Kamis, 31 Juli 2025
Bahagia Itu Sederhana: 5 Kebiasaan Ringan yang Terbukti Meningkatkan Fungsi Otak
Pasangan Yang Kelak Menjadi Musuh Di Hari Kiamat
Sekte Saba’iyah: Awal Mula Ekstremisme dalam Sejarah Islam
Keajaiban Surah Al-Baqoroh
Rabu, 30 Juli 2025
5 tanda orang yang cerdas secara emosional
Selasa, 29 Juli 2025
Ikhlas Mengajar Adalah Tanda Ilmu Bermanfaat
Dua tanda kebodohan
Senin, 28 Juli 2025
Keberkahan itu berdasarkan kualitas, bukan kuantitas
Minggu, 27 Juli 2025
Kondisi Hatimu Akan Menentukan Rasa Nyamanmu
Sabtu, 26 Juli 2025
Mengubur Mayit dalam keadaan berdiri
Jumat, 25 Juli 2025
Tips Sederhana Agar Konsisten Dalam Setiap Aktivitas
Kamis, 24 Juli 2025
Picky Eater: Anak yang Rewel dalam memilih makanan dan cara mengatasinya
Rabu, 23 Juli 2025
Ketika Harta Menjadi Kebutuhan Akhir Zaman
Ketika Harta Menjadi Kebutuhan Akhir Zaman
Di tengah derasnya arus materialisme modern, tidak sedikit dari kita yang bertanya: apakah harta itu benar-benar penting dalam kehidupan beragama? Bukankah zuhud dan meninggalkan dunia adalah salah satu jalan menuju ridha Allah? Namun, Islam sebagai agama yang sempurna dan seimbang telah memberikan pandangan yang sangat bijak soal harta: ia bukan musuh, tapi alat. Ia bisa menjadi racun, tapi juga bisa menjadi obat.
Salah satu ulama besar, Imam Al-Mawardi, memberikan gambaran yang sangat menarik tentang fungsi harta dalam kehidupan manusia. Ia berkata:
"Dirham itu seperti obat, karena ia bisa menyembuhkan setiap luka dan mendamaikan setiap perselisihan." (Diriwayatkan oleh Al-Manawi dalam Fayd al-Qadir)
Ungkapan ini bukan hanya kiasan puitis. Ia mencerminkan kenyataan sosial yang sangat relevan hingga hari ini. Dalam realitas kehidupan, harta dapat memperbaiki keadaan, menyelesaikan konflik, dan bahkan menyelamatkan nyawa.
Harta yang Mengangkat Derajat
Sebuah bait syair Arab klasik menambahkan sudut pandang yang cukup tajam:
إنَّ الدراهم كالمراهم * تَجْبُرُ العَظْمَ الكَسِيرًا
لو نالَهُنَّ ثُعَيْلَبٌ * في صُبْحَةٍ أَضحى أَميرًا
"Sesungguhnya dirham itu seperti salep (obat), bisa menyemembuhkan tulang yang patah. Jika seekor musang kecil mendapatkannya di pagi hari, maka di siang harinya ia bisa menjadi seorang pemimpin."
Bait ini mengandung sindiran sosial: harta dapat mengangkat orang biasa menjadi luar biasa di mata manusia, bahkan jika ia tidak punya keutamaan selain kekayaan. Kekuasaan, kedudukan, dan pengaruh bisa dibeli—dan ini adalah fenomena yang semakin nyata di zaman sekarang.
Akhir Zaman: Saatnya Bergantung pada Dirham
Imam Al-Manawi memberikan penjelasan mendalam mengapa pada akhir zaman, manusia menjadi sangat bergantung pada harta. Ia mengatakan bahwa ketergantungan itu bukan karena generasi awal tidak membutuhkannya, melainkan karena perubahan kondisi sosial dan spiritual masyarakat.
"Pada masa awal Islam, kebaikan melimpah, orang-orang saling membantu, dan siapa pun yang memilih hidup zuhud tetap akan dicukupi kebutuhannya. Namun, di akhir zaman, kebaikan menjadi langka, kejahatan merebak, dan manusia menjadi kikir. Maka, seseorang terpaksa bergantung pada harta."
Fenomena ini terasa sangat dekat dengan kehidupan kita hari ini. Tidak mudah menemukan kedermawanan tanpa pamrih. Menjadi fakir atau miskin bukan lagi pilihan yang bisa ditopang oleh solidaritas sosial, tetapi seringkali menjadi beban dan aib.
Harta: Antara Ujian dan Peluang
Islam tidak memusuhi harta, tapi mengajarkan kita untuk tidak diperbudak olehnya. Harta adalah alat untuk menegakkan agama dan kehidupan, bukan tujuan akhir. Dengan harta, kita bisa:
- Beribadah (seperti menunaikan haji dan zakat)
- Menolong sesama (melalui infak dan sedekah)
- Menjaga kehormatan diri dan keluarga
- Membangun kemuliaan umat
Namun, jika disalahgunakan, harta juga bisa menjadi sebab kebinasaan, sebagaimana firman Allah:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ [الأنفال : 28]
"Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah ujian..." (QS. Al-Anfal: 28)
Penutup: Keseimbangan adalah Kunci
Akhir zaman memang menantang. Kita hidup di era di mana iman diuji dengan kebutuhan, dan nilai diuji dengan nominal. Maka, memiliki harta bukan lagi pilihan, tapi menjadi bagian dari kelangsungan hidup. Namun, yang paling penting adalah bagaimana kita memandang dan mempergunakan harta itu.
Dirham, sebagaimana kata para ulama, memang seperti obat. Ia bisa menyembuhkan—tapi juga bisa membunuh jika digunakan tidak pada tempatnya. Maka, bijaklah dengan harta: jadikan ia sahabat untuk akhirat, bukan penghalang menuju surga.
Referensi:
Faidh al-Qadir, 1/425, Syuruq al-Anwar ash-Shamadiyah 1/135
Selasa, 22 Juli 2025
Tips Cakap dalam Berkomunikasi
Senin, 21 Juli 2025
Afirmasi Positif: Cara Ilmiah Membangun Pikiran Sehat
Minggu, 20 Juli 2025
Kenapa Kita Terjebak Kebiasaan Buruk, Padahal Tahu Itu Salah?
Sabtu, 19 Juli 2025
Kegiatan Rasulullah di waktu senggang bersama keluarga
Jumat, 18 Juli 2025
Mengenal Pribadi Manipulatif: Pura-pura Ramah Namun Menjerumuskan
Kamis, 17 Juli 2025
KENAPA BAGHDAD DIJULUKI KOTA SERIBU SATU MALAM ?
Rabu, 16 Juli 2025
5 Teknik Bertanya ala Filsuf: Seni Percakapan yang Mengasah Pikiran
Selasa, 15 Juli 2025
Suku Jawa: Suku yang Unik dengan kelebihan dan kekurangannya
Minggu, 13 Juli 2025
Makna di Balik Penamaan Surah dalam Al-Qur’an: Refleksi dan Hikmah
Makna di Balik Penamaan Surah dalam Al-Qur’an: Refleksi dan Hikmah
Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berisi petunjuk kehidupan, hukum, dan kisah-kisah penuh hikmah, tetapi juga menyimpan keindahan struktur dan penamaan surah yang luar biasa. Setiap nama surah dalam Al-Qur’an bukan sekadar label, melainkan bagian dari pesan dan makna yang hendak Allah sampaikan kepada umat manusia. Sebuah infografis berbahasa Arab yang mengklasifikasikan nama-nama surah ini secara tematik menunjukkan betapa dalamnya makna yang terkandung di dalam setiap penamaan surah tersebut.
Penamaan Surah: Strategi Ilahiah untuk Menarik Perhatian
Sebagian surah dinamai berdasarkan nama Allah, seperti Ar-Rahman dan Al-A‘la, yang menunjukkan sifat-sifat-Nya. Ini mengajarkan kita untuk mengenal Allah lebih dekat sejak awal membaca surah tersebut. Sebagian lagi dinamai dengan nama para nabi, seperti Yusuf, Ibrahim, Nuh, atau Hud, sebagai pengingat tentang keteladanan dan perjuangan mereka yang penuh ujian.
Namun, penamaan tidak hanya terbatas pada nabi. Surah Luqman dan Maryam menunjukkan bahwa Allah juga mengangkat nama orang-orang saleh lainnya yang bukan nabi, sebagai bentuk penghormatan atas keimanan dan keteladanannya.
Nama Surah sebagai Pengingat Realitas Hidup
Menariknya, sebagian surah dinamai dengan hari kiamat, seperti Al-Qari’ah, Az-Zalzalah, atau Al-Haqqah. Ini bukan sekadar simbol, tetapi peringatan yang kuat agar manusia tidak melupakan kehidupan akhirat. Surah-surah ini seakan mengetuk hati pembaca untuk memikirkan nasib mereka di hari pembalasan.
Nama-nama surah yang berasal dari hewan, seperti Al-Baqarah (sapi), An-Nahl (lebah), atau Al-Fil (gajah), juga bukan tanpa makna. Kisah-kisah dalam surah tersebut menggunakan binatang sebagai simbol kekuasaan Allah dan pelajaran bagi umat manusia. Bahkan hewan-hewan kecil seperti semut dan laba-laba menjadi tokoh dalam kisah penuh pelajaran.
Kebhinekaan Tema: Al-Qur’an adalah Cermin Kehidupan
Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang agama dalam pengertian sempit. Penamaan surah juga mencakup waktu (Al-Lail, Al-Fajr), tempat dan kaum (Ar-Rum, Saba’), hingga hari dalam seminggu (Al-Jumu‘ah). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an menyentuh semua aspek kehidupan manusia: spiritual, sosial, historis, hingga astronomis.
Surah seperti Al-Hadid (besi) atau At-Tin (buah tin) menunjukkan bahwa Al-Qur’an juga menjadikan unsur-unsur alam sebagai bagian dari pesan wahyu. Hal ini semakin menegaskan bahwa Islam adalah agama yang menyatukan antara langit dan bumi — antara nilai spiritual dan kenyataan fisik.
Penutup: Al-Qur’an Bukan Sekadar Kitab, Tapi Cermin Dunia dan Akhirat
Melihat penamaan surah-surah dalam Al-Qur’an bukan hanya meningkatkan kekaguman kita pada struktur kitab suci ini, tetapi juga memperdalam penghayatan dalam membacanya. Setiap nama membawa cerita, setiap judul mengandung peringatan, pelajaran, atau pesan ilahiah.
Sebagai umat Islam, memahami nama-nama surah bukan sekadar untuk hafalan, melainkan sebagai jalan pembuka menuju pemahaman isi Al-Qur’an secara utuh. Inilah bukti bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang hidup, menyatu dengan kehidupan manusia dari segala sisi — iman, akal, sejarah, dan alam.
Sabtu, 12 Juli 2025
Bukan Hanya Kerja Keras, tapi Perlu Juga Kerja Cerdas
Jumat, 11 Juli 2025
Pakaian Rapi & Tradisi Salaf
Hati-hati dengan teman penyebar
Hati-Hati dengan Pembawa Omongan Buruk “Orang yang mengumpatmu adalah orang yang menyampaikan umpatan orang lain kepadamu.” (Al...