Nama lengkap
Nama lengkapnya adalah Qutb
al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur
bin Aḥmad bin Maḥmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada hari Rabu,
tanggal 4 Syawal 1114 H atau 21 Februari 1703 M . di Phulat , sebuah kota kecil
di dekat Delhi. Beliau lahir pada masa Akhir dinasti Kesultanan Maghul atau
empat tahun sebelum Sultan Aurangzeb Sultan
Maghul yang ke wafat
Masih keturunan Khulafaur
Rasyidin
Dalam banyak karangan beliau menyatakan
Kalau beliau adalah masih keturunan Sayidina Umar dari jalur ayah dan merupakan
keturunan yang ke 33 walaupun sebagian kalangan yang menyangsikannya Sehingga dalam
nisbatnya selain al-dahlawi, dibelakang namanya sering dilengkapi dengan
al-Umari, dan al-Faruqi dan kalau dilihat dari garis keturunan ibunya
menyambung kepada Ali ibn Thalib.
Beliau hidup di lingkungan
terhormat dan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, tercatat sejak abad ke 6
hijriyah kakek buyut beliau Syamsuddin sudah memegang jabatan Mufti dan ini
terus turun sampai pada ayah beliau Abdurrahim yang menjadi teman dekat Sultan Aurangzeb
penguasa Kesultanan Maghul sekaligus salah satu penyusun kitab Fatawa
al-Hindiyah.
Beliau mulai mengeyam pendidikan
sekolah sejak berusia 5 tahun, pada usia 7 tahun beliau sudah selesai menghafal
al-Quran secara sempurna pada usia 10 tahun beliau menamatkan pendidikan
dasarnya, pada usia 15 beliau sudah dibaiat oleh sang ayah menjadi pengikut
tariqah an-Naqsyabandiyah dan pada tahun yang sama beliau menikah
Perjalanan ke tanah haram
Pemikiran
Ketika ia dewasa
ia menyaksikan kemunduran yang dialami oleh umat Islam India dalam berbagai hal
dan berada pada titik kritis kemundurannya. Hal ini sangat berbeda sekali
dengan ketika ia dilahirkan, dimana kerajaan moghul Islam sedang dalam puncak
kebesarannya.
Dalam keadaan
demikian ia terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan politik di
India zaman itu. Sebagai seorang yang realistik, ia berusaha memberikan diagnose
terhadap perbagai penyakit yang merasuki politik maupun semangat keagamaan
masyarakat Islam, dan menganjurkan cara pengobatan untuk kesembuhannya dari
jurang kehancuran.
Menurutnya, salah
satu sebab kemunduran umat Islam salah satunya adalah masuknya adat-istiadat
dan ajaran-ajaran bukan islam ke dalam keyakinan umat islam (bid’ah). Umat
Islam di India menurutnya banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat dan ajaran
Hindu. Karena itu keyakinan ajaran umat islam harus dibersihkan dari hal-hal
asing tersebut. Mereka mesti dibawa kembali kepada ajaran-ajaran islam yang
sebenarnya bersumber yang asli yaitu Al Qur’an dan Hadits. Dan untuk mengetahui
ajaran-ajaran islam sejati, orang harus kembali kepada 2 sumber tersebut bukan
kepada buku-buku tafsir, fiqih, ilmu kalam dan sebagainya.
Dan penyebab
kemunduran umat yang lainnya adalah taqlid atau mengikut dan patuh pada
penafsiran dan pendapat-pendapat ulama-ulama masa lampau. Ia mensarankan agar
masyarakat Islam bersifat dinamis. Penafsiran yang sesuai untuk suatu zamannya
belum tentu sesuai dengan zaman sesudahnya. Oleh karena itu ia menentang taqlid
dan sangat menganjurkan untuk berijtihad. Ajaran-ajaran dasar yang terdapat
dalam Al Qur’an dan hadits, melalui ijtihad harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Karena itu dalam rangka pemikiran ajaran islam yang murni
dan yang telah kemasukan adat istiadat, ia membedakan antara Islam yang
universal dan Islam yang mempunyai corak lokal. Islam universal mengandung
ajaran-ajaran dasar yang kongkrit, sedang islam lokal mempunyai corak yang
ditentukan oleh kondisi tempat yang bersangkutan, dan yang harus dikembangkan
menurutnya adalah Islam yang universal.
