Rabu, 25 Juni 2025

Sekalipun Dari Keturunan Mulia, Jangan Pernah Meremehkan Orang Lain

• Zaman “Adu kemuliaan” 


 ⁃ Dzurriah Habaib yang merasa kastanya lebih tinggi, menyombongkan nasabnya, merendahkan selainnya, bahkan menganggap pribadinya lebih mulia dari 40 atau 70 Kiai yang alim dan sholih, ia telah melenceng dari jejak para leluhurnya. Salah satu rujukan utama Thariqah Ba’alawi Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad pernah mengultimatum :

من افتخر على الناس بآبائه ذهبت بركتهم عنه 

“ siapapun yang menyombongkan diri atas manusia dengan bawa-bawa leluhurnya, maka barokah mereka akan hilang darinya “

Beliau juga pernah menyampaikan dalam syairnya :

واحذر وإياك من قول الجهول أنا * وأنت دوني في فضل وفي حسب

فقد تأخر أقوام وما قصدوا * نيل المكارم واستغنوا بكان أبي

“ dan waspadalah kamu terhadap ucapan orang bodoh : “ Inilah aku ! Sedangkankan kamu ada dibawah kastaku dalam keutamaan dan keturunan * sungguh telah tertinggal banyak golongan, mereka tak mendapatkan kemuliaan-kemuliaan, hanya karena mereka merasa cukup dengan menyebutkan para leluhurnya yang memiliki kehebatan “ 

 ⁃ Disisi lain, Dzurriah Wali songo yang menyombongkan diri dengan keturunannya bahkan mengajak untuk meyakini dirinya dan golongannya lebih mulia dari siapapun bahkan dari seluruh Habaib yang pernah ada di dunia, jelas tidak tau ( atau lupa ? ) sejarah dan ajaran Wali Songo dan para Kiai terdahulu. 

Sunan Giri pernah berpesan kepada Kiai Suluki sang pencatat nasab keluarga wali 9, agar jangan memberi tahu silsilah nasab kepada orang sembarangan, yang bisa menyalahgunakannya atau bahkan membuatnya terlena dan merasa jumawa karena keturunannya, dawuh beliau : 

“Anging aja nutur sira (ing nasab) ing wong kang ora bisa amaca Qur’an atawa wong bisa agawe kidzib, khianat, kitman, lan wong kang ora anglakoni salat limang waqt karna dudu anak putu isun ”

“ akan tetapi kamu jangan menyebut nasab ini kepada orang yang tidak bisa membaca Al-Quran, atau orang yang berbuat kidzib ( bohong ), khianat, kitman, dan orang yang tidak melakukan sholat 5 waktu karena itu bukan anak-cucuku “ 

Pun begitu dengan banyak Kiai terdahulu yang sengaja menyembunyikan bahkan membakar kitab nasabnya karena takut keturunannya bakal jumawa, sombong, gak mau ngaji tapi minta dimuliakan oleh orang lain

Yang me-lena-kan itu bukan hanya wanita dan jabatan kawan, tapi banyak juga orang yang mabuk karena keturunan, bisa jadi “tersangkanya” adalah diri kita sendiri, tapi kita justru mencurigai orang lain. saya pernah sowan Gus Baha’ di ndalemnya bersama gerombolan para Gus dan Lora, termasuk Muhammad Ismail Al-Ascholy dan Ra Muham putra Kiai Thoifur Sumenep, masih ada pesan beliau saat itu yang masih saya catat sampai saat ini :

" orang itu kalo keturunan ulama atau wali, dia seharusnya tidak bangga, tapi justru sedih dan terbebani.. Sedih jika akhlak, prilaku, dan pencapaiannya tidak sama dengan mbah-mbahnya.. "

Pada akhirnya, kita tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenapa Muharram Jadi Bulan Pertama Dalam Kalender Hijriyah? Berikut Penjelasannya

Bulan Muharram dijadikan bulan pertama dalam kalender Islam (Hijriyah) bukan karena peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ sebab Nabi ...