan percaya diri.
- Berlatih di depan cermin atau dengan teman dapat membantu Anda meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik.

4. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Singkat
- Gunakan bahasa yang jelas dan singkat untuk memastikan audiens Anda dapat memahami materi Anda.
- Hindari menggunakan jargon atau istilah yang tidak familiar bagi audiens Anda.

5. Berbicaralah dengan Percaya Diri
- Berbicaralah dengan percaya diri dan yakin pada diri sendiri.
- Jangan takut untuk membuat kesalahan, karena kesalahan dapat menjadi kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik.

6. Gunakan Teknik Pernapasan yang Baik
- Gunakan teknik pernapasan yang baik untuk memastikan Anda dapat berbicara dengan lancar dan tidak kehabisan napas.
- Berlatih teknik pernapasan dalam dapat membantu Anda mengurangi stres dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik.

7. Berinteraksi dengan Audiens
- Berinteraksi dengan audiens Anda dengan membuat kontak mata, mengajukan pertanyaan, dan meminta umpan balik.
- Berinteraksi dengan audiens dapat membantu Anda membangun hubungan dengan mereka dan meningkatkan efektivitas presentasi Anda.

Dengan mengikuti tips di atas, Anda dapat meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik dan menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan materi Anda.

Rabu, 04 Juni 2025

Puasa Arafah: Garansi Panjang Umur Dari Rasulullah?

Faidah Puasa Arafah, bisa melebur dosa tahun lalu dan yang akan datang
Selain itu puasa Arafah dapat garansi tidak wafat sampai tahun depan, karena kata melebur dosa tahun depan secara eksplisit menunjukkan orang tersebut masih bisa beramal & beraktivitas sampai tahun depan

(فائدة)
 قال ابن عباس - رضي الله عنهما - وهذه بشرى بحياة سنة مستقبلة لمن صامه، إذ هو - صلى الله عليه وسلم - بشر بكفارتها، فدل لصائمه على الحياة فيها، إذ هو - صلى الله عليه وسلم - لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى.
اه.
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,2/300] 

Senin, 02 Juni 2025

Puasa Arafah dan keutamaan-keutamaannya

Puasa Arafah dan keutamaan-keutamaannya 

*Sabda Rasulullah SAW:*

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ.(رواه مسلم).

Dengan berpuasa pada hari Arafah, aku berharap Alloh SWT. mengampuni dosa² satu tahun sebelum hari Arafah dan dosa² satu tahun sesudahnya(tahun berikutnya )  (HR. Muslim)

Dengan di ampuninya dosa² setelah hari Arafah, mempunyai arti: bahwa bagi orang yg berpuasa di hari Arafah, tidak akan meninggal dunia  pada tahun ini dan akan di panjangkan umurnya sampai sampurna tahun berikutnya. 


 
 ( فائدة ) قال ابن عباس رضي الله عنهما وهذه بشرى بحياة سنة مستقبلة لمن صامه إذ هو صلى الله عليه وسلم بشر بكفارتها فدل لصائمه على الحياة فيها إذ هو صلى الله عليه وسلم لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى. 

 (إه‍.إعانة الطالبين ج٢ ص٢٠٠) 

والمراد بالسنة التي قبل يوم  عرفة السنة التي تتم بفرغ شهره، وبالسنةالتي بده السنة اولها المحرم الذي يلي الشهر المذكور. 
(إه‍.نهاية المحتاج ج٢ص٢٠٦) 

Ini Qurbanku, otomatis jadi Quran Wajib?

Ini Qurbanku, otomatis jadi Quran Wajib? 

Jika ada orang mengatakan kambing ku ini adalah hewan kurban, apakah otomatis menjadi Qurban wajib? 
Jika Tujuannya Hanya untuk memberi kabar orang lain maka tidak menjadi Qurban Wajib menurut Sayid Umar Al-Basri. 

Menurut Ibnu Hajar tetap jadi Quran Wajib walau hanya bertujuan memberi kabar kecuali pakai embel-embel Insyaallah

الياقوت النفيسة ص ٨٢٤

والأضحية كما ذكرنا سنة وتجب بالنذر ويجب التصدق بلحم المنذورة كله ا لأنها خرجت بالنذر من ملكه إلى ملك الفقراء

(تنبيه) من اشترى شاة وقال هذه أضحيتي لازمته، ووجب التصدق بلحمها كله . إنما بعض المتأخرين قال لا تجب بالنسبة للعامة لأن العامى معذور لأنه لا يدرك معنى ما قاله ولا يقصد به النذر والعبارة إنشاء لا إقرار يعني غير مقر بأنها أصيحت أضحيته بمعنى هذه الشاة التي أريد أن أضحي بها. وفرق بين نية النذر ونية الإخبار كما قال في حاشية الياقوت ينبغي ان يكون محله ما لم يقصد الإخبار .

الياقوت النفيسة ص ٨٢٤

وقال السيد عمر البصري ينبغي ان يكون محله ما لم يقصد الإخبار، فإن قصده إي هذه الشاة التي أريد التضحية بها فلا تعيين. وقد وقع الجواب كذلك في نازلة وقعت في لهذا الحقير وهي أن شخصا اشترى شاة للتضحية فلقيه شخص أخر فقال ما هذه ؟ فقال اضحيتي .

بغية المسترشدين ص ٥٤٨

ـ (مسألة : ب) ظاهر كلامهم أن من قال : هذه أضحية أو هي أضحية أو هدي تعينت وزال ملكه عنها ، ولا يتصرف إلا بذبحها في الوقت وتفرقتها ، ولا عبرة بنيته خلاف ذلك لأنه صريح ، قال الأذرعي : كلامهم ظاهر في أنه إنشاء وهو بالإقرار أشبه ، واستحسنه في القلائد قال : ومنه يؤخذ أنه إن أراد أني أريد التضحية بها تطوعاً كما هو عرف الناس المطرد فيما يأخذونه لذلك حمل على ما أراد ، وقد أفتى البلقيني والمراغي بأنها لا تصير منذورة بقوله : هذه أضحيتي بإضافتها إليه ، ومثله : هذه عقيقة فلان ، واستشكل ذلك في التحفة ثم ردّه ، والقلب إلى ما قاله الأذرعي أميل

ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ - ‏( ﺝ / 41 ﺹ 55 ‏)

‏( ﻗَﻮْﻟُﻪُ : ﺃَﻭْ ﻫَﺬِﻩِ ﺃُﺿْﺤِﻴَّﺔٌ ﺇﻟَﺦْ ‏) ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻘْﺼِﺪْ ﺍﻟْﺈِﺧْﺒَﺎﺭ ﻓَﺈِﻥ ﻗَﺼَﺪَﻩُ ﺃَﻱْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺸَّﺎﺓَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺃُﺭِﻳﺪَ ﺍﻟﺘَّﻀْﺤِﻴَﺔُ ﺑِﻬَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻌْﻴِﻴﻦَ ﺍ ﻫـ .. 

ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺍﻟﻜﺮﺩﻱ 204 – 2 –

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻌَﻼَّﻣَﺔُ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺪ ﻋُﻤَﺮُ ﺍﻟﺒَﺼْﺮِﻯ ﻓِﻰ ﺣَﻮَﺍﺵِ ﺍﻟﺘُّﺤْﻔَﺔِ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻰ ﺃَﻧْﻴَﻜُﻮﻥَ ﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻣَﺎﻟَﻢْ ﻳَﻘْﺘَﺼِﺪُ ﺍﻷَﺧْﺒَﺎﺭُ ﻓَﺈﻥْ ﻗَﺼَﺪَﻩُ ﺍﻯ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺸَّﺎﺓَ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﺃُﺭِﻳْﺪُ ﺍﻟﺘَّﻀْﺤِﻴَﺔِ ﺑِﻬَﺎ ﻓَﻼَ ﺗَﻌْﻴِﻴْﻦَ ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﻗَﻊَ ﺍﻟﺠَﻮَﺍﺏُ ﻛَﺬَﺍﻟِﻚَ ﻓِﻰ ﻧَﺎﺯِﻟَﺔٍ ﻭَﻗَﻌَﺖْ ﻟِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟﺤَﻘِﻴْﺮ ﻭَﻫِﻲَ ﺍﺷْﺘَﺮَﻯ ﺷَﺎﺓً ﻟِﻠﺘَّﻀْﺤِﻴَﺔِ ﻓَﻠَﻘِﻴَﻪُ ﺷَﺤْﺺٌ ﺁﺧَﺮَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎﻫَﺬِﻩِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺃُﺿْﺤِﻴَﺘِﻰ .. 

 ﺑﺸﺮﺓ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ٢ / ١٢٤

ﻓﻤﺎ ﻳﻘﻌﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻫﺬﻩ ﺿﺤﻴﺔ ﺟﺎﻫﻠﻴﻦ ﻣﺎﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺑﻞ ﻭﺍﻥ ﻗﺼﺪﻭﺍ ﺍﻻﺧﺒﺎﺭ ﺗﺼﻴﺮ ﺑﻪ ﻣﻨﺬﻭﺭﺓ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺣﺞ ﻡ ﺭ ﻟﻜﻦ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ ﻣﺤﻠﻪ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺍﻻﺧﺒﺎﺭ ﻭﺍﻻ ﻟﻢ ﺗﺘﻌﻴﻦ .

- Mausuatul fiqih :

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ نَذْرَ التَّضْحِيَةِ يُوجِبُهَا، سَوَاءٌ أَكَانَ النَّاذِرُ غَنِيًّا أَمْ فَقِيرًا، وَهُوَ إِمَّا أَنْ يَكُونَ نَذْرًا لِمُعَيَّنَةٍ نَحْوُ: لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُضَحِّيَ بِهَذِهِ الشَّاةِ، وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ نَذْرًا فِي الذِّمَّةِ لِغَيْرِ مُعَيَّنَةٍ لِمَضْمُونَةٍ، كَأَنْ يَقُول: لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُضَحِّيَ، أَوْ يَقُول: لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُضَحِّيَ بِشَاةٍ. (3) 

____

(3) حاشية الدسوقي على الشرح الكبير 2 / 125، والبجيرمي على المنهج 4 / 295، والمجموع للنووي 8 / 383 - 386 والمغني لابن قدامة مع الشرح الكبير 11 / 94، 106، 107، ومطالب أولي النهى 2 / 480.

Tugas Utama Seorang Faqih

ORANG YANG FAQIH BENERAN ITU YANG BAGAIMANA

ﻭﻗﺎﻝ: اﻟﻔﻘﻴﻪ ﻛﻞ اﻟﻔﻘﻴﻪ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﻨﻂ اﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺮﺧﺺ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﻣﻌﺎﺻﻲ اﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺆﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻋﺬاﺏ اﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﺭﻏﺒﺔ ﻋﻨﻪ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ؛

Al Imam Ali bin Abi Thalib كرم الله وجهه menuturkan:

"Orang yang faqih (paham agama) yang sebenarnya itu adalah orang yang:

- tidak menjadikan umat berputus-asa dari rahmat Allah,

- tidak memberi mereka kelonggaran dalam bermaksiat kepada Allah,

- tidak memberi mereka rasa aman dari (ancaman) adzab Allah, dan

- tidak meninggalkan al-Qur'an kepada selainnya lantaran tidak sesuai selera;"

(As-Suyuthi, Târîkhul Khulafâ`, hlm 308-309)


Minggu, 01 Juni 2025

Batasan Orang Yang Mampu Berkurban

BATASAN MAMPU BERQURBAN DALAM MADZHAB SYAFI'I

Disunnahkan secara kuat bagi kita (umat Islam) untuk berqurban
Sedangkan bagi Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka hukumnya wajib.

Orang yang terkena perintah ini adalah: muslim yang baligh, berakal, merdeka, dan mampu, begitu juga hamba sahaya yang merdeka sebagian (muba‘adh) jika ia memiliki harta dari bagian dirinya yang merdeka.

Yang dimaksud dengan "mampu" adalah: orang yang memiliki kelebihan harta (yang cukup untuk membeli hewan qurban) setelah mencukupi kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya pada hari raya dan hari-hari tasyrik, karena itulah waktunya. Hal ini serupa dengan zakat fitrah, yang disyaratkan adanya kelebihan harta dari kebutuhan dirinya dan tanggungannya pada malam dan hari raya, karena itulah waktunya.

Ada kemungkinan pula bahwa yang cukup (mampu) adalah orang Islam yang mempunyai kelebihan harta dari kebutuhan malam dan hari raya saja, sebagaimana dalam sedekah sunnah, karena kurban merupakan jenis sedekah. Oleh karena itu, bagi budak mukatab (yang sedang mencicil kebebasan), kurban bergantung pada izin tuannya, seperti halnya bentuk sedekah lainnya.

Kurban lebih utama daripada sedekah sunnah, karena ada perbedaan pendapat tentang wajibnya.

Imam Syafi‘i berkata: "Aku tidak memberi keringanan untuk meninggalkannya bagi orang yang mampu melaksanakannya." Yang beliau maksud adalah: makruh hukumnya meninggalkan kurban bagi orang yang mampu, baik ia tinggal di pedalaman maupun di perkotaan, baik sedang dalam perjalanan atau tidak, dan tidak ada perbedaan antara orang yang berhaji maupun tidak. Karena Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah berkurban di Mina untuk istri-istrinya dengan seekor sapi, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.



( سنة مؤكدة ) أي : في حقنا، وأما في حقه صلى الله عليه وسلم .. فهي واجبة

والمخاطب بها : المسلم البالغ العاقل الحرّ المستطيع ، وكذا المبعض إذا ملك مالاً ببعضه الحر. العيد

والمراد بالمستطيع : من يقدر عليها فاضلة عن حاجته وحاجة ممونه يوم وأيام التشريق ؛ لأن ذلك وقتها ، ونظير ذلك : زكاة الفطر ؛ فإنهم اشترطوا فيها أن تكون فاضلة عن حاجته وحاجة ممونه يوم العيد وليلته ؛ لأن ذلك وقتها .

ويحتمل أنه يكفي أن تكون فاضلة عما يحتاجه في ليلة العيد ويومه فقط ؛ كما في صدقة التطوع ؛ لأنها نوع صدقة ؛ ولذلك كانت من المكاتب متوقفة على إذن سيده كسائر تبرعاته ، وهي أفضل من صدقة التطوع ؛ للاختلاف في وجوبها . وقال الشافعي : ( لا أرخص في تركها لمن قدر عليها )، ومراده رضي الله عنه :
أو أنه يكره تركها للقادر عليها، سواء كان من أهل البوادي ، أو من أهل الحضر ، السفر ، ولا فرق بين الحاج وغيره ؛ فقد ضحى صلى الله عليه وسلم في منى عن نسائه بالبقر ، رواه الشيخان.

(حاشية البيجور على ابى شجاع ج ٤ ص ٣٦٠ ط دار المنهاج 

Kenapa Muharram Jadi Bulan Pertama Dalam Kalender Hijriyah? Berikut Penjelasannya

Bulan Muharram dijadikan bulan pertama dalam kalender Islam (Hijriyah) bukan karena peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ sebab Nabi ...