Sebab lainnya
adalah sistem pemerintahan dinasti kerajaan (otokratis). Karena ada perubahan
sistem pemerintahan Islam dari system kekhalifahan yang bersifat demokratis
menjadi sistem kerajaan yang bersifat otokratis. Dalam sejarah raja-raja pada
umumnya mempunyai kekuasaan absolut. Besarnya pajak yang harus dibayar petani,
buruh, pedagang ditentukan sendiri. Pajak yang tinggi harus dibayar rakyat,
menurutnya membawa pula pada kelemahan umat. Selanjutnya hasil pajak yang
tinggi dipergunakan bukan untuk kepentingan umat tetapi untuk membelanjai hidup
mewah dari kaum bangsawan yang tidak mempunyai pekerjaan apa-apa. Pemungutan
dan pembelanjaan uang yang tidak adil ini menimbulkan perasaan tidak senang
rakyat sehingga ketertiban dan keamanan terganggu. Untuk mengantisipasi hal-hal
negatif tersebut, ia berpendapat bahwa sistem pemerintahan yang terdapat di
zaman khalifah yang empat (khalifaurrasyiddin) perlu dihidupkan kembali.
Syah Waliyullah
juga berusaha mendamaikan perpecahan yang terjadi dikalangan umat islam, yang
diakibatkan oleh pertentangan oleh aliran dan mazhab. Menurutnya hal ini
merupakan sebab lain bagi lemahnya umat Islam. Pada zamannya memang terjadi
pertentangan yang sangat tajam antara Sunni dengan Syi’ah, Mu’tazilah dengan
Asy’ariyah dan Maturidiyah, dilain pihak Kaum Sufi dan kaum Syari’ah dan
diantara pengikut Mazhab yang 4-pun demikian. Oleh sebab itu ia berusaha untuk
mengadakan suasana damai antara golongan-golongan tersebut. Syi’ah oleh
kalangan sunni yang mayoritas dipandang telah keluar dari Islam, pendapat ini
dilawan oleh Syah Waliyullah dengan menegaskan bahwa kaum Syi’ah sama halnya
dengan kaum Sunni, masih tetap Islam. Ajaran-ajaran yang mereka anut tidak
membuat mereka keluar dari Islam.
Dalam bidang
tasauf ia berupaya menyelaraskan konsepsi Ibn Arabi tentang wihdah al wujud
(kesatuan wujud) dengan konsepsi Syaikh Ahmad Sirhindi (w.1624 M) tentang
wahdah al syuhud (kesatuan penyaksian).
Dalam bidang hadist, ia adalah pelopor
kebangkitan hadits di wilayah India, dimana waktu itu studi hadits di Timur
Tengah mengalami kemandegan. Dalam bidang hadits ini, ia membuat syarah kitab
Al Muwaththa karya Imam Malik dalam dua bahasa (bahasa Arab dan Persia), yaitu
Al Mushaffa dan Al Maswa. Pembaharuan dalam pemikiran dan juga studi hadits ini
ini dilanjutkan oleh anak dan cucu-cucunya.
Karya-karya Beliau.
Karya-karya yang telah diukir
oleh Ulama multidisipliner ini sangat banyak. Zafrul Islam Khan menyebutkan
bahwa kitab karangan Shah Waliyullah al-Dihlawi berjumlah 100 buah yang
mencakup berbagai varian ilmu, mulai al-Qur’an, hadis, tarikh, fikih, usul
fikih, tasawwuf, filsafat, dan politik. Hasil karya tersebut ditulis dalam
bahasa Arab maupun persia dan kebanyakan dibuat setelah rihlah ilmiyah selama
14 bulan di Hijaz, termasuk Ḥujjah Allah al-Bāliġah yang memuat metodologi
pemahaman hadis al-Dihlawī. J.M.S. Baljon menyebutkan ada dua karya al-Dihlawi
yang dikarang sebelum keberangkatannya ke Hijaz. Dua karya tersebut adalah
al-Qasida al-Lamiya (lirik puisi, bahasa arab) dan al-Qawl al-Jamil fi Bayan
Sawa’ al-Sabil.
