Diantara amal baik ada amal yang terus mengalir pahalanya bahkan saat pelaku sudah meninggal, itulah yang disebut amal jariyah. Begitu pula keburukan, ada yang terus mengalir dosanya, bahkan ketika si pendosa meninggal itulah yang disebut dosa jariyah
Imam Ghazali menegaskan:
طُوبَى لِمَنْ إِذَا مَاتَ مَاتَتْ مَعَهُ ذُنُوبُهُ وَالْوَيْلُ الطَّوِيلُ لِمَنْ يَمُوتُ وَتَبْقَى ذُنُوبُهُ مِائَةَ سنة ومائتي سَنَةٍ أَوْ أَكْثَرَ يُعَذَّبُ بِهَا فِي قَبْرِهِ ويسئل عنها إلى آخر انقراضها
[أبو حامد الغزالي ,إحياء علوم الدين ,2/74]
“Berbahagialah, siapa yang mati dan dosanya ikut mati bersama kematiannya. Namun celaka bagi siapa yang mati akan tetapi dosanya tetap hidup hingga seratus atau duaratus tahun, dia disiksa di kuburnya dan terus dimintai pertanggungjawaban atas dosa-dosanya itu sampai akhir habisnya dosa tersebut” (Ihya’ ‘Ulumuddin; 2/74)
Dunia medsos ini bisa menjadi sarana kita untuk mendapatkan pahala jariyah dengan cara menulis, share atau meng-upload hal-hal positif dan bermanfaat. Bisa jadi ada orang yang sadar dan mendapatkan pencerahan sehingga bisa menjadi pahala jariyah.
Berbeda ketika kita mengisinya dengan hal-hal negatif. Bisa jadi kita sudah tidak ada tapi tulisan dan postingan kita tetap dibaca orang. Sehingga bisa menjadi dosa jariyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar