Rabu, 27 Juli 2022

Hidup Sehat Ala Nabi

 



Judul: Mausu’atu Tibbin Nabawi (Ensklopedi Pengobatan Nabi)

Pengarang: Al-Hafidz Abu Nu’aim Ahmad Bin Abdullah Al-Ashbahani

Muhaqqiq: DR. Mushtafa Khidr

Penerbit: Dar Ibn Hazm, Bairut

Tahun Terbit: 2006

Tebal Kitab: 857 (Dua Jilid)


Seperti yang sudah maklum virus corona sudan menjadi masalah global hingga kini belum ada obat spesifiknya, dan sekarang masih jadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Badan kesehatan dunia bahkan menetapkan status pandemi, karena hampir tak ada negara yang absen dari COVID-19.

Sebenarnya pada masa Rasulullah dan sahabat, kaum muslimin juga pernah menghadapi pandemik penyakit, dan mereka bisa menjalaninya dengan tanpa berlu banyak biaya, sebut berwudu, basuh tangan, saling berpencar, isolasi tempat dan lain sebagainya. Cara Nabi Muhammad dan para sahabat ini dinilai masih relevan untuk digunakan menghadapi wabah penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi COVID-19.

Selain COVID-19, ada banyak juga penyakit baru yang aneh-aneh di masa sekarang ini, penyebab utamanya adalah budaya modern yang mempengaruhi manusia untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan, lezat dan penuh variasi namun menggunakan berbagai jenis bahan kimia berbahaya, seperti borax (bahan pembuat detergen), formaline (bahan pembersih tingkat tinggi) sebagai bahan pengawet, belum lagi berbagai bahan kimia pengemulsi, perencah, pelezat dan lain-lain yang semuanya amat merusak kesehatan.

Al-Hafidz Abu Nuaim Al-Ashfahani menjelaskan bahwa kenapa orang terdahulu sangat bugar, karena jenis makanan mereka berasal dari bahan tunggal seperti gandum, beras, jus buah dan sejenisnya, ketika mereka terserang penyakit cukup menggunakan obat-obatan herbal yang berasal dari bahan tunggal pula. Berbeda dengan sekarang yang makanannya terdisi dari bahan kimia, sehingga menjadi sering terserang penyakit komplikasi yang beragam. Metode pengobatan herbal zaman dahulu sudah banyak ditinggalkan, tak heran jika banyak penyakit yang tak bisa tertangani, sekalipun metode pengobatannya sudah modern.

Untuk itu sebaiknya kaum muslimin menghidupkan kembali metode pengobatan ala Rasulullah, seperti kurma. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya dalam kurma ajwa dari daerah Aliyah ada obat atau itu Ajwa adalah anti racun di pagi hari”(HR Muslim).

Kurma sering dikonsumsi masyarakat untuk mengawali berbuka puasa di bulan Ramadhan. Kurma dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, menambah kadar gula darah dan mengobati katarak mata. Sedangkan sari kurma dianggap bisa untuk mengobati demam berdarah, melancarkan susah buang air besar, sakit tenggorokan, dan insomnia. Sedangkan pasta kurma apabila dicampur dengan madu dapat dijadikan obat untuk mengatasi diare.

Selain kurma, ada juga madu yang dianggap sebagai obat alami untuh tubuh. Allah berfirman: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia,” (QS An-Nahl ayat 68-69).

Selalin dua obat herbal di atas, juga jintan hitam, air mawar, cuka buah, air zamzam, kurma, pengobatan bekam, kompres, sistem karantina, ruqyah dan lainnya. Dan semua itu bisa anda temukan dalam kitab yang punya tebal 857 halaman ini, disertai dengan hadis yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya, karena penulisnya merupakan ahli hadis yang handal.

Kitab ini secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian utama yang tersusun menjadi dua jilid, bagian pertama membahas tentang biografi Imam Abu Nu’aim, serta metode bilau dalam Menyusun kitab ini. Pada bagian kedua tentang metode pengobatan alami yang berkembang sejak zaman Nabi sampai zaman al-Ashfihani. Dan bagian ketiga, kumpulan hadis-hadis yang berkaitan dengan pengobatan.

Sebenarnya kitab ini tidak jauh dengan Ath-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim, mungkin bedanya kitab ini terbit lebih dulu berabad abad sebelum karya Ibnu Qayyim, sehingga kemungkinan besar Ibnu Qayyim terinpirasi dari karya Abu Nuaim ini dalam menulis Ath-Thibbun Nabawi.

Dan kitab ini tergolong langka, karena jarang sekali kita temukan ulama sekaliber Abu Nuaim membahas secara mendalam tentang ilmu pengobatan, terlebih lagi pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karenanya kitab ini sangat pas untuk dijadikan rujukan utama pengobatan pada masa pandemi ini.


Baca Juga: Ketika Ibnu Hajar Berbicara Musik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adab-adab berdoa

Adab-adab berdoa  Doa berarti memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala terhadap sesuatu yang bersifat baik. Seperti berdoa m...