Beliau merupakan ulama yang
produktif dan ahli dalam berbagai fan. Berikut nama-nama kitab berdasarkan
disiplin ilmunya.
Dalam bidang Ulum al-Qur`an: 1)
Fathu ar-Rahman fi tarjamah al-Quran dengan bahasa prancis, 2) Az-Zahrawin
fi tafsir surah al-Baqarah wa al-Imran. 3) Al-fauzul Kabir fi ushul
at-TafsirMenerangkan lima dasar al-quran dan ta’wil huruf muqatha’ah.Ta`wil
al-ahadits. Berbicara tentang kisah para nabi dan menerangkan dasar diutusnya
bersama kehidupan sebelum kenabian bersama kabilah kaumnya, dan juga memaparkan
hikmah ilahiyah di zaman mereka.
5. Al-fath al-Khabir. Sama dengan bagian
kelima dari kitab al-fauzul Kabir fi ushul at-Tafsir dengan menitik beratkan
kepada gharib al-Qur`an dan tafsirnya yang diriwayatkan dari Abdullah ibn Abbas
R.A.
6. Qawanin at-Tarjamah. Menjelaskan metode
terjemah al-Quran serta solusi problematika didalamnya.
Dalam bidang Hadits wa Ulumihi:
1. Al-Musthafa syarh al-Muwatha`
2. Al-Maswa syarh al-Muwatha` ditulis dengan
bahasa arab dengan disertai perbedaan madzhab dan penjelasan lafadz-lafadz yang
gharib
3. Syarh tarajim abwab al-bukhari
4. An-nawadir min ahadits sayyid al-awail wa
al-akhirin
5. Arbain. Kumpulan empat puluh hadits yang
diriwayatkan dari gurunya abi thahir dengan sanad yang muttashil kepada ali bin
abi thalib, R.A.
6. Ad-dar ats-tsamin fi mubasyarat an-nabi
al-amien
7. Al-irsyad ila muhimmat al-isnad
8. Risalah basyithah fi al-asanid. Ditulis
dengan bahasa prancis.
Dalam bidang ushul ad-Din:
1. Hujjatullah al-Balighah. Kitab yang
membahas ilmu asrar asy-syariah dan hukumnya.
2. Izalah al-khafa` an khilafah al-khulafa`.
Dalam bahasa arab.
3. Husn al-Aqidah.
4. Al-Inshaf fi bayan asbab al-Ikhtilaf.
5. Aqd al-Jayyid fi ahkam al-ijtihad wa
at-Taqlid.
6. Al-budur al-Bazighah.
7. Al-muqaddimat as-sunniyah fi intishar
al-Firqah sunniyah.
Bidang Ilmu Hakikat dan Behaviourisme:
1. Al-maktub al-Madani.
2. Althaf al-Quds fi abayan lathaif an-Nafs.
3. Al-Qawl al-Jamil fi Bayan sawa`i
as-Sabil.
4. Al-Intibah fi Salasil Awliya`Illah.
5. Hama’at.
6. Lama’at.
7. Satha’at.
8. Hawami’. Syarah Hizb al-Bahr.
9. Syifa` al-Qulub.
10. Khair al-Katsir.
11. At-Tafhimat. Al-Ilahiyah.
12. Fuyud al-haramain.
Bidang sejarah dan sastra:
1. Surur al-Mahzun. Dalam bahasa prancis.
Ringkasa kitab Nur al-Uyun fi talkhis sir al-amien wa al-Ma`mun.
2. Anfas al-Arifin. Kitab yang berisi
biografi sesepuh beliau dan pembesar keluarganya.
