Judul: Mausu’atu Tibbin Nabawi (Ensklopedi Pengobatan
Nabi)
Pengarang: Al-Hafidz Abu Nu’aim Ahmad Bin Abdullah
Al-Ashbahani
Muhaqqiq: DR. Mushtafa Khidr
Penerbit: Dar Ibn Hazm, Bairut
Tahun Terbit: 2006
Tebal Kitab: 857 (Dua Jilid)
Seperti yang sudah maklum virus
corona sudan menjadi masalah global hingga kini belum ada obat spesifiknya, dan
sekarang masih jadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Badan kesehatan dunia
bahkan menetapkan status pandemi, karena hampir tak ada negara yang absen dari
COVID-19.
Sebenarnya pada masa Rasulullah
dan sahabat, kaum muslimin juga pernah menghadapi pandemik penyakit, dan mereka
bisa menjalaninya dengan tanpa berlu banyak biaya, sebut berwudu, basuh tangan,
saling berpencar, isolasi tempat dan lain sebagainya. Cara Nabi Muhammad dan
para sahabat ini dinilai masih relevan untuk digunakan menghadapi wabah
penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi
COVID-19.
Selain COVID-19, ada banyak juga penyakit
baru yang aneh-aneh di masa sekarang ini, penyebab utamanya adalah budaya
modern yang mempengaruhi manusia untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan,
lezat dan penuh variasi namun menggunakan berbagai jenis bahan kimia berbahaya,
seperti borax (bahan pembuat detergen), formaline (bahan
pembersih tingkat tinggi) sebagai bahan pengawet, belum lagi berbagai bahan
kimia pengemulsi, perencah, pelezat dan lain-lain yang semuanya amat merusak
kesehatan.
Al-Hafidz Abu Nuaim Al-Ashfahani menjelaskan
bahwa kenapa orang terdahulu sangat bugar, karena jenis makanan mereka berasal
dari bahan tunggal seperti gandum, beras, jus buah dan sejenisnya, ketika mereka
terserang penyakit cukup menggunakan obat-obatan herbal yang berasal dari bahan
tunggal pula. Berbeda dengan sekarang yang makanannya terdisi dari bahan kimia,
sehingga menjadi sering terserang penyakit komplikasi yang beragam. Metode
pengobatan herbal zaman dahulu sudah banyak ditinggalkan, tak heran jika banyak
penyakit yang tak bisa tertangani, sekalipun metode pengobatannya sudah modern.
Untuk itu sebaiknya kaum muslimin
menghidupkan kembali metode pengobatan ala Rasulullah, seperti kurma. Dalam sebuah
hadis disebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya dalam kurma ajwa dari
daerah Aliyah ada obat atau itu Ajwa adalah anti racun di pagi hari”(HR
Muslim).
Kurma sering dikonsumsi
masyarakat untuk mengawali berbuka puasa di bulan Ramadhan. Kurma dipercaya
memiliki khasiat untuk kesehatan, menambah kadar gula darah dan mengobati
katarak mata. Sedangkan sari kurma dianggap bisa untuk mengobati demam
berdarah, melancarkan susah buang air besar, sakit tenggorokan, dan insomnia.
Sedangkan pasta kurma apabila dicampur dengan madu dapat dijadikan obat untuk
mengatasi diare.
Selain kurma, ada juga madu yang dianggap
sebagai obat alami untuh tubuh. Allah berfirman: “Dan Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan bagimu. Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia,” (QS An-Nahl ayat 68-69).
Selalin dua obat herbal di atas,
juga jintan hitam, air mawar, cuka buah, air zamzam, kurma, pengobatan bekam,
kompres, sistem karantina, ruqyah dan lainnya. Dan semua itu bisa anda temukan
dalam kitab yang punya tebal 857 halaman ini, disertai dengan hadis yang bisa
dipertanggungjawabkan keabsahannya, karena penulisnya merupakan ahli hadis yang
handal.
Kitab ini secara keseluruhan
dibagi menjadi tiga bagian utama yang tersusun menjadi dua jilid, bagian
pertama membahas tentang biografi Imam Abu Nu’aim, serta metode bilau dalam
Menyusun kitab ini. Pada bagian kedua tentang metode pengobatan alami yang
berkembang sejak zaman Nabi sampai zaman al-Ashfihani. Dan bagian ketiga,
kumpulan hadis-hadis yang berkaitan dengan pengobatan.
Sebenarnya kitab ini tidak jauh
dengan Ath-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim, mungkin bedanya
kitab ini terbit lebih dulu berabad abad sebelum karya Ibnu Qayyim, sehingga
kemungkinan besar Ibnu Qayyim terinpirasi dari karya Abu Nuaim ini dalam
menulis Ath-Thibbun Nabawi.
Dan kitab ini tergolong langka, karena jarang sekali kita temukan ulama sekaliber Abu Nuaim membahas secara mendalam tentang ilmu pengobatan, terlebih lagi pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karenanya kitab ini sangat pas untuk dijadikan rujukan utama pengobatan pada masa pandemi ini.
Baca Juga: Ketika Ibnu Hajar Berbicara Musik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar