Kamis, 13 Oktober 2022

Biografi Sayyid Sulaiman Betek Mojoagung




Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi tersebutlah seorang pemuda gagah berdarah Arab di tepi barat pulau Jawa, Cirebon. Selama beberapa bulan ia berlayar dari kampung halamannya di negara Yaman.

Saat itu memang sedang gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa. Dan salah satunya adalah kakek Mbah Sayid Sulaiman, tokoh yang disebut di awal tulisan ini.

Orang-orang Arab ini datang dengan maksud bermacam-macam. Ada yang berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, ada pula yang berniaga seraya berdakwah.

Pemuda itu bernama Abdurrahman. Ia adalah seorang Sayyid keturunan Rasulullah yang bergelar Basyaiban. Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayyid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadramaut, yang terkenal alim dan sakti.

Sayid Abu Bakar mendapat julukan Syaiban (yang beruban) karena ada kisah unik dibalik julukannya itu. Suatu ketika, Sayid Abu Bakar yang saat itu masih tergolong muda menghilang.

Sejak itu ia tidak muncul-muncul. Konon, ia uzlah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Baru setelah sekitar tiga puluh tahun, Sayid Abu Bakar muncul di Tarim. Ia tetap tampak muda. Tapi aneh, rambutnya putih, tak selembar pun yang hitam. Ia seperti berambut salju. Sejak itulah orang-orang menjulukinya Syaiban (yang beruban).

Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayyid Abu Bakar Basyaiban. Ia putra sulung Sayyid Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Basyaiban. Lahir pada abad 16 Masehi di Tarim, Yaman bagian selatan, perkampungan sejuk di Hadramaut yang masyhur sebagai gudang para wali.

Dalam masa perantauannya ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa, Sayid Abdurrahman memilih bertempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian, ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin (?-1570 M). Putri bangsawan itu juga masih keturunan Rasulullah.

Ia bernama Syarifah Khadijah, cucu Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dari pasangan dua keturunan Rasulullah ini, lahir tiga orang putra: Sayid Sulaiman, Sayyid Abdurrahim (terkenal dengan sebutan Mbah Arif Segoropuro Pasuruan), dan Sayid Abdul Karim.

Mewarisi ketekunan leluhurnya dalam berdakwah, keluarga ini berjuang keras menyebarkan Islam di Jawa, tak jauh dengan apa yang telah dilakukan oleh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati, di Cirebon.

Pengaruh dan ketekunan mereka dalam berdakwah membuat penjajah Belanda khawatir. Maka ketika menginjak dewasa, Sayyid Sulaiman dibuang oleh mereka.

Putra sulung Sayyid Abdurrahman ini, kemudian tinggal di Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Di Pekalongan, beliau menikah dan mempunyai beberapa orang putra. Empat di antaranya laki-laki, yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir, dan Ali Akbar.

Dari Pekalongan Sayid Sulaiman berkelana lagi. Kali ini, Solo (Surakarta) menjadi tempat tujuan. Selama tinggal di Solo beliau terkenal sakti. Kesaktiannya yang sudah masyhur itu mengundang rasa iri seorang Raja dari Mataram. Sang Raja ingin membuktikan kesaktian Sayid. Maka diundanglah Sayid ke keraton.

Saat itu di istana sedang berlangsung pesta pernikahan putri bungsu sang Raja.Sayid Sulaiman dipanggil menghadap. Untuk memeriahkan pesta pernikahan putri bungsunya ini, Raja meminta agar Sayid memperagakan pertunjukan yang tak pernah diperagakan oleh siapapun.

“Sulaiman, anda ini orang sakti. Kalau benar-benar sakti, saya minta tolong buatkan pertunjukan yang tidak umum, yang belum pernah disaksikan oleh orang-orang sini,” pinta Raja Mataram kepada Sayyid dengan nada menghina.

Mendengar permintaan Raja yang sinis itu, Sayyid meminta pada Raja untuk meletakkan bambu di alas meja, sembari berpesan untuk ditunggu. Sayyid Sulaiman lalu pergi ke arah timur. Masyarakat sekitar keraton menunggu kedatangan Sayyid demikian lama, namun Sayyid belum juga datang.

Raja Mataram hilang kesabaran. la marah. la membanting bambu di alas meja itu hingga hancur berkeping-keping. Sesuatu yang ajaib terjadi, kepingan bambu-bambu itu menjelma menjadi hewan yang bermacam-macam. Raja Mataram tersentak melihat keajaiban ini, barulah ia mengakui kesaktian Sayyid Sulaiman.

Raja Mataram kemudian menitahkan beberapa prajuritnya untuk mencari Sayid Sulaiman. Sedang hewan-hewan jelmaan bambu itu terus dipelihara.

Hewan-hewan itu ditampung dalam sebuah kebun binatang yang kemudian diberi nama “Sriwedari”. Artinya, “Sri” adalah tempat, sedangkan “Wedari” adalah “wedar sabdane Sayid Sulaiman”. Kebun binatang itu tetap terpelihara. T

ak lama berselang, Sriwedari menjadi sebuah taman dan obyek wisata terkenal peninggalan Mataram. Namun pada tahun 1978, binatang-binatang di Sriwedari dipindah ke kebun binatang Satwataru.

Nyantri di Ampel

Setelah meninggalkan Solo, Mbah Sayid Sulaiman pergi dari Solo ke Surabaya. Untuk sampai ke Surabaya, beliau harus melalui hutan belantara. Tujuan beliau menuju ke Ampel, Surabaya, adalah untuk nyantri kepada Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Raja Mataram. Ia mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Di antara utusan itu ada Sayyid Abdurrahim, adik kandung Sayid Sulaiman sendiri.

Sesampainya di Ampel, ia sangat terharu bertemu kembali dengan kakaknya tercinta. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Mataram. Ia ingin belajar kepada Sunan Ampel bersama sang kakak.

Pada suatu malam, saat murid-murid Sunan Ampel sudah tertidur pulas, tiba-tiba terdapat dua kilatan sinar menerpa dua orang murid Sunan Ampel yang sedang tidur. Sinar itu berwarna kuning keemasan.

Sunan Ampel yang saat itu sedang tidak tidur, menghampiri tempat jatuhnya sinar tadi. Karena keadaan yang gelap, beliau tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua santrinya yang diterpa sinar keemasan ini. Beliau memutuskan untuk mengikat sarung kedua santrinya itu. Usai salat Subuh, Sunan Ampel bertanya kepada para santrinya,

“Siapa yang sarungnya tadi malam terikat?”

Mbah Sayid Sulaiman dan Mbah Abdurrahim mengacungkan tangan. Lalu, Sunan Ampel berkata,

“Mulai sekarang, santriku jangan panggil Sulaiman, jangan panggil Abdurrahim tok, tapi panggillah Mas Sulaiman dan Mas Abdurrahim!”Panggilan ini menjadi cikal-bakal sebutan “Mas” (semacam “Gus”) oleh santri untuk memanggil keturunan para Masyayikh.

Riwayat belajarnya Sayid Sulaiman kepada Sunan Ampel ini sebenarnya masih sangat disangsikan. Soalnya, terdapat selisih tahun yang terlalu jauh antara masa hidup Sayyid Sulaiman dan Sunan Ampel.

Sunan Ampel hidup pada 1401-1481 M (abad 14 M), sedangkan Sayid Sulaiman diperkirakan hidup pada abad 17 M, jadi selisih tiga abad (300 tahun) dengan Sunan Ampel.

Kemungkinan besar, Sayid Sulaiman belajar di Ampel ini tidak pada Sunan Ampel sendiri, tetapi pada generasi-generasi penerus beliau. Kemungkinan juga cerita di atas terjadi ketika mereka nyantri kepada Habib Sholeh (Mbah Semendi).

Keramat di Pasuruan

Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri pada Mbah Sholeh Semendi di Segoropuro. (Belakangan diketahui ternyata Mbah Sholeh adalah paman mereka sendiri, saudaranya ibu mereka, Syarifah Khodijah).

Setibanya di Pasuruan, setelah mengungkapkan keinginan untuk menuntut ilmu, mereka diajak mandi di sungai Winongan oleh Mbah Sholeh Semendi. Ketika mereka sedang asyik mandi bersama, tiba-tiba Mbah Semendi hilang, tak lama kemudian, muncul lagi. Kejadian ini terulang sampai dua kali.

Mbah Sulaiman berfirasat bahwa Mbah Sholeh Semendi bermaksud mencoba kesaktiannya bersama adiknya berdua. Mereka berunding, jika nanti Mbah Soleh sedang mandi, teklek (bakiak/sandal kayu zaman dahulu) miliknya dipegang bersama-sama agar Mbah Sholeh tidak bisa menghilang.

Maka mereka memegang teklek Mbah Sholeh itu dengan menyerahkan segala kemampuan. Demikian pula Mbah Sholeh. Tapi Mbah Sholeh Semendi tidak bisa menghilang. Akhirnya ia tahu bahwa ia tidak bisa menghilang sebab tekleknya dipegang oleh Sayyid Sulaiman dan Sayyid Abdurrahim,

“Eh, eh, jangan begitu. Lepaskan sandal saya!” pinta Mbah Sholeh.

Setelah kejadian itu, Mbah Sholeh mengakui akan kesaktian dua bersaudara itu.

Banyak kisah-kisah luar biasa yang terjadi antara Sayid Sulaiman dan Mbah Sholeh. Di antaranya, pada suatu hari, Mbah Sholeh hendak bepergian. Sebelum pergi, beliau berpesan kepada semua santrinya agar halaman dibersihkan selama kepergiannya.

Maka saat beliau berangkat pergi, semua santri Mbah Sholeh melaksanakan kerja bakti, Sayyid Sulaiman dan Sayyid Abdurrohim turut serta bersama mereka. Lagi-lagi Sayid Sulaiman membuat keajaiban. Ia mencabuti pohon-pohon besar hingga bersih total.

Setiba dari bepergiannya, Mbah Sholeh kaget melihat pohon-pohon besar yang dicabuti sampai bersih. Setelah tahu bahwa yang mencabuti adalah Sayid Sulaiman, Mbah Sholeh memerintahkan agar pohon-pohon itu dikembalikan seperti semula.

Subhanallah, dengan izin Allah, pohon-pohon tersebut dapat dikembalikan lagi oleh Mbah Sayid. Sejak kejadian itu, berita tentang kesaktian Mbah Sayid Sulaiman tersiar dari mulut ke mulut di seluruh penjuru Pasuruan.

Setelah mondok di Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Sehingga beliau mendapat julukan Pangeran Kanigoro.

Saat itu, beliau sempat menjadi penasehat Untung Surapati. Untung Surapati adalah tokoh terkemuka Pasuruan. Ia tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajahBelanda dari Nusantara di Pasuruan.

Berita tentang kesaktian Sayid Sulaiman juga terdengar oleh Raja Keraton Pasuruan. Raja Pasuruan ini tidak percaya tentang kesaktiannya.

Ia sering kali melecehkan kesaktian Mbah Sayid. Sampai suatu ketika Putri Keraton yang sedang berjalan-jalan keliling kota hilang. Kusir dan kereta kuda yang dipakai oleh sang Putri juga ikut raib. Sang Raja menjadi sedih bermuram durja.

Diadakanlah sayembara: Bagi yang menemukan sang Putri, akan mendapat hadiah yang amat besar. Tapi malang, tidak ada satu orang pun yang berhasil menemukan sang Putri. Sang Putri seperti lenyap ditelan bumi. Hati Raja semakin bersedih dan putus asa.

Akhirnya, ia meminta bantuan kepada Sayyid Sulaiman yang sebelumnya sering dihina. Di hadapan Sang Raja, Mbah Sulaiman memasukkan tangannya ke dalam saku. Tak berapa lama kemudian, beliau melemparkan sesuatu dari dalam sakunya ke halaman. Luar biasa!

Dengan izin Allah, sang Putri muncul bersama kereta dan kursinya di halaman Keraton. Konon, ia dibawa lari jin ke alam ghaib.

Melihat putrinya kembali, hati Raja berbunga-bunga. Ia gembira alang-kepalang dan meminta agar Sayid Sulaiman menikahi putrinya itu sebagai tanda ucapan terima kasih atas jasanya. Namun Mbah Sayid menolak. Beliau memilih kembali ke Kanigoro.

Tak lama kemudian, Sayyid Sulaiman diambil menantu oleh gurunya yang notabene pamannya sendiri, Mbah Sholeh Semendi. Semula, beliau menolak, tetapi akhirnya beliau menerima permintaan gurunya itu.

Beliau menikahi putri Mbah Sholeh yang kedua. Sedangkan adiknya, Mbah Abdurrahim, mempersunting putri Mbah Sholeh yang pertama, kakaknya istri Mbah Sulaiman. Mbah Abdurrahim tinggal di Segoropuro, Pasuruan, sampai meninggal dunia.

Orang-orang mengenalnya dengan panggilan Mbah Arif Segoropuro. Sedangkan Mbah Abdul Karim, adik Sayid Sulaiman yang kedua, wafat di Surabaya dan dimakamkan di komplek pemakaman Sunan Ampel.

Selain beristri putri Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman juga mempunyai istri dari Malang. Dari istrinya dari Malang ini beliau mempunyai putra bernama Hazam.

Kembali ke Cirebon

Setelah hari pernikahan, Mbah Sulaiman kembali ke Cirebon, Jawa Barat, tempat di mana ia lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama ayah dan ibu tercinta. T

api pada saat itu, suasana di Banten dan Cirebon sedang ricuh disebabkan terjadinya pertikaian antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri, Sultan Haji, yang terjadi berkisar pada tahun 1681-1683.

Maka sejak tahun 1681, Sultan Ageng Tirtayasa aktif melakukan penyerangan terhadap putranya ini. Pemicu pertikaian yang berlangsung sampai tiga tahun ini adalah pemihakan Sultan Haji pada Belanda.

Melihat hal ini, Mbah Sulaiman memutuskan untuk kembali lagi ke Pasuruan. Beliau kembali menetap di Kanigoro, sebuah dusun di desa Gambir Kuning. Di Gambir Kuning beliau mendirikan dua buah masjid unik.Bahan bangunannya seperti kayu usuk, blandar, ring, dan lain-lain hanya diambilkan dari kayu satu pohon terbesar di hutan Kejayan. Pohon besar itu adalah pemberian dari kepala hutan Kerajaan Untung Suropati Pasuruan.

Karena ukuran pohon itu sangat besar, di sediakanlah 40 ekor sapi untuk menariknya ke lokasi pembangunan masjid, tapi sapi-sapi itu tidak kuat membawanya. Tapi aneh, keesokan harinya kayu-kayu itu sudah ada di lokasi pembangunan. Konon, yang mengangkat kayu itu adalah Sayid Sulaiman sendiri.

Sampai sekarang masjid ini masih tetap ada. Namun, karena lokasinya yang sempit, masjid itu dipindah agak ke selatan oleh Syekh Rafi’i, cicit Mbah Sulaiman dari cucunya, Ummi Kultsum bin Hazam bin Sulaiman, pada bulan Rabiul Awal 1243 H, hampir dua abad yang lalu.

Masjid dengan gaya arsitektur kuno itu, kini telah berusia lebih dari 400 tahun. Sampai kini, bahan-bahan masjid peninggalan Mbah Sulaiman itu masih asli, kecuali lantai dan tiang bagian dalam.

Pergi ke Keraton Mataram

Kabar kekeramatan Mbah Sayid di Pasuruan terdengar kembali ke Keraton Mataram (Solo). Raja Mataram mengutus salah seorang adipatinya untuk memanggil Mbah Sayid di Pasuruan.

Setibanya di Pasuruan, adipati tersebut mengajak Mbah Sayid untuk memenuhi panggilan Raja. Mbah Sayid bermaksud memenuhi panggilan ini.

Bersama tiga orang santrinya, Mbah Djailani (Tulangan Sidoarjo), Ahmad Surahim bin Untung Suropati, dan Sayyid Hazam, putranya sendiri, beliau berangkat ke Solo. Di Keraton, Raja Mataram mengumpulkan pembesar-pembesar kerajaan.

Ia menyiapkan jamuan besar-besaran yang betul-betul mewah. Namun ada yang terasa janggal di hati Mbah Sayyid. Ada tiga keris pusaka yang diletakkan di alas cobek yang ada sambalnya ketika mereka sedang makan bersama-sama.

Mbah Sulaiman heran melihat keris di depannya itu. Beliau berbisik kepada santrinya, “Nak, kalian lupa tidak memakan sayur kacang ini. Ayo dimakan, masing-masing satu!),” perintah Mbah Sulaiman.

“Oh, iya Mbah,” jawab mereka serempak.

Tiga buah keris itu pun habis dimakan seperti halnya makan sayur kacang-kacangan. Semua yang hadir terhenyak.

“Kalau muridnya saja seperti ini, apalagi gurunya,” gumam mereka kagum.

Setelah acara makan-makan selesai, Raja Mataram Solo berembuk dengan pembesar-pembesarnya untuk mengangkat Mbah Sulaiman menjadi hakim.

Namun saat kesepakatan ini disampaikan pada Sayid, beliau menolak, dengan alasan akan meminta pertimbangan dan restu kepada istri dan masyarakatnya yang ada di Pasuruan. Tentu saja, mereka yang di Pasuruan tidak menyetujui. Mereka tidak mau kehilangan tokoh yang disegani ini.Wafatnya Sayyid Sulaiman

Setiba di Pasuruan, setelah dari Solo untuk mengabarkan penolakan rakyat Pasuruan pada sang Raja, Sayyid Sulaiman pamit kepada istrinya yang sedang hamil tua untuk pergi ke Ampel, Surabaya.

Lalu meneruskan perjalanannya ke Jombang. Namun di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung, Jombang, beliau jatuh sakit, kemudian wafat dan dimakamkan di sana. Tidak diketahui dengan pasti tahun kewafatannya.

Istri Mbah Sulaiman yang sedang hamil tua itu terus menunggu kedatangan sang suami. Yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung datang. la memutuskan untuk mencari Mbah Sulaiman. Dari Pasuruan ke Sidoarjo, Surabaya, lalu ke Malang.

Akhirnya ia melahirkan di Desa Mendit, dekat pemandian. Namun bayinya langsung meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Woksuru.

Istri Mbah Sulaiman ini tetap tidak putus asa. la terus mencari Sayid ke arah selatan, menuju Desa Sawojajar, Malang bagian timur. Tapi malang tak dapat ditolak, ia meninggal dunia sesampainya di desa Grebek.

Menurut versi lain, ketika pergi ke Solo untuk memenuhi panggilan Raja, Mbah Sulaiman tidak sampai ke Solo. Beliau jatuh sakit di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung. Selama masa sakitnya, beliau dirawat oleh seorang kiyai bernama Mbah Alif, sampai beliau memenuhi panggilan Tuhan.

Selama berada di Mojoagung dalam rawatan Mbah Alif, Mbah Sayyid Sulaiman berdoa kepada Tuhan, Kalau pertemuannya dengan Raja Solo dianggap baik dan bermanfaat, maka beliau memohon agar dipertemukan.

Tetapi jika tidak, maka beliau minta lebih baik wafat di tempat itu. Akhirnya, permintaan yang kedua dikabulkan oleh Allah. Beliau tidak sampai bertemu dengan Raja Mataram, dan wafat di Mojoagung.

Adipati yang disuruh menjemput Mbah Sayid, mengirim surat kepada Raja Solo, bahwa dirinya tidak akan kembali ke Solo dan memilih menetap di Mojoagung untuk menjaga makam Mbah Sayid. Sang adipati tetap tinggal di Mojoagung hingga meninggal dunia dan dimakamkan di sana pula.

Turunkan Pewaris Perjuangannya

Hasil jerih payah Mbah Sayid dalam segala usahanya membawa berkah amat besar bagi kehidupan beragama kaum muslimin sampai sekarang.

Perjuangannya mendirikan pesantren, melawan dan bergelut dengan tantangan, telah menorehkan napak tilas terciptanya apa yang kini kerap disebut dengan kentalnya moralitas agamis dan budaya pesantren.

Beliau berjasa mendirikan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, juga menurunkan pewaris-pewaris perjuangannya.

Para pewaris perjuangannya termasuk para ulama pemangku pesantren-pesantren besar, mulai dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo dan Pondok Pesantren Al-Muhibbin Surabaya, sampai Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan.

Dari istri pertamanya di Krapyak Pekalongan, Sayyid Sulaiman dikaruniai empat orang putra. Yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir (makamnya ada di Geluran,Sepanjang, Sidoarjo), dan Ali Akbar.

Keturunan Sayyid Sulaiman dari jalur Abdul Wahhab, banyak yang tinggal di Magelang dan Pekalongan.

Sedangkan keturunan beliau dari jalur Muhammad Baqir berada di Krapyak Pekalongan. Abdul Wahhab dikenali sebagai pejuang yang gigih melawan penjajah Portugis dan Belanda. Begitu pula Hasan. Sayyid yang masyhur dengan sebutan “Pangeran Agung” ini juga sosok pejuang pembebasan tanah Jawa dari cengkeraman Kompeni Belanda.Melalui jalur Sayid Ali Akbar, banyak terlahir ulama-ulama pemangku pesantren di Jawa Timur. Sebut saja, Sidogiri, Demangan Bangkalan, dan Sidoresmo Surabaya. Sampai kini, makam Sayid Ali Akbar tidak diketahui. Konon, karena kegigihannya menentang penjajah, ia selalu diburu oleh Kompeni Belanda.

Suatu ketika, Belanda berhasil menangkap Ali Akbar dan akan dibuang ke Belanda dengan menggunakan kapal. Tapi di tengah pelayaran Sayid Ali Akbar hilang. Anehnya, ia muncul lagi di Sidoresmo. Untuk kedua kalinya beliau ditangkap tentara Kompeni dan dibawa ke Belanda.

Tapi seperti semula, beliau menghilang di tengah pelayaran dan kembali ke Sidoresmo.

Kemudian, untuk ketiga kalinya beliau ditangkap dan dibawa ke Belanda. Tidak seperti penangkapan sebelumnya, Ali Akbar tidak kembali ke Sidoresmo. Ia terus menghilang. Konon, beliau lari ke Tarim, Hadramaut, kampung para wali di mana kakeknya, Abdurrahman Basyaiban, dilahirkan.

Sayid Ali Akbar meninggalkan enam putra yang kelak menjadi penerus jejak kakeknya, Mbah Sayid Sulaiman. Mereka adalah:

Sayid Imam Ghazali (makamnya di Tawunan Pasuruan)
Sayyid Ibrahim (makamnya di Kota Pasuruan)
Sayyid Badruddin (makamnya di sebelah Tugu Pahlawan Surabaya)
Sayyid Iskandar (makamnya di Bungkul Surabaya)
Sayid Abdullah (makamnya di Bangkalan Madura) dan
Sayyid Ali Asghar (makamnya di Sidoresmo).
(belakangan diketahui, bahwa menurut catatan nasab keluarga Sidogiri dan Bangkalan, Sayid Abdullah adalah putra Sayid Sulaiman, bukan cucu Sayid Sulaiman dari Sayyid Ali Akbar).

Dari Sayyid Abdullah, terlahir pewaris-pewaris perjuangan Sayyid Sulaiman yang memangku pesantren seperti Sidogiri dan Demangan Bangkalan, yang masing-masing telah memiliki ribuan santri.

Sedangkan keturunan Mbah Sayid Sulaiman dari Ali Asghar di Surabaya telah ‘menguasai’ dua desa, Sidoresmo dan Sidosermo. Sekarang, di dua desa ini terdapat sekitar 28 pondok pesantren. Semuanya diasuh oleh keturunan Sayid Sulaiman.

Sayyid Ali Asghar juga menurunkan ulama-ulama pemangku pesantren di Tambak Osowilangon, Surabaya.

Sedangkan dari isterinya yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi, Sayyid Sulaiman mempunyai beberapa putra. Di antaranya kiai Ahmad, Lebak, Winongan, Pasuruan. Dari isterinya yang ketiga di Malang, beliau mempunyai putra Sayyid Hazam. Tetapi menurut riwayat lain, Hazam adalah putra Mbah Sulaiman dari istri yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi.Pembabat Sidogiri

Konon, Mbah Sayid Sulaiman membabat Sidogiri atas titah dari Sunan Giri. Beliau harus berjuang habis-habisan untuk membabat Sidogiri. Tidak sekadar bekerja keras menebang pohon-pohon Sidogiri yang masih berwujud rimba, tapi juga harus bertarung melawan bangsa Jin, sebab Sidogiri yang saat itu masih sangat angker dan menyeramkan, menjadi sarang makhluk halus dan markas para dedemit (jin).

Sayang, beliau keburu mangkat saat melakukan perjalanan ke Jombang, sebelum perjuangannya yang penuh pengorbanan ini berhasil dengan sempurna. Setelah wafatnya Sayyid Sulaiman, tidak ditemukan data yang kuat mengenai pelanjut perjuangan beliau dalam pembabat Sidogiri. Jejak sejarahnya hilang dan baru tercatat sejak periode Kiai Aminullah.

Ada dua versi mengenai tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri. Dalam satu versi, Sidogiri didirikan pada tahun 1745. Dalam catatan lain Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1712.

Tahun 1712 adalah tahun paling dekat dengan masa hidup Sayid Sulaiman. Sebab seperti disebutkan sebelumnya, beliau membabat Sidogiri pada usia senjanya. Belum sempurna pembabatan Sidogiri, Sayid Sulaiman keburu meninggal.

Sedang beliau hidup pada masa Untung Suropati yang meninggal tahun 1705. Sedangkan tahun 1745 diperkirakan masa hidup Kiai Aminullah. Jadi, kemungkinan besar, usia Pondok Pesantren Sidogiri 268 tahun pada tahun ini (2013) adalah terhitung sejak periode Kiai Aminullah ini.

Kiai Aminullah adalah seorang santri yang berasal dari Bawean. Menurut satu riwayat, beliau menikah dengan Nyai Masturah binti Rofi’i bin Umi Kultsum binti Hazam bin Sayid Sulaiman. Bersama Nyai Masturah, Kiai Aminullah menetap di Sidogiri.

Namun menurut riwayat yang masyhur di kalangan keluarga Sidogiri berdasarkan catatan silsilah, Kiai Aminullah menikah dengan Nyai Indah binti Sayid Sulaiman. Menurut riwayat ini, Kiai Aminullah adalah menantu langsung Sayid Sulaiman.

Kiai Aminullah sendiri adalah figur abid (ahli ibadah) yang senang berkhidmah. Bahkan, sehabis sholat Tahajud, beliau istiqamah mengisi jeding masjid-masjid di sekitar Sidogiri. Hal ini terus beliau lakukan sampai empat tahun.

Sumber: https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/08/16/biografi-sayyid-sulaiman-betek-mojoagung-jombang/#more-147

Selasa, 11 Oktober 2022

Mahalnya Sebuah Hidayah


Kisah menarik tentang seorang non muslim yang hafal ALQURAN, kitab RIYADHUS SHOLIHIN dan 50 kali mengkhatamkan kitab IHYA 'ULUMUDDIN

Kisah Nyata ini pernah dituturkan oleh Habib Quraisy bin Qosim Baharun Cirebon, dari Kisah Perjalanannya tahun 1996 silam,
saar itu sebuah pesawat melintasi daratan benua Afrika, penumpang pesawat duduk tenang dikursi empuk sambil menikmati sesuatu yang nyaman baginya, sambil menunggu pesawat itu landing pada Bandara tujuan selanjutnya

Diantara penumpang pesawat itu adalah Habib Quraisy serta Seorang Ibu Tua berjilbab disebelahnya, usia Ibu Tua itu berkisar 65 atau 70 tahun
didalam perjalanan, Ibu Tua itu menyapa Habib Quraisy dan menanyakan tujuannya, dengan Berbahasa Arab yang Fasih 
Ibu Tua :
Kemana Anda akan pergi ? 

Habib Quraisy :
Saya akan transit ke Yordania, kemudian melanjutkan Perjalanan ke Yaman

Ibu Tua :
Dari mana asal Anda?

Habib Quraisy :
Saya berasal dari Indonesia

Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, Ibu Tua itu lalu mengganti bahasanya dengan Bahasa Indonesia, Padahal dari Perbincangannya, Habib mengetahui bahwa Ibu Tua itu adalah kelahiran Jerman dan Warga Negara Jerman
Pada gilirannya, Ibu Tua itu lantas berbahasa Indonesia yang amat fasih lalu bertanya lagi 
Ibu Tua : Adik di Indonesia dimana?
Habib Quraisy :
Saya dari Jawa

Tak ubahnya seperti mengetahui sesuatu, Ibu Tua itu lalu mengubah dialognya dengan menggunakan Bahasa Jawa yang dialeknya sangat halus dan hampir² Habib Quraisy tidak paham, Habib mengatakan pada Ibu itu :
Luar biasa, Ibu begitu banyak menguasai Bahasa, sampai Bahasa Indonesia dan Jawa, padahal Anda orang Barat

Ibu Tua itu hanya tersenyum bijak sambil berkata :
Saya Alhamdulillah menguasai 11 Bahasa dan 20 Bahasa Daerah

Kemudian Perbincangan Habib Quraisy bersama Ibu Tua itu mengarah kepada hal² yang berkaitan dengan Agama, Wanita Tua itu mulai mengupas Pembahasan Al Qur’an dengan indah dan mahirnya, Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an dan bertanya 

Habib Quraisy :
Apakah Ibu hafal Al Qur’an?

Ibu Tua :
Ya, Saya telah hafal Al Qur’an dan Saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Qur'an, sehingga Saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain, dan Saya pun hafal

Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu melanjutkan :
“Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan Hadits,
Sehingga Saya kemudian berupaya lagi menghafal Hadits tentang Hukum, sehingga Saya hafal Kitab Hadits Bulughul Marom diluar kepala, kemudian Saya masih belum merasa cukup, karena didalam Islam bukan hanya ada Halal dan Haram, tetapi harus ada Fadloilul Amal, maka Saya pilih Kitab Riyadhus Sholihin untuk Saya hafal dan Sayapun hafal” 
Kata Ibu itu menuturkan Pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy

Dan Ibu itu kembali bertutur :
“Disisi agama ada namanya Tasawuf, maka Saya cenderung pada Tasawuf, sehingga Saya memilih Kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini Saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya,
saking seringnya Saya membaca Ihya Ulumuddin, sampai² Bab Ajaibul Qulub Saya hafal diluar Kepala”

Habib Quraisy terperangah melihat Kehebatan dan luar biasanya Ibu Tua itu, tapi karena tidak mau percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba mengetes Kebenaran perkataan si Ibu Tua, apakah benar dia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Dia menguasai Tafsir Jalalain, tentang Asbabun Nuzul, dan Qaul Ibnu Abbas?

Setelah melalui beberapa pertanya an, ternyata memang benar Ibu itu hafal Al Qur’an, bahkan dia mampu menjawab Tafsirnya dengan Mahir, saat Habib mengangkat Permasalahan Ihya Mawat yang ada didalam Kitab Bulughul Marom, Ibu Tua itu pun menjabarkannya cukup jelas

Saat Habib membahas tentang Hadits Riyadhus Sholihin, maka Ibu Tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam Kitab Dalailul Falihin, sebagai Syarah Kitab Hadits tersebut dan dia menjelaskan masalah Hati, Psikologi berbasis Kitab Ihya Ulumuddin pada Pasal Ajaibul Qulub

Kembali Habib dibuat heran akan Kehebatan Ibu Tua itu dan menggeleng²kan Kepala,
menurutnya, sejauh ini, selain Gurunya, Habib belum pernah menemukan Orang sekaliber Ibu Tua yang duduk di sampingnya

Pesawat mendarat landing di Airport, saat pesawat itu sudah benar² berhenti, para penumpang semuanya menyiapkan diri, termasuk Barang Bawaannya menuruni Pesawat, begitu juga Ibu itu mengambil Tasnya yang ada dikabin, karena sudah merasa akrab, Habib mencoba membantu mengambilkan tas itu dan menurunkan 3 Tas kelantai Pesawat

Subhanallah..

Ketika Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya, ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas Kalung Salib, seperti Petir menyambar disiang bolong, Habib Quraisy menunduk dengan lemah, Ibu itu hanya tersenyum dan mengatakan :
Akan Saya jelaskan kepadamu nanti dihotel

Seperti Perkataannya, Habib akan transit dulu selama 1 hari 1 malam, juga Ibu Tua itu, maka diruang Receptioner dia tunjukkan nomer kamarnya kepada Habib, kemudian berjanji untuk bertemu di lobi hotel, Mereka akhirnya bertemu, Kepada Habib Quraisy Ibu itu mengatakan :
Saya bukan Orang Kristen, mengapa Saya keluar dari Kristen?
karena Saya menganggap Kristen itu hanya Dongeng belaka dan kalung ini bukan berarti Saya Kristen, tetapi kalung ini adalah Pemberian Almarhumah Ibu Saya

 Ibu Tua itu pun mengatakan, bahwa dia telah mempelajari beberapa Agama, Kristen, Hindu, juga Islam,
dia juga sempat mengungkapkan Ketertarikannya mengenai Keagungan yang ada di balik Wahyu Allah dan Hadits Nabi

Habib lalu bertanya :
Ibu apa Agamanya sekarang?

Ibu Tua : 
Saya tidak beragama

Habib Quraisy :
Seandainya Ibu masuk Agama Islam, begitu membaca Syahadat, Ibu akan langsung mendapat titel Ustazah, karena demikian luas Ilmu yang Ibu miliki

Ibu Tua : 
Mungkin karena Saya belum mendapat Hidayah dari Allah

Habib Quraisy sempat meneteskan Air Mata bersyukur kepada Allah swt, bagaimana Orang seperti ibu itu yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya, belum Allah izinkan untuk beriman kepada Nya,
sementara Kita, tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah untuk menjadi Seorang Muslim

Demikian Kisah Ajaib ini,
mudah²an yang membaca dan yang turut merilis Kisah ini dapat mengambil I'tibar, betapa bersyukurnya Kita telah dianugerahkan Iman, mudah²an Iman dan Islam Kita semakin bertambah Kuat sampai Ajal menjemput, sehingga Kita termasuk Orang yang Husnul Khotimah

Catatan Tambahan:

Tulisan Mahalnya Hidayah, yang dituturkan Habib Quraisy bin Qosim Baharun, Mungkin Ibu Tua yang dimaksud Namanya adalah :
"ANNE MARIE SCHIMMEL" Seorang Ahli Terkemuka dalam Literature Islam & Mistisisme (Tasawuf)
Sebagai Professor yang mengajar di 3 Universitas Terkenal di 3 Negara berbeda, yang dikenal memiliki ingatan Fotografis, Wafat tahun 2003 pada Usia 80 Tahun, entah bagaimana tentang Keimanannya pada akhir Umurnya,
Wallahu A'lam

"ANNE MARIE SCHIMMEL"

Filosof, Budayawan, dan Penulis kenamaan Jerman, ketika mengomentari Doa² Islam, khususnya "SHAHIFAH SAJJADIYAH" (Kumpulan Munajat Imam Ali Zainal Abidin asSajjad, Cicit Nabi Muhammad) Annemarie mengutarakan :
“Saya selalu membaca Doa², Hadits, dan Sejarah Islam dari Bahasa Arab, dan tidak pernah merujuk keterjemahan apapun, Saya pernah menerjemahkan dan menerbitkan sebagian 'Shahifah Sajjadiyah' ke dalam Bahasa Jerman"

Sekitar 70 tahun lalu, ketika sedang menerjemahkan salah satu Doa, Ibunda Annemarie sedang terbaring di Rumah Sakit
"Saya menemaninya,  setelah ibuku tertidur, Saya duduk dipojok lamar, dan menulis ulang terjemahan yang telah Saya lakukan, kamar ibuku memiliki 2 Ranjang, diranjang yang lain, terbaring seorang wanita penganut Kristen Katholik yang sangat fanatik

Ketika melihat Saya sedang menerjemahkan Doa² Islam, dia serta merta memprotes Saya : 
"Memangnya kita memiliki kekurangan Doa di Agama Kristen, dan Kitab Bible sehingga Kamu memilih Doa² Islam?" 

 Setelah buku itu dicetak, Saya mengirimkan 1 Naskah kepada Wanita itu, walhal, sekitar sebulan setelah itu, wanita itu menelpon Saya dan berkata :
“Saya sangat berterimah kasih atas hadiah buku itu, setiap hari Saya membaca buku itu sebagai ganti dari Doa² (yang biasa) saya (baca)
Imam Ali Zainal Abidin bisa membuat Solusi bagi Mayoritas Masyarakat Barat”

Dan yang sangat menarik, diatas nisan Annemarie Schimmel tertulis Qoul Imam Ali bin Abi Thalib RA (Kakek Ali Zainal Abidin) dengan Khot Nasta’liq yang sangat indah :

ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻧﻴﺎﻡ ﻓﺈﺫﺍ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﺍﻧﺘﺒﻬﻮﺍ

“Seluruh manusia tertidur pulas, 
Ketika Ajal tiba, Mereka baru sadar”

*Dikutip dari Facebook Habib Ali Assegaf

MasyaAllah terharu sedih juga bersyukur Alhamdulillah kita termasuk orang yang mendapat hidayahnya Allah

Senin, 10 Oktober 2022

Kerendahan Hati Imam Syafi’i dan Sufyan Ats-Tsauri

 


Dikisahkan suatu hari terjadi diskusi unik antara Imam Syafi’i dan Imam Sufyan Ats-Tsauri tentang kulit bangkai dan kesuciannya dengan samak. Pada mulanya Asy-Syafi’i berpandangan bahwa kulit bangkai tidak bisa suci dengan disamak berlandaskan hadis Nabi yang ditujukan pada kabilah Juhainah: “Sesungguhnya aku telah memberi rukhsah pada kalian tentang kulit bangkai, jika suratku telah sampai maka janganlah kalian mengambil manfaat pada kulit bangkai dengan disamak atau dibalut” [HR: Abu Daud & Ahmad]

Namun Imam Sufyan Ats-Tsauri berpendapat kulit bangkai bisa suci dengan disamak berlandaskan hadis: “Tidaklah kalian mengambil kulitnya kemudian kalian samak, lalu ambillah manfaatnya” [HR: Bukhari & Muslim]

Setelah keduanya mendengar dalil masing-masing, keduanya mengubah pendapatnya, Asy-Syafi’i mengatakan kulit bangkai bisa suci dengan disamak, sedangkan Sufyan Ats-Tsauri berpendapat sebaliknya.

 

Syarh Yaqut an-Nafis 90

Lihat Juga: Kisah Ibnu Sirin

Muhammad Bin Sirin, Penjara dan Hutang

 


Ibnu Sirin adalah salah satu pembesar tokoh tabiin, selain kealimannya beliau juga terkenal karena pakar dalam tafsir mimpi juga termasuk orang yang warak. 

Namun perjalanan hidup tidak selalu indah, termasuk cerita kehidupan beliau, di akhir hayat beliau menjalani hari-harinya dengan mendekam di penjara, dikarenakan hutang yang tak bisa dilunasi (pailit).

Ketika Anas bin Malik sakit keras, beliau berwasiat agar yang memandikan jenazahnya kelak adalah Muhammad bin Sirin, sekaligus yang menyalatinya. Namun saat itu Ibnu Sirin masih berada di dalam tahanan.

Saat Sahabat Anas benar-benar wafat, orang-orang mendatangi Gubernur dan menceritakan tentang wasiat itu setelah mendapat izin dari penguasa setempat, mereka kemudian mendatangi Ibnu Sirin di penjara, mereka meminta agar Ibnu Sirin bisa melaksanakan wasiat Sahabat Malik Bin Anas. Namun beliau enggan dan berkata, “Aku tidak akan keluar kecuali jika kalian mengizinkanku keluar kepada orang yang punya piutang, bukankah aku ditahan karena belum mampu membayar utangnya?”

Alhasil Ibnu Sirin bisa keluar penjara setelah mereka meminta izin pada orang yang punya piutang. Setelah selesai memandikan, mengafani, dan menyalatkan jenazah Sahabat Anas, beliau langsung kembali lagi ke penjara tanpa sedikit pun mengambil kesempatan untuk mampir menemui keluarganya.

Syariatullah al-Khalidah 163

Siti Aisyah dan Makam Khalifah Umar

 


Sayidatina Aisyah mempunyai sifat malu yang tinggi, dikisahkan bahwa saat Rasulullah dan Abu Bakar Wafat, makam beliau berdua berada di kamar Sayidatina Aisyah. Karena Rasulullah dan Shahabat Abu Bakar adalah suami dan ayah Sayidatina Aisyah, jadi beliau sering keluar masuk kamar dengan memakai baju rumahan dan tidak memakai hijab, namun saat Shahabat Umar wafat dan dimakamkan disebelah Rasulullah, Sayidatina Aisyah tidak pernah masuk kamar melainkan dengan memakai pakaian tertutup, hal ini dilakukan karena malu terhadap Shahabat Umar. Begitulah akhlak Ummul Mukminin, menjaga aurat terhadap orang lain sekalipun sudah wafat.

Al-Akhlak Lil Banat 2/16

Minggu, 09 Oktober 2022

Ibnu Aqil dan Orang Was-Was

 


Ibnu Aqil al-Hanbali suatu ketika bertemu dengan seorang laki-laki yang was-was (ragu-ragu dalam beribadah), laki-laki itu bercerita: “Setiap kali aku membasuh anggota wudhu, perasaanku berkata: ‘Aku belum membasuh anggota tubuhku’, dan setiap kali aku takbir shalat perasaanku berkata: ‘Aku belum takbir”. Ibnu Aqil berkata: “Kalau begitu kamu tidak perlu melaksanakan shalat, karena shalat tidak lagi wajib bagimu”. Mendengar jawaban Ibnu Aqil yang aneh, orang-orang sekitar protes: “Bagaimana bisa anda berfatwa seperti itu?” Beliau menjawab: “Karena Rasulullah bersabda: ‘Telah diangkat kewajiban dari orang yang gila sampai dia sembuh’. Jika ada orang melakukan takbir kemudian berkata: ‘Saya belum takbir’, maka dia adalah orang gila”.

I’anatu ath-Thalibin 1/65

Malik bin Dinar dan si tukang ceramah


 


Suatu hari Malik bin Dinar duduk membagikan uang pada orang yang mengikut majlis pengajiannya.

Tiba-tiba ada seorang datang kepada Malik bin Dinar, sambil marah dia menceramahi Malik bin Dinar agar menghentikan kegiatannya: “Kamu bersedekah mengutamakan kelompok pengajianmu saja, tujuanmu agar jamaah pengajianmu tambah besar kan?”

“Aku tidak bermaksud begitu” jawab Malik bin Dinar

“Demi Allah kamu memang bermaksud begiitu” sanggah si penceramah

Malik bin Dinar secara spontan berdoa, “Ya Allah, orang ini telah membuat kami sibuk sehingga kami tidak bisa berzikir pada-MU, maka buatlah kami merasa tenang dari gangguan orang ini, bagaimapun caranya”

Maka orang tadi pingsan kemudian meninggal.

 

Bustanul Wa’idzin halaman 132

Sabtu, 08 Oktober 2022

Imam Abu Hanifah kalah dengan anak kecil dan wanita

 

 


Abu Hanifah bercerita bahwa dirinya pernah dikalahkan oleh anak kecil dan perempuan.

Beliau berkata: “Pada suatu ketika ada seorang anak kecil berlari cepat, kemudian aku berkata padanya: ‘Awas hati-hati terjatuh..!’

Si bocah itu menjawab: ‘Kalau aku tergelincir, maka yang jatuh dan sakit adalah diriku sendiri. Namun bila engkau yang tergelincir, maka seluruh orang akan ikut tergelincir’.

Di lain kesempatan aku pernah bertemu seorang perempuan sedang meminta tolong agar mengambilkan dirham yang jatuh. Setelah dirham tersebut aku ambil, perempuan tadi berkata: ‘Tolong jaga dirham itu, karena itu adalah barang temuan’.

 

Hikayat Ash-Shufiyah hal 77


Balasan Setimpal Bagi Orang Yang Suka Penasaran

 


Ada seorang murid yang meminta pada gurunya agar diajarkan tentang Ismullah al-Mua'adzzam. Sebelum mengabulkan permintaannya, sang guru terlebih dahulu memberikan sebuah wadah tertutup untuk dibawakan kepada seorang ulama.

Si murid melaksanakan apa yang telah diperintahkan sang guru. Di tengah-tengah perjalanan si murid penasaran pada isi wadah yang ia dibawa, karena sepi  tidak ada seorangpun dia memberanikan diri untuk untuk membuka wadah tersebut.

Setelah dibuka ternyata wadah tersebut berisikan seekor tikus, dengan penuh emosi dia kembali menghadap gurunya. Belum sempat dia bertanya, sang guru sudah ada di hadapan si murid dan menanggapinya dengan senyuman

Sang guru berkata “Wahai pengkhianat…! Kamu menjaga wadah saja tidak bisa amanah, apalagi menjaga rahasia tentang Ismillah al-Muadzam”

Jumat, 07 Oktober 2022

Balasan bagi anak durhaka

 


Diceritakan ada seorang pemuda yang berani memukul ayahnya di tempat terbuka, maka penduduk sekitar geram pada perbuatan pemuda tersebut.

“Kenapa kamu memukul ayahmu?” Tanya mereka.

Sang pemuda itu diam kemudian berlalu.

“Biarkan saja dia” kata sang ayah, “Aku dulu pernah memukul ayahku di tempat ini, ternyata anakku melakukan hal sama padaku di tempat yang sama” tambahnya, “Mungkin ini balasan setimpal bagiku”.

 

Tanbihul Ghafilin halaman 131

Minggu, 14 Agustus 2022

Rahasia Kekuatan Islam di Mata Misionaris





PARA misionaris Kristen mengakui, bahwa umat Islam adalah umat yang paling susah ditaklukkan oleh para misinaris Kristen. Bahkan, misionaris terkenal, Hendrik Kaemer, menggambarkan, para misionaris Kristen harus “mengais-ngaiskan” jemarinya ke tanah, hingga berdarah-darah, itu pun hasilnya masih minimal.
Akhir abad ke-19,  Masyarakat Misi Belanda (Dutch Mission Society) yang berdiri tahun 1847, mulai memprioritaskan kerja misionaris ke Indonesia. Sebab, masyarakat Indonesia yang sangat bersahabat, terbukti sulit “ditembus” misi Kristen.

Faktor “Islam” dituding sebagai penyebab kesulitan masuknya misi Injil ke Indonesia. Hendrik Kraemer, seorang misionaris yang ditugaskan Masyarakat Bibel Belanda (Dutch Bible Society) untuk bekerja di Indonesia tahun 1921, menggambarkan kesulitan mengkristenkan kaum Muslim, melalui ungkapannya:

_“Islam sebagai masalah misi: tidak ada agama yang untuk (mengkonversi)-nya misi harus membanting tulang dengan hasil yang minimal, dan untuk menghadapinya,  misi harus mengais-ngaiskan jemarinya hingga berdarah dan terluka, selain Islam. (Dia lanjutkan lagi) yang menjadi teka-teki dari Islam adalah: meskipun sebagai agama kandungannya sangat dangkal dan miskin, Islam melampaui semua agama  di dunia dalam hal kekuasaan yang dimiliki, yang dengan itu agama tersebut mencengkeram erat semua yang memeluknya.”_ _(Alwi Shihab, Membendung Arus, 1998:38)._

Memang, bagi umat Islam, pemurtadan dipandang sebagai usaha serius penyerangan aqidah Islam. Orang yang keluar dari Islam disebut murtad dari agama Allah. Amalnya sia-sia. Amal-amal orang kafir laksana fatamorgana. (QS 24:39).
Kaum Muslim memahami, upaya-upaya penyesatan atau pemurtadan terhadap kaum Muslim bukanlah hal aneh. Disebutkan dalam al-Quran, yang artinya: “Dan mereka akan selalu memerangi kamu, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), jika mereka sanggup.” (QS: Al-Baqarah [2]:217).

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka jahannam orang-orang kafir itu akan dikumpulkan.” (QS: Al-Anfal [8]:36).

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Prof. Hamka menulis dalam Tafsir al-Azhar (Juzu’ IX), tentang berbagai cara kaum kafir untuk merusak dan melamahkan keimanan dan akhlak umat Islam. Tujuannya tak lain,  agar umat Islam mudah dimurtadkan dari agama Islam.

Uraian Buya Hamka dalam Tafsirnya:

_“Perhatikanlah betapa di zaman sekarang, orang-orang menghambur-hamburkan uang berjuta-juta dolar tiap tahun, bahkan tiap bulan, untuk menghalang-halangi jalan Allah yang telah dipegang teguh oleh kaum Muslimin. Perhatikanlah betapa zending dan misi Kristen dari negara-negara Barat memberi belanja penyebaran agama Kristen ke tanah-tanah dan negeri-negeri Islam. Diantara penyebaran Kristen dan penjajahan Barat terdapat kerjasama yang erat guna melemahkan keyakinan umat Islam kepada agamanya. Sehingga ada yang berkata bahwa, meskipun orang Islam itu tidak langsung menukar agamanya, sekurang-kurangnya bila mereka tidak mengenal agamanya lagi, sudahlah suatu keuntungan besar bagi mereka. Jika bapa-bapanya dan ibu-ibunya masih saja berkuat memegang iman kepada Allah dan Rasul, moga-moga dengan sistem pendidikan secara baru, jalan fikiran si anak hendaknya berubah sama sekali dengan jalan fikiran kedua orang tuanya. Demikian juga propaganda anti-agama, mencemohkan agama, dan menghapuskan kepercayaan sama sekali kepada adanya Allah, itu pun dikerjakan pula oleh orang kafir dengan mengeluarkan belanja yang besar. Yang menjadi sasaran tiada lain dari pada negeri-negeri Islam. Disamping itu ada lagi usaha merusakkan moral pemuda di negeri-negeri Islam, dengan menyebarluaskan majalah-majalah, buku-buku yang menimbulkan rangsangan nafsu dan syahwat, gambar-gambar porno, film-film cabul perusak jiwa pemuda yang baru bangkit pancaroba. Sasarannya tidak lain melainkan pemuda-pemuda di negeri Islam juga.”_

Kita renungkan lagi peringatan Buya Hamka tersebut:

 _“Meskipun orang Islam itu tidak langsung menukar agamanya, sekurang-kurangnya bila mereka tidak mengenal agamanya lagi, sudahlah suatu keuntungan besar bagi mereka. Jika bapa-bapanya dan ibu-ibunya masih saja berkuat memegang iman kepada Allah dan Rasul, moga-moga dengan sistem pendidikan secara baru, jalan fikiran si anak hendaknya berubah sama sekali dengan jalan fikiran kedua orang tuanya.”_

Inilah yang pernah disampaikan oleh orientalis Belanda, Snouck Hurgronje, bahwa melalui pendidikan dan pengajaran, umat Islam akan dapat dilepaskan dari genggaman Islam (Opvoeding en onderwijs zijn in staat, de Moslims van het Islamstelsel te emancipeeren).

Pendidikan! Itu kata kuncinya.  Itulah rahasia kekuatan umat Islam, mengapa mereka susah dimurtadkan. Karena itu, para ulama dan para pejuang Islam, sangat menekankan semangat juang para murid atau santrinya.
Selama lembaga-lembaga pendidikan Islam – rumah, masjid, sekolah, pesantren atau Perguruan Tinggi – masih melahirkan manusia-manusia yang kokoh imannya dan mulia akhlaknya, serta tinggi semangat dakwahnya – maka umat Islam akan senantiasa sulit untuk dimurtadkan.
Karena itu, penjajah paham betul bahwa *untuk melemahkan umat Islam, maka dirusaklah sistem pendidikan umat Islam*. Caranya, *dengan merusak ilmu dan sistemnya.*
Dengan itu, *para alumninya akan menjadi tidak peduli dengan agamanya sendiri, bahkan mungkin ia merasa malu disebut muslim. Hidupnya hanya terfokus pada upaya mencari makan dan kesenangan duniawi; tidak punya kesadaran sebagai ummatud-da’wah.*

Semoga kita sadar, bahwa setan dari jenis manusia dan jin senantiasa berusaha menipu dan menyesatkan umat Islam, dengan menyebarkan ungkapan-ungkapan menawan. Tapi, tujuannya adalah untuk menipu dan menyesatkan manusia. (QS 6:112).

Semoga kita sadar akan potensi kita dan segera berbuat sesuatu untuk menyonsong masa depan gemilang. Aamiin.**

Oleh: Dr Adian Husaini 

Selasa, 02 Agustus 2022

MENGENAL SOSOK DAN PEMIKIRAN AL-HABIB ABU BAKAR AL-ADNI BIN ALI AL-MASYHUR


Hadramaut sejak belasan Abad yang silam dikenal sebagai kawasan yang melahirkan kaum shalihin dan para ulama. Dari sanalah muncul para wali dan dai yang mengenalkan khalayak kepada Tuhan-nya. Dari masa ke masa, Hadramaut selalu dihuni oleh manusia-munusia terpilih yang menjadi penyambung lidah Nubuwah. 

Dewasa ini kita kenal para ulama asal Hadramaut yang sangat luar biasa. Di tanah air kita, nama al-Habib Salim Asy-Syathiri dan al-Habib Umar bin Hafidz tidaklah asing di telinga, lantaran keduanya sering berkunjung ke Indonesia dan mempunyai murid yang tersebar diberbagai pelosok negeri ini. 

Sedangkan di Hadramaut sendiri ada seorang ulama besar yang dikenal oleh publik Yaman sebagai cendikiawan muslim, meski di Indonesia namanya tidak sering terdengar. Beliau adalah al-Habib Abubakar al-Adni bin Ali al-Masyhur, seorang ulama yang mempunyai pemikiran cemerlang di Abad ini, sosok dan kepribadiannya adalah ulama rabbâni yang sesungguhnya.

Al-Habib Abubakar dilahirkan di kota Ahwar pada tahun 1366 H, dari keluarga yang mencintai ilmu dan dakwah, sehingga sejak beliau masih belia kedua orang tuanya telah membuatnya hafal al-Quran. Beliau belajar pada para ulama yang berada di kawasan Hadramaut, seperti Ahwar, Aden, dan sekitarnya.

Sejak berumur empat belas tahun, Habib Abubakar telah dilatih oleh ayahnya untuk berdakwah. Beliau bercerita bahwa di usia yang cukup muda itu sang ayah telah memerintahnya untuk membuat konsep khutbah Jumat, setelah itu dibaca didepan sang ayah sebelum akhirnya disampaikan di mimbar Jumat.

Ketika ada orang bertanya akan pengaruh sosok orang tua kepada Habib Abubakar, beliau menjawab: “Hampir disemua sisi hidupku, aku tidak lepas dari pengaruh orang tuaku. Ayahku adalah sosok yang sangat disiplin pada waktu. Beliau sangat perhatian pada pendidikan keluarga, termasuk pendidikanku dan saudara-saudaraku. Disamping itu beliau adalah pendidik yang mengajarkan arti dan tujuan hidup ini padaku. Dari perilaku beliaulah aku banyak belajar tentang arti hidup ini, disamping kerap kali aku mendengar ceramah-ceramah beliau dan pelajaran-pelajaran yang disampaikan pada umat. Seringkali aku menyaksikan cucuran air mata beliau ditengah malam, saat beliau membaca al-Quran atau bermunajah kepada Allah.” 

Disamping belajar kepada para ulama secara tradisional, Habib Abubakar juga belajar di sekolah, hingga lulus dari Universitas Aden Jurusan Tarbiyah. Di masa remaja, beliau menyaksikan intimidasi dan tekanan yang dilakukan oleh Pemeritahan Komunis pada rakyat Yaman, terutama kepada para tokoh dan ulama, termasuk pada keluarga beliau sendiri. Hal ini membuat beliau harus keluar (eksodus) dari tanah kelahirannya menuju negara Saudi Arabia. Kejadian itu beliau tulis dalam sebuah karya Sastra, berjudul “al-Khurûj Min Dâiratil-Hamrâ”.

Sesampainya di tanah Hijaz, Habib Abubakar diperintahkan oleh sang ayah untuk menjadi imam shalat disalah satu masjid di Kota Jeddah, sekaligus sebagai penceramah (Khâthib) dan guru. Mula-mula Habib Abubakar ingin melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar, Mesir. Namun orang tua beliau kurang berkenan, bahkan menganjurkan untuk belajar kepada al-Quthub al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf.

Rupanya al-Habib Abdul Qadir membuat beliau terlena dalam samudera ilmu dan makrifah, sehingga keinginannya untuk ke Mesir menjadi sirna. Dalam hal ini Habib Abubakar pernah bercerita: “Keinginanku untuk belajar ke Mesir menjadi lenyap, setelah aku berjumpa dengan al-Habib Abdul Qadir. Sebab tujuan dan keinginanku telah aku jumpai di kota ini, sesuatu yang aku temukan pada diri al-Habib Abdul Qadir adalah luasnya Masyhad, ilmu yang memadai, kejernihan akal, dan kesungguhan orentasi, serta akhlak Nubuwah yang sempurna.”

Maka sejak saat itu Habib Abubakar selalu dekat dengan sang guru. Entah berapa puluh kitab yang dibacakan didepan gurunya, hingga akhirnya Habib Abubakar menjadi salah satu murid istimewa al-Habib Abdul Qadir Assegaf. Habib Abubakar sendiri telah menulis riwayat hidup sang guru dengan lengkap dalam sebuah buku khusus. 

Sejak enyahnya kaum Komunis dari Yaman Selatan, dan terjadinya persatuan antara Yaman Selatan dengan Yaman Utara, Habib Abubakar pulang ke Yaman dengan membawa pemikiran cemerlang dalam menciptakan situasi yang kondusif dan damai di negara Yaman. Habib Abubakar termasuk ulama pertama yang getol menyerukan (propaganda) persatuan pemikiran dan jiwa dikalangan masyarakat Yaman setelah negara mereka bersatu.

Disinilah kiprah Habib Abubakar mulai tampak. Beliau membuka puluhan pondok pesantren diberbagai pelosok negeri Yaman, disamping mendirikan pusat-pusat pendidikan yang jumlahnya tidak kurang dari 83 cabang.

Hebatnya, Habib Abubakar mampu menggabungkan sistem pendidikan akademi modern dengan sistem pendidikan tradisional. Sehingga mayoritas murid-murid beliau adalah para sarjana dan cendikiawan yang tersebar di seluruh negeri Yaman saat ini. Perhatian Habib Abubakar pada karya-karya ilmiah yang sangat luar biasa menuntutnya untuk mendidirikan pusat-pusat penelitian dan kajian bagi para pelajar.

Habib Abubakar juga aktif mengadakan seminar dan kajian intensif seputar dakwah dan ilmu keislaman. Begitu juga beliau banyak mendidirikan forum dan klub-klub, atau yang lebih dikenal dengan istilah “Muntadayât” di berbagai daerah di wilayah Yaman. Tentang fakta ini, masyarakat Indonesia mungkin belum banyak yang tahu. 

PEMIKIRAN DAN GAGASAN

Yang istimewa pada sosok al-Habib Abubakar ini adalah gagasan-gagasan cemerlangnya dalam menyelesaikan berbagai problem umat. Yang beliau tuangkan dalam karya-karyanya yang saat ini telah mencapai 150 lebih dalam berbagai disiplin ilmu. Mulai dari ilmu Fiqih, Sejarah, Sastra, Fikrah, Dakwah dan Manâhajiyah. 

Bahkan Habib Abubakar telah menghasilkan beberapa karya yang belum pernah ditulis oleh para ulama sebelumnya. Motivasi inilah yang membuat kami (penulis) tertarik menuliskan sosok dan pemikiran al-Habib Abubakar al-Adni al-Masyhur.

Ada beberapa pemikiran menarik yang bersifat global, yang menurut hemat penulis sangat pas untuk dimengerti oleh kaum muslimin Indonesia saat ini. Di antaranya adalah pemikiran Habib Abubakar tentang “Madrasah Abawiyah”, yang mempunyai lawan “Madrasah Anawiyah”. 

Habib Abubakar memang mempunyai (atau lebih tepatnya mencetuskan) istilah-istilah tersendiri dalam berbagai pemikiran baru yang beliau gagaskan. Seperti Fiqih Tahawwulât, Sunnah Mawâqif, Mutsallats al-Madmûj, Manhajul-Wai was-Salâmah, dan berbagai istilah-istilah baru yang menarik lainnya.

TENTANG FIQIH TAHAWWULÂT

Selama ini kaum muslimin mengenal rukun agama hanya ada tiga: yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Tiga hal inilah yang harus diketahui oleh setiap orang Mukallaf. Dan sumber dari tiga dasar agama ini berasal dari hadits Nabi Muhammad, atau yang terkenal dengan “Hadits Jibril”. Yaitu teks hadis ketika Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dengan menyerupai seorang manusia. Malaikat Jibril datang dan bertanya tentang tiga hal, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. 

Selanjutnya Malaikat Jibril bertanya “Kapankah Kiamat?” Yang dijawab oleh Rasulullah dengan jawaban: “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya!” Kemudian Malaikat Jibril bertanya tentang tanda-tanda kiamat, yang kemudian dijawab oleh Rasulullah. Setelah puas dengan jawaban Nabi, Malaikat Jibril pergi. Rasulullah lalu bersabda kepada para shahabat yang menyaksikan semua kejadian itu: “Dia itu adalah Jibril yang sedang mengajarkan agama kalian!” 

Dari hadis itulah ulama mengambil kesimpulan bahwa rukun agama ada tiga. Namun menurut pemahaman baru Habib Abubakar, rukun agama justru ada empat, dengan satu tambahan prinsip yakni “mengetahui tanda-tanda Kiamat”. Rukun keempat ini diistilahkan oleh beliau sebagai kajian baru bernama “Fiqih Tahawwulât”.

Bedanya dengan tiga rukun yang pertama, rukun keempat ini bersifat lebih elastis atau selalu berubah tergantung Marhalah (fase) masanya. Sedangkan tiga prinsip sisanya bersifat baku, yang tidak bisa berubah meski bersinggungan dengan peredaran waktu dan zaman.

Adapun tujuan (faedah) mengetahui fiqih ini ialah untuk mengetahui sikap yang benar dalam menyikapi berbagai fitnah dan huru-hara yang timbul di sepanjang masa, tentu dengan berdasarkan nash Nabawi. Di mana fitnah-fitnah yang menjadi tanda-tanda kiamat akan selalu terjadi dan berulang sepanjang masa, sejak masa Rasulullah hingga puncak terjadinya hari Kiamat kelak. 

Istinbath atau pengambilan postulat Fiqih Tahawwulât ini berdasarkan teks-teks suci al-Quran dan Hadis Rasulullah, dengan menggabungkan antara aspek sejarah peradaban dan realitas masyarakat saat ini. Menurut Habib Abubakar, tidak sedikit para ulama yang selama ini terjebak yang justru menjadi pembantu Iblis dan Dajjal tanpa menyadari akan hal itu. Penyebabnya adalah karena mereka tidak memahami Fiqih Tahawwulât secara baik.

Habib Abubakar juga mencontohkan sikap para Shahabat Rasulullah dan ulama, yang menjustifikasi akan pemahaman mereka terhadap Fiqih Tahawwulât dimaksud. Seperti sikap yang diaplikasikan Imam Ali bin Abi Thalib ketika menghadapi fitnah pemberontak dan Khawarij. Shahabat Abdullah Ibnu Abbas dan Abu Hurairah, menurut Habib Abubakar termasuk salah satu dari kalangan shahabat yang memahami betul akan epistemologi kajian Fiqih Tahawwulât ini.

Sedangkan dari kalangan ulama, Habib Abubakar mencontohkan sikap al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa, yang bersikeras hijrah dari kota Basrah menuju Kawasan Hadramaut yang agak terpencil. Atau sikap al-Imam Faqih al-Muqaddam, yang mematahakan pedangnya dan melebur dalam dunia tasawuf.

Yang jelas, pemikiran Habib Abubakar ini sangat membantu generasi muda dalam menyikapi berbagai persoalan yang timbul saat ini. Mereka yang faham akan kajian fiqih ini pasti akan bersikap positif dengan dasar nash Nabawi, dan bukan dengan dasar emosional pribadi atau sekedar ikut-ikutan. Problem semacam ini distilahkan oleh Habib Abubakar dengan sebutan “Sunnah al-Mawâqif” (Cara Bersikap/Berindak). 

Itulah sekilas dari salah satu frame pandangan dan pemikiran Habib Abubakar yang tidak pernah disentuh oleh ulama sebelumnya, dan masih banyak lagi gagasan dan pemikiran beliau yang sangat menarik untuk kita telaah bersama. 

Oleh: al-Habib Hamid Ja'far Al Qadri

Sumber: www.majelisrasulullah.org

Jumat, 29 Juli 2022

Snouck Hurgronje, Hamka, dan Pengaruhnya Hingga Kini

Oleh: Dr. Adian Husaini*

Prof Dr Hamka pernah menulis sebuah artikel menarik berjudul “Islam dan Majapahit”, yang dimuat dalam buku "Dari Perbendaharaan Lama" (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982). Bagi pengkaji sejarah Islam di Indonesia, artikel Hamka ini teramat sayang untuk dilewatkan.

Hamka memulai artikelnya dengan ungkapan pembuka: “Meskipun telah hidup di zaman baru dan penyelidik sejarah sudah lebih luas dari pada dahulu, masih banyak orang yang mencoba memutar balikkan sejarah. Satu di antara pemutarbalikkan itu ialah dakwah setengah orang yang lebih tebal rasa Hindunya daripada Islamnya, berkata bahwa keruntuhan Majapahit adalah karena serangan Islam.

Padahal bukanlah begitu kejadiannya. Malahan sebaliknya.”Hamka menjelaskan, bahwa Kerajaan Majapahit pada zaman kebesarannya, terutama semasa dalam kendali Maha Patih Gajah Mada, memang adalah sebuah kerajaan Hindu yang besar di Indonesia, dan pernah mengadakan ekspansi, serangan dan tekanan atas pulau-pulau Indonesia yang lain. Dalam kitab “Negarakertagama” disebutkan daftar negeri taklukkan Majapahit.

Berbagai Kerajaan, baik Hindu, Budha, maupun Kerajaan Islam ditaklukkan. Kerajaan Islam Pasai dan Terengganu pun dihancurkan oleh Majapahit. Pasai tidak pernah bangkit lagi sebagai sebuah kerajaan. Tapi, Pasai kaya dengan para ulama. Di dalam sejarah Melayu, Tun Sri Lanang menulis, bahwa setelah Kerajaan Malaka naik dan maju, senantiasa juga ahli-ahli agama di Malaka menanyakan hukum-hukum Islam yang sulit ke Pasai. Dan jika ada orang-orang besar Pasai datang ziarah ke Malaka, mereka disambut juga oleh Sultan-sultan di Malaka dengan serba kebesaran.

Menurut Hamka, jika Pasai ditaklukkan dengan senjata, maka para ulama Pasai kemudian datang ke Tanah Jawa dengan dakwah, dengan keteguhan cita-cita dan ideologi. Para ulama datang ke Gresik sambil berniaga dan berdakwah. Terdapatlah nama-nama Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ibrahim Asmoro, atau Jumadil Kubro, ayah dari Maulana Ishak yang berputera Sunan Giri (Raden Paku) dan Sunan Ngampel (Makhdum Ibrahim).

“Dengan sabar dan mempunyai rancangan yang teratur, guru-guru Islam berdarah Arab-Persia-Aceh, itu menyebarkan agamanya di Jawa Timur, sampai Giri menjadi pusat penyiaran Islam, bukan saja untuk tanah Jawa, bahkan sampai ke Maluku. Sampai akhirnya Sunan Bonang (Raden Rahmat) dapat mengambil Raden Patah, putra Raja Majapahit yang terakhir (Brawijaya) dikawinkan dengan cucunya, dan akhirnya dijadikan Raja Islam yang pertama di Demak,” tulis Hamka.

Tindakan para wali dalam penyebaran Islam di Jawa itu tidak dapat dicela oleh raja-raja Majapahit. Bahkan, kekuasaan dan kewibawaan mereka di tengah masyarakat semakin meluas. Ada wali yang diangkat sebagai adipati Kerajaan Majapahit.

                                                  ****

Hamka menolak keras pandangan yang menyatakan, bahwa Majapahit runtuh karena diserang Islam. Itu adalah pemutarbalikan sejarah yang sengaja disebarkan oleh orientalis seperti Snouck Hourgronje. Upaya ini dilakukan untuk menjauhkan bangsa Indonesia agar tidak menjadikan Islam sebagai basis semangat kebangsaan.

“Maksud ini berhasil,” papar Hamka. Akibatnya, dalam pentas sejarah nasional Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah, nama Sunan Ampel dan Sunan Giri tenggelam oleh nama Gajah Mada. Nama Raden Patah dan Pati Unus yang mencoba mengusir penjajah Portugis dari Malaka tenggelam oleh nama Raja Airlangga.

Upaya sistematis untuk memecah belah bangsa Indonesia yang mayoritasnya Muslim dilakukan dengan berbagai cara oleh penjajah Belanda. Salah satunya dengan menjauhkan Islam dari semangat kebangsaan Indonesia. Seolah-olah Indonesia adalah kelanjutan Kerajaan Majapahit. 

Simaklah paparan Hamka selanjutnya berikut ini: “Marilah kita jadikan saja segala kejadian itu, menjadi kekayaan sejarah kita, dan jangan dicoba memutar balik keadaan, agar kokohkan kesatuan bangsa Indonesia, di bawah lambaian Merah Putih! Kalau tuan membusungkan dada menyebut Gajah Mada, maka orang di Sriwijaya akan berkata bahwa yang mendirikan Candi Borobudur itu ialah seorang Raja Budha dari Sumatra yang pernah menduduki pulau Jawa. Kalau tuan membanggakan Majapahit, maka orang Melayu akan membuka Sitambo lamanya pula, menyatakan bahwa Hang Tuah pernah mengamuk dalam kraton sang Prabu Majapahit dan tidak ada kstaria Jawa yang berani menangkapnya.

Memang, di zaman jahiliyah kita bermusuhan, kita berdendam, kita tidak bersatu! Islam kemudiannya adalah sebagai penanam pertama jiwa persatuan. Dan Kompeni Belanda kembali memakai alat perpecahannya, untuk menguatkan kekuasaannya.

Tahukan tuan, bahwasanya tatkala Pangeran Diponegoro, Amirul Mukminin Tanah Jawa telah dapat ditipu dan perangnya dikalahkan, maka Belanda membawa Pangeran Sentot Ali Basyah ke Minangkabau buat mengalahkan Paderi? Tahukah tuan bahwa setelah Sentot merasa dirinya tertipu, sebab yang diperanginya adalah kawan sefahamnya dalam Islam, dan setelah kaum Paderi dan raja-raja Minangkabau memperhatikan ikatan serbannya sama dengan ikatan serban ulama Minangkabau, sudi menerima Sentot sebagai “Amir” Islam di Minangkabau?

Teringatkah tuan, bahwa lantaran rahasia bocor dan Belanda tahu, Sentot pun diasingkan ke Bengkulu dan disana beliau berkubur buat selama-lamanya?

Maka dengan memakai paham Islam, dengan sendirinya kebangsaan dan kesatuan Indonesia terjamin. Tetapi dengan mengemukakan kebangsaan saja, tanpa Islam, orang harus kembali mengeruk, mengorek tambo lama, dan itulah pangkal bala dan bencana.”

Peringatan Hamka, ulama terkenal, ini kiranya sangat patut dicamkan! Upaya sebagian kalangan, baik LSM dalam dan luar negeri maupun sebagian unsur pemerintah untuk menjauhkan Islam dari masyarakat – dengan cara membangkitkan kembali tradisi-tradisi pra-Islam atau menanamkan paham sekularisme – sejatinya akan membawa Indonesia ke jurang bencana. 

Fenomana ini pun menunjukkan, bahwa tantangan dakwah Islam di Tanah Jawa --dan nusantara-- sejatinya masih belum berubah. Jika Wali Songo dan para pendakwah Islam lainnya di Tanah Jawa telah memulai langkah-langkah yang spektakuler, mengubah agama penduduk mayoritas negeri ini menjadi Muslim, maka kaum Muslim selanjutnya berkewajiban melanjutkannya.

Dalam buku terkenalnya, Fiqhud Da’wah, M. Natsir menegaskan, bahwa dakwah adalah kewajiban setiap muslim. “Tidak boleh seorang Muslim dan Muslimah menghindarkan diri dari padanya.”

*Penulis adalah salah satu pendiri Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS)

Rabu, 27 Juli 2022

Hidup Sehat Ala Nabi

 



Judul: Mausu’atu Tibbin Nabawi (Ensklopedi Pengobatan Nabi)

Pengarang: Al-Hafidz Abu Nu’aim Ahmad Bin Abdullah Al-Ashbahani

Muhaqqiq: DR. Mushtafa Khidr

Penerbit: Dar Ibn Hazm, Bairut

Tahun Terbit: 2006

Tebal Kitab: 857 (Dua Jilid)


Seperti yang sudah maklum virus corona sudan menjadi masalah global hingga kini belum ada obat spesifiknya, dan sekarang masih jadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Badan kesehatan dunia bahkan menetapkan status pandemi, karena hampir tak ada negara yang absen dari COVID-19.

Sebenarnya pada masa Rasulullah dan sahabat, kaum muslimin juga pernah menghadapi pandemik penyakit, dan mereka bisa menjalaninya dengan tanpa berlu banyak biaya, sebut berwudu, basuh tangan, saling berpencar, isolasi tempat dan lain sebagainya. Cara Nabi Muhammad dan para sahabat ini dinilai masih relevan untuk digunakan menghadapi wabah penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi COVID-19.

Selain COVID-19, ada banyak juga penyakit baru yang aneh-aneh di masa sekarang ini, penyebab utamanya adalah budaya modern yang mempengaruhi manusia untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan, lezat dan penuh variasi namun menggunakan berbagai jenis bahan kimia berbahaya, seperti borax (bahan pembuat detergen), formaline (bahan pembersih tingkat tinggi) sebagai bahan pengawet, belum lagi berbagai bahan kimia pengemulsi, perencah, pelezat dan lain-lain yang semuanya amat merusak kesehatan.

Al-Hafidz Abu Nuaim Al-Ashfahani menjelaskan bahwa kenapa orang terdahulu sangat bugar, karena jenis makanan mereka berasal dari bahan tunggal seperti gandum, beras, jus buah dan sejenisnya, ketika mereka terserang penyakit cukup menggunakan obat-obatan herbal yang berasal dari bahan tunggal pula. Berbeda dengan sekarang yang makanannya terdisi dari bahan kimia, sehingga menjadi sering terserang penyakit komplikasi yang beragam. Metode pengobatan herbal zaman dahulu sudah banyak ditinggalkan, tak heran jika banyak penyakit yang tak bisa tertangani, sekalipun metode pengobatannya sudah modern.

Untuk itu sebaiknya kaum muslimin menghidupkan kembali metode pengobatan ala Rasulullah, seperti kurma. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya dalam kurma ajwa dari daerah Aliyah ada obat atau itu Ajwa adalah anti racun di pagi hari”(HR Muslim).

Kurma sering dikonsumsi masyarakat untuk mengawali berbuka puasa di bulan Ramadhan. Kurma dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, menambah kadar gula darah dan mengobati katarak mata. Sedangkan sari kurma dianggap bisa untuk mengobati demam berdarah, melancarkan susah buang air besar, sakit tenggorokan, dan insomnia. Sedangkan pasta kurma apabila dicampur dengan madu dapat dijadikan obat untuk mengatasi diare.

Selain kurma, ada juga madu yang dianggap sebagai obat alami untuh tubuh. Allah berfirman: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia,” (QS An-Nahl ayat 68-69).

Selalin dua obat herbal di atas, juga jintan hitam, air mawar, cuka buah, air zamzam, kurma, pengobatan bekam, kompres, sistem karantina, ruqyah dan lainnya. Dan semua itu bisa anda temukan dalam kitab yang punya tebal 857 halaman ini, disertai dengan hadis yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya, karena penulisnya merupakan ahli hadis yang handal.

Kitab ini secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian utama yang tersusun menjadi dua jilid, bagian pertama membahas tentang biografi Imam Abu Nu’aim, serta metode bilau dalam Menyusun kitab ini. Pada bagian kedua tentang metode pengobatan alami yang berkembang sejak zaman Nabi sampai zaman al-Ashfihani. Dan bagian ketiga, kumpulan hadis-hadis yang berkaitan dengan pengobatan.

Sebenarnya kitab ini tidak jauh dengan Ath-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim, mungkin bedanya kitab ini terbit lebih dulu berabad abad sebelum karya Ibnu Qayyim, sehingga kemungkinan besar Ibnu Qayyim terinpirasi dari karya Abu Nuaim ini dalam menulis Ath-Thibbun Nabawi.

Dan kitab ini tergolong langka, karena jarang sekali kita temukan ulama sekaliber Abu Nuaim membahas secara mendalam tentang ilmu pengobatan, terlebih lagi pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karenanya kitab ini sangat pas untuk dijadikan rujukan utama pengobatan pada masa pandemi ini.


Baca Juga: Ketika Ibnu Hajar Berbicara Musik

Doa Agar Tak Dilihat Jin

 




بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ إلَهَ إلَّا هُوِ

Bismillahi lailaha illa huwa

 

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang tiada tuhan selain Dia.”.

 

Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Attas berkata: “Apabila ada seseorang hendak telanjang di tempat yang sepi, maka ucapkanlah: ‘Bismillahi lailaha illa huwa’ karena sesungguhnya itu bisa menjaga dari penglihatan jin sehingga mereka tidak bisa melihat dan menyakitinya”

 

Refrensi: Tadzkirunnas : 54

baca juga: Ulama Besar India 

Selasa, 26 Juli 2022

Statusmu Adalah Harimaumu


Diantara amal baik ada amal yang terus mengalir pahalanya bahkan saat pelaku sudah meninggal, itulah yang disebut amal jariyah. Begitu pula keburukan, ada yang terus mengalir dosanya, bahkan ketika si pendosa meninggal itulah yang disebut dosa jariyah

Imam Ghazali menegaskan:

طُوبَى لِمَنْ إِذَا مَاتَ مَاتَتْ مَعَهُ ذُنُوبُهُ وَالْوَيْلُ الطَّوِيلُ لِمَنْ يَمُوتُ وَتَبْقَى ذُنُوبُهُ مِائَةَ سنة ومائتي سَنَةٍ أَوْ أَكْثَرَ يُعَذَّبُ بِهَا فِي قَبْرِهِ ويسئل عنها إلى آخر انقراضها
[أبو حامد الغزالي ,إحياء علوم الدين ,2/74]

“Berbahagialah, siapa yang mati dan dosanya ikut mati bersama kematiannya. Namun celaka bagi siapa yang mati akan tetapi dosanya tetap hidup hingga seratus atau duaratus tahun, dia disiksa di kuburnya dan terus dimintai pertanggungjawaban atas dosa-dosanya itu sampai akhir habisnya dosa tersebut” (Ihya’ ‘Ulumuddin; 2/74)

Dunia medsos ini bisa menjadi sarana kita untuk mendapatkan pahala jariyah dengan cara menulis, share atau meng-upload hal-hal positif dan bermanfaat. Bisa jadi ada orang yang sadar dan mendapatkan pencerahan sehingga bisa menjadi pahala jariyah.

Berbeda ketika kita mengisinya dengan hal-hal negatif. Bisa jadi kita sudah tidak ada tapi tulisan dan postingan kita tetap dibaca orang. Sehingga bisa menjadi dosa jariyah.

Hukum Merogoh Kocek Demi Game Online

Deskripsi Masalah :
Sekarang semakin banyak bermunculan game online dengan pakai chip, tak pelak hal ini membuat kecanduan sebagian pengguna game kerena menawarkan keuntungan yaitu bisa mendapatkan poin, kemudian poin tersebut bisa ditukar dengan pulsa. Namun tak sedikit pula yang rugi karena selalu kalah, bahkan ada sebagian orang harus merogoh kocek ratusan ribu sampai puluhan juta demi game online ini

Pertanyaan:
1. Bagaimana hukumnya permainan Game Online Chip? 
2. Bagaimana pula hukum membeli Chipnya? 

Keterangan:
✅ Koin didapatkan dari penyedia game saat pertama kali mendaftar dan saat-saat tertentu secara gratis.
✅ Kalau menang banyak, koin bisa ditukar pulsa, ada yang sampai 200 ribu dalam bentuk pulsa. Atau saat mencapai level tertentu mendapatkan hadiah pulsa.

Jawaban:
1. Tidak diperbolehkan, karena permainan tersebut termasuk dalam qimar (judi).
2. Haram sebab Chipnya dibuat sebagai alat untuk permainan yang diharamkan, serta tidak sah sebab Chip tidak dikatakan sebagai Mal. 

Referensi:

*حاشية البجيرمي على المنهج – (ج 4/ص 376)*
( قَوْلُهُ : وَالْمَيْسِرَ ) هُوَ الْقِمَارُ وَهُوَ مَا يَكُونُ فِعْلُهُ مُتَرَدِّدًا بَيْنَ أَنْ يَغْنَمَ وَأَنْ يَغْرَمَ صَغِيرَةً إنْ لَمْ يُؤْخَذْ مَالٌ وَإِلَّا فَكَبِيرَةٌ.

*إسعاد الرفيق؛ ج ٢، صحـ ١٠٢*
(كل ما فيه قمار) وصورته المجمع عليها ان يخرج العوض من الجانبين مع تكافئهما، وهو المراد من الميسر فى الآية. ووجه حـرمته ان كل واحد متردد بين ان يغلب صاحبه فيغنم او يغلبه صاحبه فيغرم. فان عدلا عن ذلك الى الحكم السبق والرمي بان ينفرد اللاعبين باخراج العـوض ليأخذ منه ان كان مغلوبا وعكسه ان كان غالبا فالاصح حرمته ايضا.

*الطبري، أبو جعفر، تفسير الطبري = جامع البيان ت شاكر، ٣٢٣/٤]*
حدثنا الوليد بن شجاع أبو همام قال، حدثنا علي بن مسهر، عن عاصم، عن محمد بن سيرين قال: كل قمار ميسر، حتى اللعب بالنرد على القيام والصياح والريشة يجعلها الرجل في رأسه.
حدثنا ابن حميد قال، حدثنا جرير، عن عاصم، عن ابن سيرين قال: كل لعب فيه قمار من شرب أو صياح أو قيام، فهو من الميسر.

*إعانة الطالبين، ج ٣، ص ٣٠*
وكذا بيع نحو المسك لكافر يشتري لتطييب الصنم، والحيوان لكافر علم أنه يأكله بلا ذبح، لان الاصح أن الكفار مخاطبون بفروع الشريعة كالمسلمين عندنا، خلافا لابي حنيفة - رضي الله تعالى عنه - فلا يجوز الاعانة عليهما، ونحو ذلك من كل تصرف يفضي إلىمعصية يقينا أو ظنا، ومع ذلك يصح البيع.

*تحفة المحتاج ص35 ج4*
وَيَحْرُمُ الإِهْدَاءُ لِمَنْ يُظَنُّ فِيهِ صَرْفُهَا فِي مَعْصِيَةٍ  اهـ

*اسنى المطالب ص 89 ج 4*
(اﻟﺸﺮﻁ اﻟﺨﺎﻣﺲ) ﻟﻞﻣﻌﻘﻮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺛﻤﻨﺎ ﺃﻭ ﻣﺜﻤﻨﺎ (اﻟﻌﻠﻢ) ﺃﻱ ﻋﻠﻢ اﻟﻌﺎﻗﺪﻳﻦ ﺑﻪ ﻻ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻭﺟﻪ ﺑﻞ (ﺑﺎﻟﻌﻴﻦ) ﻓﻲ اﻟﻤﻌﻴﻦ (ﻭاﻟﻘﺪﺭ ﻭاﻟﺼﻔﺔ) ﻓﻴﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺬﻣﺔ ﻟﻠﻨﻬﻲ عنه

*الفقه المنهجي ص 16 ج 6*
ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎﻻ ﻣﺘﻘﻮﻣﺎ ﺷﺮﻋﺎ: ﻭﺫﻟﻚ ﺷﺮﻁ ﻓﻲ اﻟﻤﺒﻴﻊ ﻭاﻟﺜﻤﻦ، ﻭﻳﺨﺮﺝ ﺑﺬﻟﻚ ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻋﻴﺎﻥ اﻟﻨﺠﺴﺔ ﻭاﻟﻤﺤﺮﻣﺔ ﺷﺮﻋﺎ، ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﻛﻮﻥ اﻟﻤﺒﻴﻊ ﺃﻭ اﻟﺜﻤﻦ ﺧﻤﺮا ﺃﻭ ﻣﻴﺘﺔ ﺃﻭ ﺩﻣﺎ ﺃﻭ ﺯﺑﻼ ﺃﻭ ﻛﻠﺒﺎ.

*روضة الطالبين ص 353 ج 3*
اﻟﻀﺮﺏ اﻟﺜﺎﻧﻲ: ﻣﺎ ﻻ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ، ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﺑﻴﻊﻫ، ﻛﺎﻟﺨﻨﺎﻓﺲ، ﻭاﻟﻌﻘﺎﺭﺏ، ﻭاﻟﺤﻴﺎﺕ، ﻭاﻟﻔﺄﺭ، ﻭاﻟﻨﻤﻞ، ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ، ﻭﻻ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﻨﺎﻓﻌﻬﺎ اﻟﻤﻌﺪﻭﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻮاﺻﻬﺎ

Senin, 25 Juli 2022

Hukum Mewakilkan Nikah Lewat Video Call

Deskripsi Masalah
Di suatu daerah sebutlah Si Zaid menjadi wali nikah dari seorang wanita sebutlah Hindu yang berada di kota lain. Pada suatu hari si Hindun akan menikah, saat prosesi akad nikah, si Zaid mendadak sakit dan tidak dapat menghadiri pernikahan tersebut. Kemudian si Zaid mewakilkan kepada si Bakar lewat telepon untuk menikahkan. 

Pertanyaan:
Sahkah mewakilkan lewat video call untuk akad nikah?

Jawaban:

Hukum mewakilkan akad nikah lewat telepon adalah sah, selama dalam mewakilkan tersebut dapat dipahami dan tidak ada penolakan dari pihak yang menerima wakalah.

Dasar pengambilan

1. Kitab asy syarqowi juz 2 halaman 10
قَوْلُهُ وَصِيْغَةً - كَوَكَّلْتُكَ فِى كَذَا او فَوَّضْتُ إِلَيْكَ كَذَا سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ مَشَافَهَةً او كِتَابَةً او مُرَاسَلَةً وَيُشْتَرَطُ عَدَمُ رَدِّهَا كَمَا يَأْتِى وَلاَ يُشْتَرَطُ العِلْمُ بِهَا. فَلَو وَكَّلَهُ وَهُوَ لاَيَعْلَمُ صَحَّتْ حَتَّى لَوْ تَصَرَّفَ قَبْلَ عِلْمِهِ صَحَّ كَبَيْعِ مَالِ أَبْيْهِ يَظُنُّ حَيَاتِهِ.

"Seperti Aku mewakilkan kepadamu dalam masalah demikian, atau aku menyerahkan kepadamu demikian. Baik penyerahan itu secara lisan atau secara tertulis atau pengiriman utusan. Disyaratkan pula tidak ada penolakan terhadap akad wakalah tersebut sebagaimana keterangan yang akan datang dan tidak disyaratkan mengetahui wakalah. Andaikata seseorang mewakilkan kepadanya sedang dia tidak tahu, maka sah wakalah tersebut; sehingga jika dia melaksanakan sebelum mengetahui ada wakalah, pelaksanaannya sah, seperti menjual harta ayahnya yang dia sangka ayahnya masih hidup".

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...