3. Insan al-ain fi Masyayikh al-Haramain.
4. Diwan asy-syi’ri al-Arabi.[5]
Karya-karya yang telah diukir oleh Ulama multidisipliner ini sangat banyak. Zafrul Islam Khan menyebutkan bahwa kitab karangan Shah Waliyullah al-Dihlawi berjumlah 100 buah yang mencakup berbagai varian ilmu, mulai al-Qur’an, hadis, tarikh, fikih, usul fikih, tasawwuf, filsafat, dan politik. Hasil karya tersebut ditulis dalam bahasa Arab maupun persia dan kebanyakan dibuat setelah rihlah ilmiyah selama 14 bulan di Hijaz, termasuk Ḥujjah Allah al-Bāliġah yang memuat metodologi pemahaman hadis al-Dihlawī. J.M.S. Baljon menyebutkan ada dua karya al-Dihlawi yang dikarang sebelum keberangkatannya ke Hijaz. Dua karya tersebut adalah al-Qasida al-Lamiya (lirik puisi, bahasa arab) dan al-Qawl al-Jamil fi Bayan Sawa’ al-Sabil
Sudah lebih seminggu saya ingin menulis biografi syekh Waliyullah ad-Dahlawi tapi baru ketulis sekarang, berawal dari searcing di google tentang beliau bulan kemarin saya sedikit mengetahui tentang beliau namun setelah saya membaca di buku karangan beliau yang di terjemahkan dari bahasa prancis kedalam bahasa arab oleh Salman al-Husaini an-Nadwa ada banyak info biografi beliau yang salah mulai dari tanggal lahir dan wafatnya juga nama asli beliau. Berikut biografi singkat Syekh Waliyullah ad-Dahlawi.
Hari rabu 14 syawal tahun 1114 H. ad-Dahlawi kecil dilahirkan dengan nama Qutubuddin ahmad bin Abdurrahim bin Wajihuddin al-Umriy ad-Dahlawi. Sang ayah, Abdurrahim, merupakan ulama terkemuka di dahliy (nama tempat) yang menguasai ilmu dhahir dan batin serta mempunyai derajat yang tinggi dalam thoriqoh sufi. Meninggal dunia pada siang hari tahun 1176 H. di kota delhi hari sabtu bulan Muharram.
Ad-Dahlawi kecil mulai belajar secara teratur kepada ayahnya sendiri. Ketika mencapai usia sepuluh tahun beliau mempelajari syarhul al-kafiyah karya al-Jami serta mempelajari tafsir baidhawi hingga berusia suapuluh lima tahun,dan banyak kitab-kitab lainnya dalam bidang hadits,fiqh, ushul fiqh, akhlaq, mantiq, ilmu kalam, tasawwuf, hikmah, ma’ani, kedokteran, dan lain-lain. Semuanya beliau pelajari dari ayahnya kecuali hadits beliau mengambil riwayat dari imam hadits dizamannya muhammad afdhal as-Sialkuti.
Pada tahun 1143 beliau pergi ke haramain untuk menunaikan ibadah haji bersama paman dari ibunya syeh Ubaidilah al-Barhuwi, sepupunya muhammad ‘Asyiq serta sahabat yang lainnya. Ad-Dhalawi berada di haramain selama dua tahun dan menjadi murid dari syeh Abi Thahir Muhammad bin Ibrahim dimadinah munawwarah, ad-Dahlawi berlajar kepadanya, sampai hatam, Shahih bukhari dengan cara qiraah dan sima’i. Beberapa dari shahih muslim, jami’ turmudi, sunan abi daud sunan ibn majah, muwatta` imam Malik, musnad imam Ahmad, ar-risalanya imam Syafi’i, jamiil kabir. Dan hanya mendengarkan (sima’i) dari syeh abi Thahir Muhammad kitab musnad al-Hafid ad-Darimidari mulai awal sampai akhir dalam sepuluh kali pertemuan didalam masjid nabawi disamping mihrab usmani mengahadap makam nabi.
Ad-Dahlawi merupakan pelajar yang cerdas dan ulet sehingga tak ayal syehnya di madinah mengatakan bahwa “dia (ad-Dahlawi) mengambil sanad dari lafadz dan saya hanya menbenarkan maknanya” bermodal kepintarannya semasa belajar lahirlah bermacam-macam karya dari tangan beliau yang menunjukkan betapa luas ilmu yang dikuasainya. Berikut nama-nama kitab berdasarkan disiplin ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar