Jumat, 31 Oktober 2025

Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini: Panduan Mendidik Anak menurut Imam Al-Ghazali

Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini: Panduan Mendidik Anak menurut Imam Al-Ghazali

Pendahuluan

Anak adalah amanah besar yang dititipkan Allah kepada orang tua. Ia lahir dalam keadaan suci, ibarat kertas kosong yang siap ditulisi apa saja. Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, mendidik anak sejak dini bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga tanggung jawab agama. Gagal mendidik anak berarti menjerumuskannya ke dalam kebinasaan dunia dan akhirat, dan dosanya menjadi beban orang tua dan pendidik.

Pendidikan Sejak Masa Bayi

Pendidikan anak dimulai bahkan sejak masa menyusu. Al-Ghazali menekankan pentingnya memilih ibu susu yang salehah dan memakan yang halal. Sebab, pengaruh makanan dan karakter pengasuh akan membekas dalam diri anak sejak usia dini.

Mengawasi Tanda-Tanda Awal Kematangan

Tanda pertama dari perkembangan akal anak adalah rasa malu. Jika seorang anak mulai merasa segan dan malu terhadap hal tertentu, itu pertanda cahaya akalnya mulai bersinar. Pada tahap ini, anak harus mulai diarahkan dan dibimbing, sebab rasa malu adalah pintu masuk kepada akhlak dan kebajikan.

Pembiasaan Adab dan Akhlak

Imam Al-Ghazali menyebut bahwa sifat pertama yang muncul pada anak-anak biasanya adalah rakus terhadap makanan. Maka, pendidikan akhlak dimulai dari meja makan: mengajarkan membaca basmalah, makan dengan tangan kanan, tidak mengambil lebih dahulu, tidak melototi makanan, makan dengan tenang dan bersih, serta menanamkan nilai kesederhanaan dan berbagi.

Demikian pula dalam berpakaian, anak tidak boleh dibiasakan hidup mewah atau memakai pakaian mencolok. Ia harus dididik untuk mencintai kesederhanaan dan menghindari kesan angkuh atau ingin tampil mencolok.

Bahaya Kemewahan dan Teman Buruk

Anak harus dijauhkan dari teman-teman yang terbiasa dengan kemewahan, karena pengaruh buruk mudah sekali menular pada usia dini. Jika anak dibiarkan tumbuh bebas tanpa didikan dan kontrol, ia akan tumbuh menjadi pembohong, pemalas, pendengki, pencela, bahkan penipu. Sebab itu, pendidikan akhlak adalah tameng utama agar anak tidak terseret pada keburukan.

Penguatan melalui Keteladanan dan Pujian

Jika seorang anak menunjukkan perilaku baik, maka harus diberikan penghargaan berupa pujian atau hadiah. Namun jika ia melakukan kesalahan sesekali, maka orang tua perlu bersikap bijak: tidak langsung menegur di depan umum, apalagi mempermalukan. Kesalahan anak perlu disikapi dengan nasihat pribadi yang penuh kasih, agar tidak menumbuhkan sikap berani berbuat buruk secara terang-terangan.

Adab Sehari-hari yang Harus Ditanamkan

Al-Ghazali menggariskan sejumlah adab dasar yang harus ditanamkan sejak kecil:

Tidak tidur di siang hari (karena menumbuhkan rasa malas).

Terbiasa hidup sederhana, tidak manja terhadap tempat tidur, makanan, dan pakaian.

Tidak menyombongkan diri dengan harta orang tua.

Tidak mengambil barang milik orang lain tanpa izin.

Menanamkan bahwa kemuliaan ada pada memberi, bukan mengambil.

Menjauhi cinta dunia, emas, dan perak, karena kecintaan itu lebih berbahaya dari racun.

Menjaga etika sosial: tidak meludah, tidak menguap, tidak banyak bicara di depan orang, dan menjaga sikap tubuh.


Pendidikan Ibadah dan Ketakwaan

Ketika anak mencapai usia tamyiz (bisa membedakan baik dan buruk), maka ia harus dibiasakan berwudhu, salat, dan bahkan berpuasa sebagian hari di bulan Ramadan. Ia juga harus diperkenalkan dengan nilai halal-haram, bahaya mencuri, berbohong, berkhianat, serta segala batasan agama lainnya.

Bermain sebagai Kebutuhan Jiwa

Imam Al-Ghazali tidak melarang anak bermain, bahkan menganjurkannya. Setelah pulang belajar, anak boleh bermain dengan permainan yang baik. Jika anak terus-menerus dipaksa belajar tanpa waktu bermain, maka hatinya akan mati, kecerdasannya padam, dan ia akan membenci ilmu.

Menanamkan Sikap Hormat dan Taat

Anak harus diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua, baik dari keluarga maupun bukan. Ia tidak boleh bermain-main di hadapan mereka, harus sopan, dan siap membantu. Ketundukan kepada guru dan orang tua adalah bagian dari pendidikan hati dan karakter.


Penutup

Panduan pendidikan anak dari Imam Al-Ghazali bukan sekadar teori, tetapi hasil perenungan mendalam terhadap hakikat manusia. Ia menekankan bahwa pembentukan karakter dan akhlak harus dimulai sejak dini — dari rumah, dari meja makan, dari pakaian yang dipakai, dari kata-kata orang tua. Anak bukan hanya butuh ilmu, tetapi lebih dulu butuh akhlak. Sebab, dari akhlaklah ilmu akan tumbuh menjadi cahaya yang menerangi, bukan menjadi alat kesesatan.

Referensi: Ihya Ulumuddin 3/73

Sabtu, 25 Oktober 2025

5 Tanda Orang Cerdas yang Tidak Terendus Kepintarannya

5 Tanda Orang Cerdas yang Tidak Merasa Perlu Memamerkan Kepintaran

Tidak sedikit orang mengira bahwa kecerdasan identik dengan kefasihan berbicara, sering tampil di forum diskusi, atau menggunakan istilah-istilah kompleks dalam percakapan. Padahal, kecerdasan sejati sering kali tidak bersuara keras. Ia hadir dalam bentuk ketenangan, kerendahan hati, dan kejelasan berpikir.

Penelitian oleh David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999 menunjukkan fenomena menarik yang dikenal sebagai Dunning-Kruger Effect—yakni ketika individu dengan kemampuan rendah justru memiliki kepercayaan diri berlebih. Sementara mereka yang benar-benar kompeten cenderung meragukan diri dan enggan menganggap dirinya “paling tahu.”

Artikel ini akan membahas lima karakteristik utama dari orang-orang yang benar-benar cerdas, namun tidak merasa perlu menunjukkan atau menyombongkan kecerdasannya.

1. Lebih Gemar Bertanya daripada Terburu-Buru Memberi Jawaban

Orang yang cerdas memahami bahwa dunia tidak sesederhana yang tampak. Mereka tahu bahwa di balik satu persoalan, bisa terdapat banyak dimensi dan sudut pandang. Oleh karena itu, mereka cenderung mengajukan pertanyaan kritis daripada langsung menyampaikan kesimpulan.

Mereka akan bertanya:

“Apa sumber data dari pernyataan itu?”
“Jika dilihat dari perspektif berbeda, apakah hasilnya akan sama?”



Bagi mereka, bertanya bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk berpikir dalam dan kehati-hatian intelektual.

2. Menyadari Batas Pengetahuannya

Orang yang benar-benar cerdas tidak merasa perlu tampil serba tahu. Ketika tidak menguasai suatu topik, mereka jujur mengakui:

“Saya belum membaca tentang hal itu.”
“Itu bukan bidang keahlian saya.”

Pernyataan semacam ini menunjukkan integritas dan kejujuran intelektual. Mereka tidak takut terlihat tidak tahu, karena mereka tahu bahwa mengakui ketidaktahuan adalah langkah pertama untuk belajar lebih dalam.

Sebaliknya, mereka yang terlalu percaya diri tanpa dasar kerap hanya mengulangi opini orang lain, tanpa pemahaman mendalam.

3. Tidak Tertarik Menang dalam Perdebatan

Kecerdasan sejati tidak mencari validasi lewat adu argumen. Orang yang benar-benar paham akan suatu hal tidak merasa perlu membungkam pendapat orang lain untuk membuktikan dirinya benar.

Ketika pendapat mereka tidak disetujui, mereka merespons dengan sikap terbuka:

 “Itu sudut pandang yang menarik.”


Mereka menyadari bahwa mengalah dalam debat bukan berarti kalah dalam berpikir. Justru, mereka lebih memilih menyimpan energinya untuk diskusi yang membangun daripada pertengkaran ego.

4. Mampu Menyederhanakan Hal yang Rumit

Albert Einstein pernah berkata:

“Jika Anda tidak bisa menjelaskan sesuatu secara sederhana, berarti Anda belum benar-benar memahaminya.”


Orang cerdas bukan yang memperumit pembicaraan dengan istilah teknis yang rumit, tetapi yang bisa menyampaikan gagasan kompleks dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tujuan mereka bukan untuk mengesankan, melainkan untuk memahamkan.

Mereka sadar bahwa komunikasi yang baik bukanlah ajang unjuk kebolehan, melainkan cara menyampaikan makna secara efektif.


5. Terus Penasaran Meski Sudah Banyak Mengetahui

Salah satu ciri khas kecerdasan adalah kerendahan hati untuk terus belajar. Orang cerdas menyadari bahwa pengetahuan bersifat dinamis, dan tidak pernah selesai.

Mereka terbuka untuk membaca ulang buku yang sama dengan sudut pandang baru, mendengarkan pendapat orang lain, bahkan bersedia mengubah pandangannya jika ternyata keliru.

Susan Cain dalam bukunya Quiet menyebut bahwa orang-orang dengan kecerdasan mendalam cenderung reflektif, penuh rasa ingin tahu, dan menjadikan proses belajar sebagai bagian dari perjalanan hidup.

Kesimpulan: Kecerdasan Sejati Tidak Perlu Diramaikan

Jika Anda pernah bertemu dengan seseorang yang tenang, tidak suka menyela, tetapi sekali berbicara langsung membuat Anda berpikir ulang besar kemungkinan Anda sedang berhadapan dengan orang yang benar-benar cerdas.

Dan bila Anda ingin menjadi pribadi yang dihormati karena kecerdasan, bukan ditakuti karena merasa paling tahu mulailah dengan bersikap rendah hati, lebih banyak bertanya, dan menjelaskan sesuatu dengan cara yang sederhana.

Refleksi untuk Pembaca

Dari kelima ciri tersebut, manakah yang paling sering Anda temui dalam lingkungan sekitar? Atau manakah yang sedang Anda latih dalam diri Anda sendiri?

Jika Anda memiliki teman yang cerdas namun tidak pernah mencari panggung, sebutkan namanya karena dunia ini butuh lebih banyak orang bijak yang memilih berbicara seperlunya dan berpikir sebelum menghakimi.


Jumat, 24 Oktober 2025

Shahabat Yang Hijrah 3 Kali

Siapa Sahabat yang hijrah sampai tiga kali? 

Adalah Abu Musya Al-Asy'ari Shahabat yang sampai hijrah 3 kali: 

Pertama, hijrah dari tanah kelahirannya, Zabid Yaman menuju Mekkah untuk belajar agama islam. 

Kedua, Hijrah Dari Mekkah Ke Habasyah

Ketiga, hijrah dari Habasyah menuju madinah

Reff:
Syuruq Al-Anwar Al-Muhammad iyah 1/136

Kamis, 23 Oktober 2025

10 SYARAT SAH MEMBACA AL-FATIHAH DIDALAM SHOLAT

10 SYARAT SAH MEMBACA AL-FATIHAH DIDALAM SHOLAT. 

1. Bacaan Al-fatihah bisa didengar oleh diri sendiri dalam kondisi normal yaitu tidak ada keributan dan tidak tuli. 

2. Membaca Al-Fatihah dengan tertib sesuai dengan urutan ayatnya. Jika bacaannya tidak tertib, maka ada dua keadaan
- Ada yang merubah makna seperti إياك نعبد menjadi نعبد اياك. Jika disengaja dan tau itu haram maka batal shalatnya, sedangkan jika tidak disengaja dan tidak tau haram maka batal bacaan alfatihah, sehingga harus diulangi.

- Adakala tidak merubah makna, seperti mendahulukan مالك يوم الدين dari pada الرحمن الرحيم. Maka rinciannya
 a). Lafaz yang didahulukan tidak dihitung secara mutlak sebagai bacaan alfatihah, dan shalatnya tidak batal. 
 b). Lafaz yang ditakhirkan. 
Apabila diniatkan sebagai penyempurna lafaz sebelumnya, maka tidak dihitung sebagai Al-Fatihah. 
Apabila diniatkan sebagai permulaan, 
* jika dipisah antara lafaz yang terdahulu dan terakhir dengan pemisah yang panjang, maka diulang dari awal
* jika tidak dipisah dengan pemisah yang panjang, maka sempurnakan saja, tidak wajib diulang dari awal.

3. Muwalat yaitu beriringan antara kalimat-kalimat Al-Fatihah atau ayat Al-Fatihah, tidak dipisah dengan jeda yang panjang.

hal-hal yang memisahkan itu: 
a. Diam
b. Perkataan yang diluar sholat.

a. Dipisah oleh Diam 
- Diam yang panjang (lebih dari ukuran tarik nafas). 
1). Jika tidak tau /tidak sengaja /lupa / menguap, maka tidak memutus muwalat. 
2). Jika sengaja, maka putus muwalat sehingga batal Al-fatihahnya , wajib ulang bacaan Al-fatihah.

- Diam yang pendak (ukuran tarik nafas). 
Jika diniatkan untuk memutus Al-fatihah, maka putus muwalatnya & batal bacaan Al-fatihahnya sehingga wajib ulang bacaan Al-fatihahnya. Jika untuk tarik nafas saja, maka boleh.

b. Dipisah oleh perkataan yang diluar sholat.
- Ada yang masih berhubungan dengan sholat, seperti membaca "aamiin" untuk akhir Al-fatihah imam ketika menjadi ma'mum. maka tidak putus muwalatnya. 

- Ada yang tidak berhubungan dengan sholat. seperti kita bersin ketika membaca Al-Fatihah, lalu kita baca "Alhamdulillah" maka putus muwalatnya, walaupun perkataannya sedikit.

4.Memelihara huruf dan tasydid Al-fatihah. 

Jumlah huruf Al-Fatihah, ini ada khilaf : 
- ada yang mengatakan 156 , jika ditetapkan ألف pada مالك (lemah)
- ada yang mengatakan 155 , jika dibuang ألف pada مالك (lemah). Sebagian ulama pada rakaat pertama pakai ألف. Pada rakaat ke-2 tidak pakai ألف. Karena sunnah memanjangkan قراءة di rakaat pertama dari rakaat kedua.
- ada yang mengatakan 138 , ini pendapat imam Az-ziyadi (kuat).

Jumlah tasydid dalam surah Al-Fatihah itu ada 14. 

Makna memelihara huruf: 
* tidak membuang hurufnya. 
* tidak mengganti dengan huruf yang lain.

Makna memelihara tasydid: 
* tidak membuang tasydid , seperti إيّاك khusus pada contoh ini jika dibuang tasydidnya & diniatkan, maka "kafir" karena makna nya berubah menjadi "cahaya matahari yang kita sembah". Jika dibuang tasydidnya tapi tidak diniatkan maknanya, maka tidak kafir tapi batal Al-fatihahnya. 
* Mentasydid huruf yang tidak ada tasydidnya, maka itu sah sholatnya tapi tercela dan hukumnya makruh.
* Ketika kita tidak membaca tasydidnya, membuang / mengganti huruf Al-Fatihah. Maka wajib ulang dari yang tertinggal. 
~ Jika tidak diulang karena lupa atau tidak tahu, maka tidak batal salatnya tapi rakaatnya tidak dihitung sehingga wajib menambah satu rakaat lagi sebelum salam.
~ jika tidak diulang karena sengaja, maka batal sholatnya.

5. Tidak ada lahen لحن yang merubah makna. Lahen adalah membaca harkat kalimat tidak mengikuti tuntunan yang ada (mengganti harokatnya).

Lahen itu ada 2 :
a. Lahen yang merubah makna. Seperti أَنْعَمْتَ menjadi أَنْعَمْتُ .
- jika sengaja & tau itu haram, maka batal sholatnya. 
- jika tidak sengaja, lupa atau tidak tau itu haram, maka batal bacaannya. sehingga ulang dari yang di baca lahen.

b. Lahen yang tidak merubah makna. Seperti ُاَلْحَمْد menjadi اَلْحَمْدِ.
- jika sengaja dan tau itu haram. Maka tidak batal bacaannya tapi hukumnya haram.
- jika tidak sengaja atau lupa atau tidak tahu itu haram, maka tidak batal bacaannya dan tidak haram tapi mubah.

6. Tidak membaca Al-Fatihah dengan qiroah yang شاذ yang merubah makna. Seperti أَنْعَمْتَ menjadi أَنْعَمْتُ . 
- jika sengaja dan tau itu haram, maka batal sholatnya. 
- jika tidak sengaja dan tidak tahu itu haram, Maka batal bacaannya. wajib ulang dari bagian yang salahnya. 

7.Membaca tiap-tiap ayat dari surah Al-Fatihah.
Bagaimana Kalau ragu Apakah sudah berjalan jadi hak atau tidak Dan setelah baca Al-fatihah? 
- jika ragu pada asal Al-fatihah (ada baca Al-fatihah atau tidak). Maka wajib ulang Al-fatihah dari awal.
- jika lagu pada sebagian Al-fatihah. Maka tidak wajib ulang Al-fatihahnya.
Berbeda halnya Kalau ragunya itu ketika sedang membaca Al-Fatihah, Apakah sudah baca sebagian ayatnya atau belum, maka wajib ulang dari yang diragukan itu.

8.Membaca al-fatihah dengan bahasa Arab. Jika sebagai ganti dari Al-Fatihah, lihat dulu : 
- jika gantinya itu ayat Alquran yang lain, maka tidak boleh diterjemah. 
- jika gantinya itu dzikir dan doa, maka boleh diterjemah.

9. Membaca Al-fatihah dengan sempurna dalam keadaan berdiri atau ganti dari berdiri. 

10. Tidak ada yang memalingkan Al-fatihah.
- jika kita niatkan yang dibaca itu Al-fatihah atau tidak diniatkan sama sekali, maka sah.
- jika diniatkan untuk sanjungan kepada Allah atau diniatkan sebagai Al-fatihah dan digabung dengan sesuatu yang lain, maka tidak sah.

Referensi: Hasyiyah Al Bajuri, Hasyiyah I'anatut Tolibin, Hasyiyah Syarqawi dan Syarah Mu'nisul Jalis.

Rabu, 22 Oktober 2025

Beberapa teori masuknya Agama Islam Ke Indonesia

Beberapa teori masuknya Agama Islam Ke Indonesia

beberapa teori utama mengenai masuknya Islam ke Indonesia:

1. Teori Gujarat (India)

Pencetus/Pendukung: Snouck Hurgronje, J. Pijnapel, G.W.J. Drewes, J.P. Moquette, dan Sucipto Wirjosuparto.

Isi Teori: Islam diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi, dibawa oleh para pedagang Muslim dari Gujarat (India). Para pedagang ini berdagang rempah-rempah dan tekstil, serta menjalin relasi dengan penduduk lokal.

Bukti Pendukung:
Adanya kesamaan corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh (raja pertama Samudera Pasai, 1297 M) dan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik dengan batu nisan yang ditemukan di Cambay, Gujarat.
Hubungan perdagangan yang erat antara Indonesia dan India.

2. Teori Persia (Iran)
Pencetus/Pendukung: Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat.

Isi Teori: Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi, dibawa oleh kaum Syiah dari Persia (kini Iran) melalui jalur maritim.

Bukti Pendukung:
Adanya tradisi dan upacara keagamaan di beberapa daerah di Indonesia, seperti perayaan Tabot di Bengkulu dan upacara Asyura (10 Muharram) yang mirip dengan tradisi Syiah di Persia.

Penggunaan gelar "Syah" pada raja-raja di Indonesia yang umum di Persia.
Pengaruh budaya Persia dalam seni kaligrafi dan arsitektur di Indonesia.

3.Teori Arab (Timur Tengah)
Pencetus/Pendukung: Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnold.

Isi Teori: Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi, dibawa langsung oleh para musafir dan pedagang Arab (Mekkah/Mesir) yang memiliki semangat menyebarkan Islam. Mereka berasumsi bahwa jalur perdagangan langsung antara Nusantara dan Timur Tengah sudah terjalin sejak awal abad Masehi.

Bukti Pendukung:
Ditemukannya perkampungan Islam (Arab) di pantai barat Sumatera pada abad ke-7 Masehi, sesuai dengan berita dari Cina.
Mazhab Syafi'i yang dominan di Mesir dan Mekkah juga dominan di Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Gelar "Al-Malik" yang digunakan oleh raja-raja Samudera Pasai berasal dari Mesir.


4. Teori Cina
Pencetus/Pendukung: Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.

Isi Teori: Islam masuk ke Indonesia karena dibawa oleh perantau Muslim Cina yang datang ke Nusantara.

Bukti Pendukung:
Adanya komunitas Muslim Cina di beberapa wilayah pesisir Indonesia.
Beberapa sumber lokal menyebutkan bahwa raja Islam pertama di Jawa, Raden Patah dari Demak, merupakan keturunan Cina (ibunya dari Campa, bagian dari Cina).
Hubungan perdagangan dan kebudayaan antara Cina dan Indonesia sudah terjalin lama.

Teori India (versi lain): 

Dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Marrison, menyatakan Islam datang melalui Coromandel dan Malabar (India) pada akhir abad ke-13, membantah bahwa Gujarat sebagai satu-satunya sumber.

Teori Bangladesh/Benggali: 

Dikemukakan oleh S.Q. Fatimi, menyatakan Islam masuk dari Benggali pada abad ke-11 Masehi, dengan argumen bahwa banyak tokoh di Samudera Pasai bergaris keturunan Benggali.

Teori Coromandel (Malabar): 

Mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada awalnya dibawa oleh orang-orang Malabar.


Selasa, 21 Oktober 2025

Macam-macam Zuhud Menurut Imam Ahmad

 

Imam Ahmad bin Hanbal berkata bahwa zuhud itu ada tiga tingkatan: Meninggalkan yang haram, meninggalkan yang berlebihan dari yang halal, dan meninggalkan segala sesuatu yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.


1. Meninggalkan yang haram:

Ini adalah zuhud yang paling dasar dan berlaku bagi masyarakat umum. Artinya, seorang Muslim harus menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh agama.

2. Meninggalkan yang berlebihan dari yang halal:

Tingkatan ini lebih tinggi dari yang pertama. Seorang Muslim tidak hanya menjauhi yang haram, tetapi juga tidak berlebihan dalam menggunakan atau mengonsumsi hal-hal yang halal.

3. Meninggalkan segala sesuatu yang dapat melalaikan dari mengingat Allah:

Ini adalah tingkatan zuhud tertinggi. Seorang Muslim harus berusaha untuk tidak melakukan apapun yang dapat mengganggu atau melalaikannya dari mengingat Allah, bahkan jika hal tersebut adalah sesuatu yang mubah (boleh).

Referensi: Al-Adab Asy-Syariyah : 2/230, Madarij As-Salikin 2/12

قال أحمد بن حنبل: الزهد على ثلاثة أوجه: ترك الحرام وهو زهد العوام، والثاني: ترك الفضول من الحلال، وهو زهد الخواص، والثالث: ترك ما يشغل العبد عن اللَّه عز وجل، وهو زهد العارفين


Senin, 20 Oktober 2025

5 trik manipulasi lawan bicara

5 trik manipulasi lawan bicara yang sering digunakan dalam komunikasi, debat, atau negosiasi lengkap dengan cara kerjanya dan tips penggunaannya:

1. Framing Ulang (Reframing)

Tujuan: Mengubah sudut pandang lawan agar mendukung posisimu tanpa mereka sadari.

🔍 Contoh:
Lawan berkata, “Kamu terlalu keras kepala.”
Jawabanmu: “Aku bukan keras kepala, aku konsisten pada prinsipku.”

✅ Kapan digunakan: Saat kamu ingin mengganti label negatif menjadi positif, tanpa membantah secara langsung.

2. The Illusion of Choice (Ilusi Pilihan)

Tujuan: Memberi dua atau lebih opsi, padahal semua pilihan tetap menguntungkanmu.

🔍 Contoh:
“Menurutmu kita diskusi sekarang atau nanti malam?”
(Padahal kamu tetap ingin diskusi terjadi hari ini.)

✅ Kapan digunakan: Saat kamu ingin membuat lawan merasa berkuasa, padahal kamu yang mengatur alurnya.

3. Loaded Question (Pertanyaan Menjebak)

Tujuan: Membuat lawan menjawab pertanyaan yang sebenarnya sudah bias atau memojokkan.

🔍 Contoh:
“Kapan kamu berhenti menyebarkan informasi palsu itu?”
(Menjebak, karena menjawab ‘belum’ atau ‘sudah’ tetap mengakui perbuatan.)

✅ Kapan digunakan: Saat kamu ingin lawan tampak bersalah tanpa harus menyebutkan tuduhan secara langsung.

4. Silent Pressure (Tekanan Hening)

Tujuan: Memanfaatkan keheningan untuk menciptakan rasa tidak nyaman, agar lawan mengalah atau membocorkan informasi.

🔍 Caranya:
Setelah lawan selesai bicara atau saat kamu ajukan pertanyaan penting, diam saja dan tatap matanya. Kebanyakan orang akan mengisi keheningan dengan klarifikasi (yang bisa jadi blunder).

✅ Kapan digunakan: Dalam negosiasi, debat emosional, atau saat interogasi halus.


5. Mirroring (Meniru Bahasa Tubuh dan Gaya Bicara)

Tujuan: Membangun kedekatan bawah sadar agar lawan merasa nyaman dan lebih mudah setuju.

🔍 Caranya:
Tiru gaya duduk, intonasi, atau pilihan kata mereka secara halus.
Contoh: Kalau mereka berkata “Saya merasa ini agak tidak adil,” kamu bisa balas dengan: “Iya, saya juga merasa agak berat ke satu sisi.”

✅ Kapan digunakan: Untuk membangun rapport dengan cepat dan mencairkan suasana tegang.

Sumber: Logika Filsuf 

Minggu, 19 Oktober 2025

Hal-hal yang jarang diajarkan di sekolah

Sekolah Mengajarkan Rumus, Tapi Tidak Mengajarkan Hidup

Sekolah adalah tempat kita belajar banyak hal. Dari pelajaran matematika, sejarah, hingga teori fisika. Kita diajarkan bagaimana menghitung rumus kuadrat, menghafal nama tokoh perjuangan, dan menyelesaikan soal-soal ujian. Tapi satu hal yang sering luput: sekolah jarang mengajarkan bagaimana cara menghadapi kehidupan.

Padahal, tantangan hidup nyata jauh lebih kompleks. Tidak semua bisa diselesaikan dengan rumus. Banyak yang harus dihadapi dengan ketahanan mental, komunikasi yang baik, kemampuan mengatur emosi, dan kebiasaan untuk terus belajar.

Skill yang Dibutuhkan Dunia Kerja, Tapi Jarang Diajarkan di Sekolah

Menurut laporan dari World Economic Forum, keahlian yang paling dibutuhkan saat ini dan di masa depan adalah:

Berpikir kritis

Kecerdasan emosional

Kemampuan memecahkan masalah kompleks


Sayangnya, sistem pendidikan kita masih terjebak pada pola lama: hafalan dan ulangan. Bukan mendorong murid untuk berpikir, berdialog, atau bertindak.

Akibatnya, banyak lulusan cerdas secara akademik tapi kewalahan saat masuk dunia kerja. Misalnya, seorang lulusan cum laude diterima di perusahaan besar, tapi baru dua bulan sudah burnout. Bukan karena dia tidak pintar, tapi karena dia tidak pernah diajarkan cara mengatur waktu, mengelola stres, atau menerima kritik secara sehat.

Inilah beberapa pelajaran penting dalam hidup yang sering tidak diajarkan di sekolah:


1. Menghadapi Kegagalan Tanpa Menyalahkan Diri Sendiri

Sekolah sering memberi label “gagal = buruk”. Padahal, dalam dunia nyata, kegagalan justru bagian dari proses belajar. Kita jadi takut mencoba karena merasa gagal adalah aib. Padahal gagal itu wajar.


2. Keterampilan Komunikasi yang Membangun Hubungan

Sekolah melatih murid untuk patuh dan diam. Tapi dunia kerja dan kehidupan sosial justru menuntut kita bisa bicara dengan jelas, mendengarkan dengan empati, dan menyampaikan pendapat dengan sopan tapi tegas.



3. Cara Mengelola Waktu dan Energi

Selama sekolah, jadwal kita sudah ditentukan. Tapi begitu lulus, kita bingung mengatur waktu. Tanpa keterampilan manajemen waktu dan energi, kita mudah terdistraksi dan lelah secara mental.



4. Berpikir Kritis, Bukan Sekadar Menelan Informasi

Banyak orang pintar secara akademik, tapi mudah tertipu berita palsu atau propaganda. Ini karena sekolah tidak melatih kita berpikir kritis—kita hanya diminta menjawab soal, bukan mempertanyakan kebenaran.


5. Mindset Belajar Seumur Hidup

Sekolah membuat kita berpikir bahwa belajar hanya saat di kelas. Padahal, kehidupan terus berubah. Orang yang sukses bukan yang nilainya bagus, tapi yang mau terus belajar dan berkembang.


6. Mengelola Emosi dan Hubungan Sosial

Tidak ada pelajaran tentang cara memaafkan, menghadapi kritik, atau menyelesaikan konflik secara sehat. Padahal, kemampuan ini sangat penting dalam pekerjaan, pernikahan, dan kehidupan sosial.



7. Mengubah Ide Menjadi Tindakan

Sekolah menilai teori. Tapi di dunia nyata, yang dihargai adalah aksi. Banyak orang cerdas tidak berani memulai karena terbiasa hanya jadi pemikir, bukan pelaku. Padahal, ide tanpa tindakan hanyalah wacana.


Kesimpulan: Nilai Tinggi Tidak Menjamin Kualitas Hidup

Sekolah memang penting. Tapi jangan berharap sekolah mengajarkan semua hal tentang hidup. Justru pelajaran paling berharga sering datang dari pengalaman, interaksi, kegagalan, dan keberanian untuk terus belajar.

Kalau kamu bisa menambahkan satu pelajaran hidup yang kamu harap dulu diajarkan di sekolah, itu apa?

Bagikan pemikiranmu di komentar. Dan jika kamu rasa artikel ini bermanfaat, sebarkan ke teman-temanmu. Karena kita semua sedang belajar, bukan hanya jadi pintar—tapi juga jadi manusia yang siap menghadapi hidup.


Sabtu, 18 Oktober 2025

48 Fakta Psikologis Leadership Manusia

48 HUKUM KEKUATAN.

Sebuah buku yang ditulis oleh Robert Greene yang menawarkan Serangkaian Strategi untuk Mendapatkan dan Menjaga Kekuasaan dalam berbagai situasi. Berikut ini saya beri ringkasan 48 Hukum tersebut:

1. Jangan melebihi bosmu. Biarkan atasan merasa lebih hebat dari kamu.

2. Jangan terlalu percaya teman, manfaatkan mantan musuh. Teman bisa menusuk, musuh yang kamu menangkan biasanya lebih setia.

3. Simpan niatmu. Jangan biarkan orang lain tahu rencanamu.

4. Bicara secukupnya. Terlalu banyak bicara bisa merugikanmu.

5. Jaga reputasi. Itu modal utama kekuasaanmu.

6. Cari perhatian. Jangan sampai dilupakan orang.

7. Gunakan tenaga orang lain. Biarkan mereka kerja, kamu ambil hasilnya.

8. Buat orang mendekatimu. Jangan mengejar, biarkan mereka yang datang.

9. Buktikan lewat tindakan, bukan debat. Orang lebih percaya hasil.

10. Jauhi orang sial. Kesialan mereka bisa menular ke kamu.

11. Buat orang tergantung padamu. Kalau mereka butuh kamu, kamu berkuasa.

12. Gunakan kebaikan secara selektif. Ketulusan bisa jadi senjata.

13. Saat minta bantuan, tunjukkan keuntungan buat mereka. Jangan hanya berharap belas kasihan.

14. Jadilah teman, tapi bertindak seperti mata-mata. Ambil informasi tanpa mereka sadar.

15. Hancurkan musuh sampai tuntas. Jangan beri kesempatan balas dendam.

16. Gunakan ketidakhadiran. Kadang, jarak membuat orang lebih menghargaimu.

17. Buat orang lain tebak-tebakan. Ketidakpastian bikin kamu sulit dilawan.

18. Jangan mengurung diri. Terisolasi bikin lemah.

19. Kenali siapa lawanmu. Jangan salah pilih musuh.

20. Jangan terikat pada siapa pun. Jaga kebebasanmu.

21. Tampak bodoh untuk menjebak yang licik. Biarkan mereka meremehkanmu.

22. Menyerah sementara bisa jadi strategi. Kadang kalah dulu, menang belakangan.

23. Fokus pada satu hal. Jangan buang energi ke banyak arah.

24. Jago bersandiwara. Jangan tunjukkan semua kartu.

25. Ciptakan dirimu sendiri. Jangan biarkan orang lain menentukan siapa kamu.

26. Jangan kotor tanganmu. Biarkan orang lain disalahkan.

27. Mainkan kebutuhan orang. Penuhi keinginan mereka untuk dapat kesetiaan.

28. Berani bertindak. Keraguan bikin lemah.

29. Rencanakan sampai akhir. Biar nggak kena kejutan.

30. Buat semua terlihat mudah. Sembunyikan usaha kerasmu.

31. Kontrol pilihan orang. Biarkan mereka memilih, tapi dari opsi yang kamu tentukan.

32. Manfaatkan fantasi orang. Tarik emosi mereka lewat mimpi-mimpi.

33. Cari kelemahan orang. Semua orang punya titik lemah.

34. Bersikap berwibawa. Penampilan kuat menambah kekuasaan.

35. Pahami waktu yang tepat. Jangan terburu-buru, jangan terlambat.

36. Abaikan hal yang tak bisa kamu dapat. Jangan terobsesi.

37. Gunakan pertunjukan dan drama. Orang suka tontonan.

38. Pikir sesukamu, tapi jangan tunjukkan terang-terangan. Jangan melawan arus secara terbuka.

39. Buat orang lain emosi. Saat marah, mereka lebih mudah salah.

40. Jangan tergiur yang gratis. Biasanya ada harga tersembunyi.

41. Jangan meniru orang hebat. Buat jalanmu sendiri.

42. Jatuhkan pemimpin, pengikutnya akan bubar. Fokus pada kepala, bukan ekor.

43. Taklukkan hati orang. Kuasai pikiran dan emosi mereka.

44. Gunakan cermin. Tiru mereka untuk membuat bingung.

45. Bicara perlunya perubahan, tapi pelan-pelan. Jangan bikin orang kaget.

46. Jangan terlihat terlalu sempurna. Kesempurnaan bikin iri.

47. Tahu kapan berhenti. Jangan serakah setelah menang.

48. Fleksibel. Jangan kaku, sesuaikan diri dengan situasi.

Aturan ini untuk menangani situasi kekuasaan, tetapi penting untuk mempertimbangkan konteks dan etika pribadi saat menerapkannya.

#ajraharjo

Jumat, 17 Oktober 2025

7 Kebiasaan Kecil yang Menjadi Ciri Pria Cerdas


7 Kebiasaan Kecil yang Menjadi Ciri Pria Cerdas

Banyak orang masih berpikir bahwa kecerdasan hanya bisa diukur lewat angka IQ atau seberapa cepat seseorang memecahkan soal logika. Padahal, kecerdasan sejati justru terlihat dalam kebiasaan sehari-hari yang sederhana—kebiasaan yang tanpa disadari membentuk cara berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan.

Daniel Kahneman dalam karyanya Thinking, Fast and Slow menyebut kecerdasan bukan hanya soal kecepatan otak, melainkan kemampuan mengelola dua sistem berpikir: yang cepat intuitif dan yang lambat analitis. Artinya, pria cerdas tidak hanya unggul di atas kertas, tapi juga tahu bagaimana menata hidup lewat kebiasaan kecil yang konsisten.

Jika diperhatikan, ada pria yang tidak pernah menyebut dirinya jenius, namun kesehariannya penuh ketenangan, disiplin, dan kesadaran kapan harus bertindak atau berdiam. Itu bukan bawaan lahir, melainkan hasil dari kebiasaan yang terus dipupuk. Berikut tujuh kebiasaan yang kerap menjadi ciri khas pria cerdas.

1. Membaca Lebih dari Sekadar Hiburan

Pria cerdas menjadikan membaca sebagai alat untuk memperluas wawasan. Ia tidak puas hanya dengan bacaan populer, tetapi berani menantang dirinya dengan karya filsafat, biografi, atau sains populer. Seperti yang dijelaskan Mortimer J. Adler dalam How to Read a Book, membaca adalah dialog dengan penulis, bukan sekadar hiburan.

2. Menulis untuk Menjernihkan Pikiran

Anne Lamott dalam Bird by Bird menegaskan bahwa menulis adalah cara berpikir paling jernih. Pria cerdas menjadikan menulis sebagai latihan mental. Entah berupa catatan harian atau coretan singkat, menulis membantunya mengatur logika sehingga keputusan yang diambil lebih terstruktur.

3. Mengatur Waktu dengan Kesadaran

James Clear dalam Atomic Habits menyebut bahwa kegagalan sering muncul bukan karena kurang motivasi, tetapi karena sistem hidup yang berantakan. Pria cerdas tahu bahwa waktu adalah aset, sehingga ia menata rutinitasnya dengan disiplin—kapan harus bekerja serius, beristirahat, atau bersosialisasi.

4. Mengendalikan Emosi di Situasi Sulit

Kecerdasan emosional, kata Daniel Goleman dalam Emotional Intelligence, sering lebih menentukan sukses daripada kecerdasan akademis. Pria cerdas tidak reaktif terhadap provokasi kecil, tetapi mampu menahan diri, merenungkan, lalu merespons dengan bijak.

5. Melihat Pola di Balik Detail

Pria cerdas mampu menghubungkan titik-titik kecil menjadi gambaran besar. Malcolm Gladwell dalam Outliers menyebut kemampuan mengenali pola ini sebagai salah satu kunci keunggulan. Dengan itu, ia bisa membuat analisis lebih tajam dan prediksi lebih tepat dibanding orang kebanyakan.

6. Mendengarkan Lebih Banyak daripada Bicara

Stephen R. Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People menekankan pentingnya memahami sebelum dipahami. Pria cerdas mendengarkan dengan penuh atensi, bukan sekadar menunggu giliran bicara. Kebiasaan ini membuatnya lebih bijak dalam mengambil keputusan, karena didasarkan pada pemahaman menyeluruh.



7. Konsisten Belajar dari Pengalaman

Menurut Carol S. Dweck dalam Mindset, orang yang memiliki growth mindset selalu melihat kegagalan sebagai peluang belajar. Pria cerdas tidak berhenti ketika gagal, melainkan mencari hikmah di baliknya. Itulah yang membuatnya terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang.


Penutup

Kecerdasan bukan hanya soal kata-kata bijak atau prestasi akademik, melainkan tercermin dari kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari: membaca, menulis, mendengarkan, mengatur waktu, hingga mengendalikan emosi. Kebiasaan-kebiasaan sederhana inilah yang membedakan pria cerdas dari kebanyakan orang.

Perbedaan antara tua dan dewasa

Menjadi Dewasa: Lebih dari Sekadar Bertambah Umur

Tidak semua orang yang bertambah umur otomatis menjadi dewasa. Waktu memang membuat tubuh menua, tetapi tidak selalu membuat hati dan pikiran ikut matang. Ada yang baru berusia tiga puluh tahun namun sudah bijak menghadapi hidup, dan ada pula yang berumur lima puluh tapi masih mudah tersinggung serta sulit mengendalikan emosi.

Kedewasaan bukan soal angka, melainkan tentang cara berpikir, merespons, dan memahami kehidupan. Orang yang benar-benar dewasa tidak selalu banyak bicara, tapi tindakannya penuh pertimbangan dan ketenangan. Sedangkan orang yang hanya sekadar tua sering merasa paling tahu, padahal enggan belajar hal baru.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ"
“Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR. al-Bukhārī dan Muslim)



1. Orang Dewasa Mengelola Emosi, Orang Cuma Tua Meledakkannya

Orang dewasa tahu kapan harus berbicara dan kapan sebaiknya diam. Ia sadar bahwa tidak semua hal perlu dibalas.
Allah berfirman:

 "وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ"
“(Orang bertakwa adalah) mereka yang menahan amarah dan memaafkan orang lain; Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 134)



Sementara orang yang cuma tua mudah terpancing, merasa harus selalu benar, dan menganggap kritik sebagai serangan pribadi. Padahal, kedewasaan justru tampak dari kemampuan menenangkan diri.


2. Orang Dewasa Mau Mendengar, Orang Cuma Tua Ingin Didengar

Kerendahan hati adalah tanda kecerdasan batin. Orang dewasa mau mendengarkan dan belajar dari siapa pun.
Imam Syafi‘i berkata:

"ما ناظرت أحدًا إلا أحببت أن يُوفَّق ويُسَدَّد ويكون عليه رعاية من الله وحفظ"
“Aku tidak pernah berdebat dengan seseorang kecuali aku berharap ia diberi petunjuk dan penjagaan oleh Allah.”



Sebaliknya, orang yang cuma tua merasa gengsi untuk belajar. Ia mengira pengalaman hidupnya sudah cukup, padahal kebijaksanaan lahir dari kerendahan hati untuk terus belajar.


3. Orang Dewasa Bertanggung Jawab, Orang Cuma Tua Suka Menyalahkan

Ketika gagal, orang dewasa mencari solusi, bukan kambing hitam. Ia menyadari bahwa setiap masalah adalah peluang memperbaiki diri.
Nabi ﷺ bersabda:

 "المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف، وفي كل خير..."
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.”
(HR. Muslim)



Kekuatan di sini bukan fisik, tapi tanggung jawab dan kemauan untuk memperbaiki diri.


4. Orang Dewasa Tenang dalam Ketidakpastian, Orang Cuma Tua Panik dan Mengeluh

Orang dewasa paham bahwa hidup penuh ujian. Ia percaya bahwa setiap ketidakpastian adalah bagian dari rencana Allah.
Allah berfirman:

 "فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا"
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. al-Insyirāḥ [94]: 6)



Sementara orang yang cuma tua mudah panik, suka mengeluh, dan menuntut kepastian. Padahal, orang dewasa percaya proses lebih penting daripada hasil sesaat.



5. Orang Dewasa Memaafkan untuk Damai, Orang Cuma Tua Menyimpan Dendam

Memaafkan bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin.
Rasulullah ﷺ bersabda:

"ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ"
“Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu.”
(HR. al-Tirmidzī)



Orang dewasa memaafkan agar hatinya tenang. Sebaliknya, orang yang cuma tua menganggap dendam sebagai kekuatan — padahal itu tanda bahwa hatinya belum sembuh.



6. Orang Dewasa Fokus pada Diri Sendiri, Orang Cuma Tua Sibuk Membandingkan

Orang dewasa tahu bahwa setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ia tidak iri, karena yakin rezeki dan waktu setiap manusia telah ditetapkan Allah.
Allah berfirman:

 "وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ"
“Janganlah kamu iri terhadap apa yang Allah karuniakan kepada sebagian kamu lebih dari sebagian yang lain.”
(QS. an-Nisā’ [4]: 32)



Sementara orang yang cuma tua sibuk membandingkan, sehingga kehilangan ketenangan.



7. Orang Dewasa Tenang Saat Tak Disukai, Orang Cuma Tua Mencari Pengakuan

Tidak semua orang akan menyukai kita — dan itu wajar. Orang dewasa memahami bahwa penerimaan diri lebih penting daripada validasi orang lain.
Imam al-Ghazālī berkata:

 "من عرف نفسه اشتغل بإصلاحها عن عيوب الناس"
“Siapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk memperbaikinya, bukan mencari-cari kesalahan orang lain.”



Sebaliknya, orang yang cuma tua mudah tersinggung dan selalu ingin disukai.


Penutup: Umur Bertambah, Kedewasaan Harus Diusahakan

Menjadi dewasa tidak terjadi dengan sendirinya. Ia lahir dari pengalaman, refleksi, dan keberanian menghadapi diri sendiri.
Maka jangan hanya bangga karena usia bertambah, tapi pastikan juga hatimu tumbuh dalam kebijaksanaan.

Karena pada akhirnya, umur hanyalah angka, sedangkan kedewasaan adalah pilihan — pilihan untuk mengelola emosi, belajar rendah hati, bertanggung jawab, dan hidup dengan hati yang damai.

Kamis, 16 Oktober 2025

Tips Komunikasi Efektif: Agar Lawan Bicara Tak Kehilangan Fokus

Agar Lawan Bicara Tidak Kehilangan Fokus: 5 Pola Komunikasi yang Efektif

Pernahkah Anda mengalami situasi di mana Anda bercerita panjang lebar, namun lawan bicara justru terlihat tidak tertarik? Tatapannya kosong, tangannya sibuk membuka ponsel, atau hanya menanggapi dengan jawaban datar seperti, “Oh, begitu...”.

Padahal, Anda telah menjelaskan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Jawabannya sederhana: otak manusia tidak menyukai informasi yang disampaikan secara acak. Dalam buku Talk Like TED karya Carmine Gallo, dijelaskan bahwa pendengar akan lebih fokus jika apa yang disampaikan memiliki struktur dan pola yang jelas. Tanpa pola, otak akan merasa lelah, dan akhirnya perhatian mereka akan berpindah ke hal lain.

Untuk menghindari hal tersebut, Anda bisa menggunakan lima struktur komunikasi yang terbukti efektif. Struktur ini membantu membuat pesan lebih mudah dipahami, diingat, dan diterima oleh audiens. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.


---

1. Struktur “Masalah – Dampak – Solusi”

Pendengar akan lebih tertarik jika Anda memulai pembicaraan dari masalah yang mereka kenal. Jangan langsung menawarkan solusi; ajak mereka masuk ke dalam konteks terlebih dahulu.

Contoh:

> “Banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas kerja setiap hari.
Hal itu menumpuk stres dan mengganggu kualitas tidur.
Karena itu, saya ingin mengajak Anda mencoba satu hal kecil: menulis jurnal selama lima menit setiap malam.”



Referensi: Nancy Duarte – Resonate


---

2. Struktur “Dulu – Sekarang – Nanti”

Pola ini membuat cerita terasa bergerak, menunjukkan progres yang menarik minat pendengar.

Contoh:

> “Dulu saya mengira membaca buku hanya penting untuk nilai akademis.
Sekarang saya sadar bahwa membaca membantu membentuk pola pikir.
Dan ke depan, saya ingin menularkan kebiasaan ini melalui konten.”



Referensi: Simon Sinek – Start With Why


---

3. Struktur “Fakta – Cerita – Pertanyaan”

Menggabungkan data, emosi, dan undangan untuk refleksi pribadi akan memperkuat pesan Anda.

Contoh:

> “Satu dari tiga orang dewasa mengalami kecemasan setiap minggunya.
Teman saya bahkan tidak bisa tidur selama tiga malam berturut-turut karena overthinking.
Bagaimana dengan Anda? Kapan terakhir kali merasa sangat cemas?”



Referensi: Chip & Dan Heath – Made to Stick


---

4. Struktur “Tiga Poin Inti”

Tiga adalah angka ajaib dalam komunikasi. Pola ini membuat informasi terasa cukup padat namun tetap mudah dicerna.

Contoh:

> “Mengapa Anda perlu mulai menulis jurnal?
Pertama: Menjernihkan pikiran.
Kedua: Membantu mengelola emosi.
Ketiga: Meningkatkan kesadaran diri.”



Referensi: Dale Carnegie – The Art of Public Speaking


---

5. Struktur “Tarik – Tahan – Tembak”

Teknik ini mengandalkan rasa penasaran. Tarik perhatian, tahan untuk menciptakan ketegangan, lalu tembak dengan jawaban yang kuat.

Contoh:

> “Tahukah Anda mengapa banyak orang gagal meyakinkan, meskipun idenya bagus?”
(Beri jeda...)
“Karena mereka lupa satu hal penting: membuat pendengar merasa bahwa ide tersebut juga milik mereka.”



Referensi: Chris Voss – Never Split the Difference


---

Penutup: Komunikasi yang Terstruktur Membuka Pintu Perhatian

Berbicara tanpa struktur ibarat menyampaikan pesan di tengah keramaian—mudah diabaikan. Namun ketika Anda menyusun komunikasi layaknya sebuah panggung, lengkap dengan sorotan yang tepat, maka semua perhatian akan tertuju kepada Anda.

Mulailah berlatih menggunakan struktur-struktur ini dalam percakapan, presentasi, atau bahkan konten digital Anda.
Dari lima pola di atas, mana yang paling sering Anda gunakan?
Atau mungkin Anda baru menyadari bahwa selama ini Anda hanya berbicara "seadanya"?

Ingatlah: komunikasi yang efektif bukan soal seberapa banyak Anda bicara, tetapi seberapa baik pesan Anda diterima dan diingat.

Rabu, 15 Oktober 2025

Ketika Kehadiran Anda Dibutuhkan: Seni & Tips Psikologi Menguatkan Hubungan

Seni Menjadi Kehadiran yang Tak Tergantikan: Strategi Membangun Ketergantungan Emosional yang Sehat

Dalam hidup, ada tipe hubungan yang terasa begitu kuat hingga sulit dibayangkan jika orang tersebut tidak ada di sekitar kita. Ini bukan sekadar rasa sayang atau kagum, melainkan perasaan bahwa tanpa mereka, hidup akan terasa hampa.

Psikologi sosial menyebut, setiap manusia memiliki kebutuhan untuk merasa berkontribusi dan diakui keberadaannya. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, hubungan menjadi lebih erat dan bermakna. Inilah yang dikenal dengan emotional dependence—keterikatan emosional yang sehat, di mana seseorang merasakan nilai dan keamanan dari kehadiran orang lain.

Fenomena ini dapat dilihat pada keluarga yang selalu meminta pendapat Anda dalam setiap keputusan, atau teman yang secara rutin datang untuk meminta solusi dari permasalahan mereka. Ini bukan tentang menguasai atau mengendalikan orang lain, melainkan membangun citra sebagai sosok yang memberikan nilai dan kenyamanan emosional.

1. Hadir Sebagai Penyedia Solusi di Saat Genting

Robert Cialdini, dalam bukunya Influence, menjelaskan prinsip reciprocity: orang cenderung merasa perlu membalas bantuan yang diberikan pada saat penting. Saat Anda hadir di momen krusial—misalnya membantu teman mengurus administrasi yang rumit—Anda akan diingat sebagai sosok yang bisa diandalkan.
Kuncinya, tidak perlu menonjolkan peran Anda. Biarkan hubungan tumbuh secara alami.

2. Konsistensi Kehadiran yang Memberi Rasa Aman

Dale Carnegie, dalam How to Win Friends and Influence People, menekankan bahwa mendengarkan dan menghargai orang lain secara konsisten dapat menciptakan rasa aman emosional. Menjadi pendengar yang tidak menghakimi akan membuat orang merasa nyaman untuk membuka diri, hingga pada akhirnya mereka bergantung pada kehadiran Anda.

3. Menjadi Cermin untuk Menemukan Jati Diri

Chip dan Dan Heath dalam Made to Stick menyebut kekuatan narasi emosional. Jika Anda mampu membantu seseorang menemukan arah hidup atau keputusan penting melalui percakapan, mereka akan selalu mengaitkan momen pencerahan itu dengan Anda.
Misalnya, saat teman kebingungan menentukan pilihan, Anda membantunya memvisualisasikan masa depan idealnya hingga ia menemukan jawabannya sendiri.

4. Jangkar Emosional di Tengah Kekacauan

Dalam Crucial Conversations, disebutkan pentingnya sosok yang tetap tenang saat emosi memanas. Kehadiran yang stabil dapat meredakan ketegangan dan menciptakan rasa aman.
Saat keluarga berselisih paham, menjadi pendengar yang netral dan tenang seringkali lebih efektif daripada mencoba memimpin jalannya diskusi.

5. Menguatkan Hubungan Melalui Nilai Bersama

Simon Sinek dalam Start With Why menegaskan, hubungan yang dibangun atas visi atau nilai yang sama lebih mudah memunculkan loyalitas. Di lingkungan kerja, jika Anda selalu mengingatkan tim pada misi bersama saat menghadapi tantangan, Anda akan dipandang sebagai pilar budaya organisasi.

6. Penguatan Kecil yang Konsisten

Cialdini juga menjelaskan prinsip commitment and consistency—komitmen kecil yang dilakukan berulang akan memperkuat ikatan. Pujian atau validasi sederhana terhadap perilaku positif dapat membuat orang merasa didukung dan dipahami, sehingga secara emosional mereka menempatkan Anda sebagai pusat emosi positif.

7. Gambaran Masa Depan yang Mengaitkan Kehadiran Anda

Tali Sharot dalam The Influential Mind menyebut bahwa orang lebih tergerak oleh gambaran masa depan yang positif daripada sekadar fakta saat ini. Menunjukkan bagaimana peran Anda di masa depan akan memberi dampak berarti, membuat orang melihat Anda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka.


Kesimpulan:
Menjadi sosok yang “dibutuhkan” bukan berarti mengendalikan orang lain. Ini adalah tentang menciptakan nilai emosional, menghadirkan rasa aman, dan menjadi bagian dari pertumbuhan positif mereka. Hubungan semacam ini akan membuat keterikatan yang kuat, namun tetap sehat dan saling menghargai.

Selasa, 14 Oktober 2025

Agar Anak Laki-Laki Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab

Mendidik Anak Laki-Laki Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab

Membesarkan anak laki-laki memerlukan pendekatan yang bijak dan konsisten. Peran orang tua tidak hanya mengawasi tumbuh kembangnya secara fisik, tetapi juga membentuk karakter dan akhlaknya. Sejak dini, anak perlu diarahkan agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab, penuh empati, dan mampu menghargai orang lain.

Berikut adalah lima prinsip penting yang dapat diterapkan orang tua dalam mendidik anak laki-laki.

1. Mengajarkan Pengelolaan Emosi

Anak laki-laki seringkali menunjukkan ekspresi emosinya secara terbuka. Ketika emosi memuncak, pisahkan ia dari situasi yang memicu kemarahan. Ajak ke tempat yang lebih tenang, dengarkan keluh kesahnya, lalu bantu mencari solusi.
Dengan cara ini, anak belajar bahwa perasaan negatif dapat dikelola tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

2. Menanamkan Empati Sejak Dini

Empati bukan sekadar berkata “kasihan” pada orang lain, melainkan ikut merasakan dan melakukan sesuatu untuk meringankan beban mereka. Anak akan memahami empati jika orang tua memberi contoh nyata.
Misalnya, saat melihat penjual yang tampak kesulitan, ajak anak membantu dengan membeli dagangannya. Pengalaman ini menanamkan kebiasaan berbagi dan peduli kepada sesama.

3. Membangun Kepercayaan Diri Anak

Hindari membandingkan anak dengan teman atau saudaranya. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Orang tua perlu menerima potensi yang dimiliki anak, memberinya keyakinan, dan memotivasi dengan pujian yang sesuai pencapaiannya.
Ucapan positif seperti “Ibu percaya kamu bisa” atau “Ayah bangga dengan usahamu” akan memperkuat rasa percaya diri dan harga dirinya.

4. Mengajarkan Rasa Hormat

Ajarkan konsep muraqabah—kesadaran bahwa Allah SWT selalu mengawasi setiap perbuatan. Anak yang memahami hal ini akan menjaga sikapnya, bahkan ketika orang tua tidak ada di sisinya.
Selain itu, orang tua harus tegas dan konsisten dalam memberikan arahan. Teguran yang tepat saat anak melakukan kesalahan akan membentuk disiplin dan rasa tanggung jawab.

5. Menunjukkan Kasih Sayang dalam Keluarga

Kasih sayang antara ayah dan ibu adalah teladan langsung bagi anak. Kebiasaan sederhana seperti bersalaman sebelum berpisah atau memberikan pelukan hangat mengajarkan bahwa cinta dalam keluarga adalah hal yang penting.
Jika anak mulai malu menerima pelukan di depan umum, gantilah dengan senyuman, belaian lembut, atau sapaan hangat. Rasa dicintai akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih.


Kesimpulan

Mendidik anak laki-laki bukan sekadar memberi aturan dan larangan, tetapi juga memberi teladan, membangun empati, menanamkan rasa hormat, dan menunjukkan kasih sayang. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan penuh cinta dan bimbingan akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, bermanfaat bagi orang lain, dan membawa kebaikan untuk dunia dan akhirat.

Semoga kita semua mampu mendidik anak-anak menjadi generasi terbaik. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.


Senin, 13 Oktober 2025

Amalan Agar Kerasan Mondok

Amalan agar anak rajin ngaji, kerasan mondok dan menjadi orang alim

KH. Mas Abdul Adhim ( Mas Abduh) bercerita :

“ Mbah Kholili ( ayah Mas Abduh ) dulu waktu kecil nggak mau ngaji, nakal, belling sampai sekitar umur 11 tahun. Akhirnya ibu beliau Nyai Muntama dimarahin oleh Nyai Fathonah ( binti Noerhasan bin Noerkhatim Sidogiri ) : “ Gimana Kholili itu kok nggak mau ngaji, sudah besar dia. Kalo gitu bacain Alfatihah, Qulhu, ayat kursi, masing-masing 1 x lalu Istighfar 10 x, lalu pahalanya hadiahkan untuk Imam Ghozali. Kemudian berdoa kepada Allah : 

“ Ya Allah dengan barokah dan syafaat Imam Ghozali mudah-mudahan anak saya dijadikan anak yang rajin ngaji, dibuka baginya segala kebaikan, dijadikan orang alim.. dll “ 

Setelah Nyai Muntama istiqomah mengamalkan amalan itu, tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan Mbah Kholili pamit untuk berangkat mondok. Beliau bahkan nggak pulang-pulang sampai beliau alim. ketika sudah pulang dan alim baca kitabnya beliau pamit lagi untuk mencari ilmu. Kata beliau : “ada 2 ilmu yang belum saya kuasai, ilmu Faroidh dan ilmu falak”

Akhirnya tidak sampai setengah tahun beliau alim ilmu Faroidh dan Falak. Sampai sekarang di Sidogiri ada pelajaran ilmu Faroidh dan ilmu Falak barokah Kiai Kholili “

Inti amalannya setiap bakda sholat maghrib membaca :

Alfatihah 1 x
Al-Ikhlas 1 x
Ayat kursi 1 x 
Istighfar 10 x

Lalu Pahalanya hadiahkan untuk Imam Ghozali, kemudian berdoa : 

“ Ya Allah dengan barokah Imam Ghozali semoga anak saya dijadikan anak yang rajin ngaji, kerasan mondok, menjadi orang alim, menjadi orang sukses ( dan permintaan-permintaan yang lain ) “

Saya mendapat langsung amalan ini dari Kh. Mas Abdul Adhim Kholili, saya ijazahkan untuk kalian.

Inframe : dokumentasi tadi siang, ketika ngisi di Pondok Putri Mambaul Ulum Bata-bata Pamekasan 

* Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 4 Juni, 2022

Minggu, 12 Oktober 2025

Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru

Kompetensi dasar guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menjalankan tugasnya dengan efektif. Berikut beberapa kompetensi dasar guru:

*Kompetensi Pedagogik*
1. *Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran*: Guru harus memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif.
2. *Mengembangkan kurikulum*: Guru harus dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan standar pendidikan.
3. *Menggunakan metode pembelajaran yang efektif*: Guru harus dapat menggunakan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

*Kompetensi Kepribadian*
1. *Berakhlak mulia*: Guru harus memiliki akhlak yang mulia dan menjadi contoh yang baik bagi siswa.
2. *Berintegritas*: Guru harus memiliki integritas yang tinggi dan bertindak dengan jujur dan adil.
3. *Bersikap positif*: Guru harus memiliki sikap positif dan dapat menjadi motivator bagi siswa.

*Kompetensi Sosial*
1. *Bersikap komunikatif*: Guru harus dapat berkomunikasi dengan efektif dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja.
2. *Mengembangkan hubungan dengan masyarakat*: Guru harus dapat mengembangkan hubungan dengan masyarakat dan melibatkan mereka dalam proses pendidikan.
3. *Bersikap inklusif*: Guru harus dapat bersikap inklusif dan menghargai keragaman siswa.

*Kompetensi Profesional*
1. *Menguasai materi pelajaran*: Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi pelajaran yang diajarkan.
2. *Mengembangkan profesionalisme*: Guru harus terus mengembangkan profesionalisme dan meningkatkan kemampuan mengajar.
3. *Menggunakan teknologi*: Guru harus dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

*Dengan memiliki kompetensi dasar yang baik, guru dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal*

Sabtu, 11 Oktober 2025

Sanad Nahdlatul Ulama kepada Sadah Ba'alawi

Sanad Nahdlatul Ulama kepada Sadah Ba'alawi

Oleh: Nanal Ainal Fauz

Belakangan ini beredar video seorang kiai yang mengingkari kesinambungan NU, wa bil khusus KH. Hasyim Asy'ari kepada Sadah Ba'alawi dalam sanad keilmuan. Kiai tersebut menyebutkan beberapa pesantren beserta nama kiainya yang dulu KH. Hasyim Asy'ari ngaji di sana. Beliau menyebut bahwa tidak ada guru KH. Hasyim Asy'ari dari kalangan Sadah Ba'alawi. Benarkah statemen ini?

Yuuk. Kita bahas tuntas beserta dengan referensinya. Biar gamblang dan tak ada keraguan di antara kita.

Referensi tentang ngajinya masyayikh NU kepada Sadah Ba'alawi sangatlah banyak. Orang yang mengingkari fakta ini ada dua kemungkinan: antara belum faham sejarah atau tahu sejarahnya tapi ingkar karena kesombongan. Saya belum menemukan kemungkinan ketiga.

Memang guru masyayikh NU sangat banyak. Banyak di antaranya adalah ulama Nusantara sendiri. Tapi meski banyak berguru kepada ulama Nusantara, ada juga di antara guru mereka adalah ulama dari kalangan Habaib Sadah Ba'alawi. Kita sebagai cucu murid jangan sampai menafyikan ini karena dikhawatirkan hilang berkah ilmu kita. Dawuh sebagian ulama:
 من بركة العلم أن ينسب إلى أهله
"Di antara keberkahan ilmu adalah menisbatkan ilmu tersebut pada pemiliknya."

Baiklah. Berikut ini ittishalat atau kesinambungan sanad NU kepada Sadah Ba'alawi. Ada yang sifatnya berguru langsung. Ada yang melewati perantara.

Adapun yang kesinambungan langsung, KH. Hasyim Asy'ari saat di Makkah pernah berguru kepada banyak ulama. Dari sekian banyak ulama, setidaknya ada tiga ulama dari kalangan Sadah Ba'alawi. Beliau bertiga adalah:

1. Al-Habib Husain bin Muhammad al-Habsyi, Mufti Syafi'iyyah di Makkah dan kakak dari Habib Ali al-Habsyi pengarang Maulid Simthud Duror yang masyhur di Indonesia.

Keterangan bahwa KH. Hasyim Asy'ari pernah berguru kepada Habib Husain al-Habsyi bisa anda baca di kitab A'lam al-Makkiyyin karya Syaikh Abdullah al-Mu'allimi yang kemudian diikuti kitab Tasynif al-Asma' bi Syuyukh al-Ijazah wa as-Sama' karya Syaikh Dr. Mahmud Said Mamduh, kitab Bulugh al-Amani fi at-Ta'rif bi Syuyukh wa Asanid asy-Syaikh Yasin al-Fadani karya Syaikh Mukhtaruddin al-Falimbani, kitab al-'Allamah Muhammad Hasyim Asy'ari Wadli' Labinah Istiqlal Indunesia karya Habib Asad Syahab dan kitab Ziyadat at-Ta'liqat karya KH. Hasyim Asy'ari sendiri.

Bahkan dalam kitab A'lam al-Makkiyyin yang kemudian juga dinukil kitab Tasynif al-Asma' menyebutkan bahwa KH. Hasyim Asy'ari bermulazamah kepada Habib Husein bin Muhammad Al-Habsyi dan sering berkunjung ke rumahnya. 

Mulazamah memiliki arti ngaji dengan menekuni secara bolak balik dalam waktu yang lama, tidak hanya ngaji yang sifatnya sekali bertemu. Mulazamah ngajinya KH. Hasyim Asy'ari ini tidak hanya saat halaqah di Masjidil Haram, akan tetapi juga di kediaman Habib Husein Al-Habsyi. 

Ini menunjukkan betapa dekat proses ngaji KH. Hasyim Asy'ari kepada Sang Guru.

Kami belum mendapat data lebih lanjut terkait apa aja kitab yang dikaji KH. Hasyim Asy'ari kepada Habib Husain al-Habsyi. Akan tetapi dari redaksi A'lam al-Makkiyyinakan yg menyebut ngaji Mulazamah, sepertinya Mbah Hasyim Asy'ari ngaji banyak kitab. Satu di antaranya dugaan kuat kami adalah kitab Shahih Muslim, kitab paling valid nomer tiga setelah al-Qur'an dan Shahih al-Bukhari. Ini kami simpulkan dari redaksi KH. Hasyim asy'ari yang mengindikasikan demikian dalam kitab Ziyadat At-ta'liqat. Berikut ini redaksinya:

وقال الإمام النووي في شرح مسلم عند الكلام على الحديث الذي حدثناه السيد حسين الحبشي بمكة المكرمة بسنده

"Imam an-Nawawi berkata dalam kitab Syarah Shahih Muslim ketika menjelaskan hadits yang Sayyid Husain al-Habsyi telah mentahditsnya (meriwayatkan hadits) kepada kami dengan sanad beliau...."

Artinya, KH. Hasyim Asy'ari pernah mendengarkan hadits dari Shahih Muslim dari Habib Husain al-Habsyi. Dan kemungkinan besar, tidak hanya satu hadits dari Shahih Muslim saja, akan tetapi juga seluruh kitabnya.

2. Habib Alwi bin Ahmad Assegaf, penulis kitab Tarsyih al-mustafidin bi Tausyih Fath al-Mu'in (w. 1335 H) . 

Sumber yang mencatat ngajinya KH. Hasyim Asy'ari kepada Habib Alwi Assegaf ini antara lain kitab A'lam al-Makkiyyin, kitab Tasynif al-Asma', kitab al-'Allamah Muhammad Hasyim Asy'ari Wadli' Labinah Istiqlal Indunisia, dan kitab Bulugh al-Amani.

Bahkan KH. Hasyim asy'ari ngaji kepada beliau secara mulazamah di Masjidil Haram dan rumah beliau sebagaimana KH. Hasyim Asy'ari juga ngaji mulazamah kepada Habib Husain bin Muhammad al-Habsyi. 

Kegiatan mulazamahnya Mbah Hasyim kepada kedua Habib ini direkam oleh dawuh kitab A'lam al-Makkiyyin yang kemudian dikutip ulang kitab Tasynif al-Asma':

وبها أخذ عن الشيخ محفوظ بن عبد الله الترمسي ولازم دروسه، كما لازم السيد علوي بن أحمد السقاف والسيد حسين بن محمد الحبشي، وقرأ عليهما في المسجد الحرام وفي منزلهما.
"Di Makkah KH. Hasyim Asy'ari nyantri mulazamah pada kajian-kajian Syaikh Mahfudz at-Tarmasi sebagaimana beliau juga mulazamah kepada Sayyid Alawi bin Ahmad Assegaf dan Sayyid Husain bin Muhammad al-Habsyi. KH. Hasyim Asy'ari ngaji kepada kedua habib ini di Masjidil Haram dan di rumah mereka."

3. Sayyid Ahmad bin Hasan al-Attas (w. 1334 H), ulama asal Hadramaut keturunan Sayyid Umar bin Abdurrahman al-Attas Shahib ar-Ratib.

Keterangan KH. Hasyim Asy'ari ngaji kepada beliau bisa anda baca pada beberapa kitab antara lain A'lam al-Makkiyyin, al-'Allamah Muhammad Hasyim Asy'ari Wadli' Labinah Istiqlal Indunesia, dan Tasynif al-Asma'.

Awalnya saya penasaran dg sosok Sayyid Ahmad bin Hasan ini. Apakah masih keturunan dari penulis kitab wirid andalan KH. Hasyim Asy'ari, kitab Khulashah al-Maghnam, yaitu Habib Ali bin Hasan Shahib al-Masyhad yang sama-sama bermarga al-Attas?

Setelah saya cari datanya, ternyata bukan dzurriyyah pas. Meski masih terbilang kerabat. Karena keduanya sama-sama dzurriyyah dari Sayyid Umar bin Abdurrahman al-Attas Shahib ar-Ratib.

Sebagai informasi, KH. Hasyim Asy'ari memiliki kitab wirid andalan yang sering beliau ijazahkan kepada murid-muridnya. Yaitu kitab Khulashah al-Maghnam karya Habib Ali bin Hasan al-Attas. Di antara murid KH. Hasyim Asy'ari yang beliau ijazahi kitab ini adalah kakek buyut saya, KH. Fauzan bin Ma'shum Damaran Kudus, dan Kiai Abdullah Zaini bin Uzair Demak, pengarang kitab Kifayat al-Ashab. Saking rekomendednya kitab wirid ini sampai Pondok Tebuireng semasa hidupnya KH. Hasyim Asy'ari pernah mencetak dan menyebarkannya. Saya pernah lihat naskah Khulashat al-Maghnam cetakan Tebuireng ini di lemari kitab tinggalan Mbah Buyut KH. Fauzan di Pondok Damaran Kudus.

Adapun sanad masyayikh NU kepada Sadah Ba'alawi yang dengan perantara, antara lain:

1. KH. Hasyim Asy'ari ngaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Sedangkan Syaikhona Khalil Bangkalan ngaji kepada banyak guru yang setidaknya dua dari mereka adalah ulama dari kalangan Sadah Ba'alawi. Pertama, Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi, Mufti Syafi'iyah di Makkah yang juga ayah dari Habib Ali al-Habsyi, pengarang Maulid Simthud Durar. Dan kedua, Habib Hasyim bin Syaikh bib Hasyim al-Habsyi Madinah.

Keterangan Syaikhona Kholil Bangkalan ngaji kepada kedua habib di atas terdapat dalam risalah manuskrip tentang biografi Syaikhona Kholil yang ditulis oleh Syaikh Yasin Al-Fadani.

Biar jelas, berikut ini redaksi dari risalah tersebut:

وسمع الحديث أيضا بمكة عن الإمام المفتي السيد محمد بن حسين الحبشي المكي
"Di Makkah Syaikh Kholil Bangkalan mendengarkan hadits juga dari al-Imam al-Mufti Sayyid Muhammad bin Husain al-Habsyi al-Makki."

وسمع الحديث أيضا ورواه عن السيد العلامة هاشم بن شيخ بن هاشم الحبشي نزيل المدينة ودفينها، وسمع منه الحديث المسلسل بيوم عاشوراء في يومه.

"Di Madinah Syaikh Kholil Bangkalan juga mendengarkan hadits dan meriwayatkannya dari as-Sayyid al-'Allamah Hasyim bin Syaikh bin Hasyim al-Habsyi, yang berkediaman kemudian wafat dan dimakamkan di Madinah. Dari beliau Syaikh Kholil Bangkalan mendengarkan hadits Musalsal dengan hari Asyuro pada hari Asyuro."

2. KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Abdul Wahhab Hasbullah ngaji kepada Syaikh Muhammad Mahfudz At-Tarmasi. Syaikh Mahfudz at-Tarmasi mengaji kepada guru beliau yang juga guru KH. Hasyim Asy'ari, Habib Husain bin Muhammad al-Habsyi, Mufti Syafi'iyah di Makkah dan kakak pengarang Maulid Simthud Duror.

Syaikh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi dalam kitab Kifayat al-Mustafid yang mencatat guru-guru dan genealogi keilmuan beliau, berkata:
ومنهم العلامة الحبيب، والورع النسيب، السيد حسين بن محمد بن حسين الحبشي (ت: ١٣٣٠ هـ)، سمعت منه جملة مستكثرة من أوايل صحيح البخاري وأواخره.

"Di antara guru saya adalah al-'Allamah al-Habib al-Wari' an-Nasib Sayyid Husain bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (w. 1330 H). Saya mendengar dari beliau banyak hadits pada awal-awal dan akhir-akhir kitab Shahih al-Bukhari."

Syaikh Mahfudz at-Tarmasi juga berguru kepada Syaikh Abdul Ghani bin Subuh al-Bimawi. Syaikh Abdul Ghani belajar dari Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Botoputih Surabaya. Keterangan ini disebutkan oleh Syaikh Yasin al-Fadani saat menyebutkan silsilah sanad KH. Abdul Wahhab Hasbullah dalam kitabnya yang berjudul al-Kawakib ad-Darari. Lebih jelasnya, berikut ini dawuh Syaikh Yasin al-Fadani:
وروى الشيخ محفوظ الترمسي أيضا عن المعمر عبد الغني بن صبح البيماوي، عن القطب السيد شيخ بن أحمد بن عبد الله بافقيه.
"Syaikh Mahfudz at-Tarmasi meriwayatkan juga dari al-Mu'ammar Syaikh Abdul Ghani bin Shubuh al-Bimawi, dari al-Quthb Sayyid Syaikh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqih (Botoputih, Surabaya)".

3. KH Hasyim Asy'ari baik secara langsung maupun via perantara Syaikh Mahfudz at-Tarmasi ngaji kepada KH. Sholeh Darat Semarang. KH Soleh Darat semarang ngaji kepada banyak ulama yang antara lain adalah Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Botoputih Surabaya. Keterangan ini sebagaimana beliau catat sendiri dalam kitab al-Mursyid al-Wajiz. KH. Sholeh Darat berkata : 
لن نولي غالف كورو إغسون مرغ شيخنا العلامة القطب الوجود سيدي سيد شيخ بن أحمد بافقيه باعلوي كالا أنا إغ سماراغ غاجي جوهرة التوحيد للعلامة الشيخ إبراهيم اللقاني لن منهاج العابدين للغزالي
"Dan kemudian saya belajar kepada Syaikhuna al-Allamah Quthbul Wujud Sayyidi Sayyid Syaikh bin Ahmad Bafaqih Ba'alawi ketika beliau berada di Semarang. Saya ngaji kitab Jauharatut Tauhid karya al-Allamah Ibrahim al-Laqqani dan Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali".

4. KH Raden Asnawi sebagaimana catatan cucu beliau, KH. Minan Zuhri, ngaji kepada Syaikh Mahfudz at-Tarmasi. Syaikh Mahfudz at-Tarmasi ngaji kepada Habib Husain bin Muhammad al-Habsyi sebagaimana keterangan di atas. KHR. Asnawi Kudus juga ngaji kepada KH. Sholeh Darat dan KH. Sholeh Darat ngaji kepada Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Surabaya sebagaimana keterangan di atas.

Dan masih banyak lagi sambungan sanad masyayikh NU kepada Sadah Ba'alawi.

Wa fil khitam aquul:
1. Saya ngajak kepada semua muslimin agar bersikap inshof atau adil dalam segala hal. Termasuk dalam membaca sejarah. Jangan sampai karena rasa tidak suka, menjadikan kita berbuat dhalim dengan menafyikan apa yang menjadi fakta sejarah.

2. Sebagaimana masyayikh NU sanadnya nyambung kepada Sadah Ba'alawi, banyak pula masyayikh NU memiliki teman, kolega dan murid dari kalangan Sadah Ba'alawi. Hubungan antara ulama Nusantara secara umum, dan masyayikh NU secara khusus, dengan Habaib Sadah Ba'alawi sudah terjalin secara erat sejak dahulu. Maka, sudah semestinya kita sebagai muslimin Nusantara dan warga NU yang baik menyambung apa yang telah disambung oleh para leluhur kita. Hal ini menjadi salah satu bentuk bakti kita kepada para leluhur, sebagaimana dawuh Kanjeng Nabi Muhammad:
إنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ
"Sesungguhnya kebajikan terbaik adalah perbuatan seorang yang menyambung hubungan dengan kolega (orang-orang dekat) ayahnya."
(HR. Imam Muslim)

Wallahu A'lam

Pati, 3 Juni 2025/6 Dzul Hijjah 1446 H
Nanal Ainal Fauz

Jumat, 10 Oktober 2025

Pesan KH. Rojih Tentang Sayid & Habib

Habib atau Sayyid itu wajib kita hormati, baik alim maupun tidak alim. Sebab dalam tubuh mereka mengalir darah Kanjeng Nabi Muhammad Saw., walaupun putra putri Rasululloh Saw. terlahir dari Sayyidah Fatimah. Karena demikian itu adalah khususiyah dari Rasululloh shollallohu alaihi wasallam, bahwa semua anak-anak Fatimah dinasabkan kepada beliau shollallohu alaihi wasallam. Lihat kitab Fatawi Haditsiyyah karya Ibnu Hajar: 
 
وسئل فسح الله في مدته : عن أولاد زينب بنت فاطمة الزهراء من ابن عمها عبد الله ابن جعفر رضي الله عنهم موجودون بكثرة ، فهل يثبت لهم حكم أولاد أخويها الحسن والحسين رضي الله عنهما ، وما الفرق مع أن من حصوصياته صلى الله عليه وسلم أن أولاد بناته ينسبون إليه ؟ . فأجاب بقوله : من الواضح أن يثبت لهم حكمهم من كونهم آل البيت ومن ذريته صلى الله عليه وسلم وأولاده إجماعا ، ومع ذلك لا ينسبون إليه أخذا من فرق الفقهاء بين ولد الرجل ومن ينسب إليه في نحو وققت على أولادي فيدخل ولد البنت لأنه يسمى ولدا ، ونحو وقفت على من ينسب إلي فلا يدخللأنه لا ينسب لجده بل ينسب لأبيه ، والذي ذكروه أن من خصائصه صلى الله عليه وسلم أن أولاد بناته ينسبون إليه ولم يذكروا ذلك في أولاد بنات بناته فالخصوصية للطبقة العليا فقط فأولاد فاطمة الأربع أم كلثوم زوجة عمر ولدت منه زيدا ورقية ثم تزوجت بعده ولد عمها ابن جعفر فولدت له ثلاثة عون فمحمد فعبد الله ولم يلد لأحد منهم ، وزينب التي الكلام فيها والحسن والحسين فهؤلاء الأربعة ينسبون إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، وأولاد الحسن والحسين ينسبون إليهما فينسبون إليه بخلاف أولاد زينب وأم كلثوم فإنهم إنما ينسبون إلى أبويهم عمر وعبد الله لا إلى الأم ولا إلى جدها عملا بقاعدة الشرع إن الولد يتبع أباه في النسب لا أمه ، وإنما خرج أولاد فاطمة وحدها خصوصية لهم وذلك مقصور على ذرية الحسن والحسين كما يدل له حديث الحاكم " لكل بني أم عصبة إلا بني فاطمة فأنا وليهما وعصبتهما " فخص الانتساب والتعصيب بهما دون أختيهما 
 
Mengenai nasab Sayyidina Hasan dan Husain, yang dinisbatkan kepada Rasulullah melalui jalur ibu mereka yaitu Sayyidatuna Fatimah. Hal ini merupakan kekhususan mereka, ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shollallohu alaihi wasallam: 
 
عن جَابِرٍ رضي اللَّهُ عنه قال قال رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ عز وجل جَعَلَ ذُرِّيَّةَ كل نَبِيٍّ في صُلْبِهِ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ ذُرِّيَّتِي في صُلْبِ عَلِيِّ بن أبي طَالِبٍ رضي اللَّهُ عنه 
 
Dari Jabir, ia berkata: Rasululah shollallohu alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap Nabi dalam sulbinya masing-masing dan sesungguhnya Allah menjadikan keturunanku dalam sulbi Ali bin Abi Thalib”. 
 
Akan tetapi tidak semua keturunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib nasabnya disambungkan kepada Rasulullah. Karena penisbatan ini hanya dikhususkan bagi keturunan Sayidina Ali dari jalur Sayyidatuna Fatimah, putri Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat lain: 
 
عن عُمَرَ رضي اللَّهُ عنه قال سمعت رَسُولَ اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم يقول كُلُّ بني أُنْثَى فإن عَصَبَتَهُمْ لأَبِيهِمْ ما خَلا وَلَدَ فَاطِمَةَ فَإِنِّي أنا عَصَبَتَهُمْ وأنا أَبُوهُمْ 
 
Dari Umar, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak dari seorang wanita dinisbatkan kepada ayahnya kecuali anak Fatimah karena sesungguhnya akulah ashabah mereka dan akulah ayah mereka”. 
 
Disamping itu, dalil lain yang menjelaskan akan tetapnya keturunan Rasulullah Saw. dan sekaligus menjadi Ahlu bait beliau yaitu: 
 
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي 
 
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Aku melihat Rasulullah Saw. ketika haji di hari Arafah, sedangkan beliau ada di atas ontanya berkhutbah, dan aku mendengar beliau berkata: "Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan pada diri kalian jika kalian mengikutinya maka tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan keturunanku Ahlu baitku" (H.R. Tirmidzi & Ahmad). 
 
Dalam riwayat lain:
 
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَكْبَرُ مِنَ الآخَرِ كِتَابُ اللَّهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ وَعِتْرَتِى أَهْلُ بَيْتِى وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَىَّ الْحَوْضَ » 
 
Dari Abi Sa’id al-Khudzri, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Aku tinggalkan pada diri kalian 2 hal, salah satunya lebih besar dari yang lain, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) sebuah tali penghubung yang dibentangkan dari langit ke bumi, dan keturunannku Ahlu baitku. Sesungguhnya keduanya tidak akan terputus hingga datang waktu di telaga Haudh" (H.R. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Abi Ya’la, dan lain-lain).


Kamis, 09 Oktober 2025

Yang Dimaksud Dengan Nabi Ummi

Apa yang dimaksud Ummi jika dinisbatkan kepada nabi? 
Umi adalah tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis


قال عبد الله بن عباس رضي الله عنهما: "هُوَ مِنْكُمْ، كَانَ أُمِّيًّا لَا يَكْتُبُ وَلَا يَقْرَأُ وَلَا يُحَاسِبُ" "الكشف والبيان عن تفسير القرآن للثعلبي 4/ 291، ط. دار إحياء التراث العربي).

قال الإمام الطَّبَرِي (جامع البيان 13/ 163): [قال قتادة: هو نبيكم صلى الله عليه وآله وسلم، كان أمِّيًّا لا يَكتبُ] اهـ.

وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أنَّ النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: «إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ.. الحديث» أخرجه الشيخان. 

Cara Menebak Kepribadian Seseorang Lewat Ucapannya

Pakar psikologi bahasa James Pennebaker pernah mengatakan, “Ucapan sehari-hari adalah cermin dari pikiran terdalam seseorang.” Artinya, cara seseorang berbicara sebenarnya bisa mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya. Jika kita jeli memperhatikan pilihan kata dan gaya bicara seseorang, kita dapat memahami karakter dan pola pikirnya dengan cukup akurat.

Berikut ini beberapa contoh ucapan sehari-hari yang bisa menjadi cermin kepribadian seseorang:

1. Banyak Mengeluh dalam Ucapannya

Orang yang sering berkata, “capek banget,” “hidup susah,” atau “nggak ada jalan,” biasanya memiliki pola pikir negatif. Mereka cenderung pesimis, mudah menyerah, dan melihat kesulitan lebih besar daripada peluang. Ucapan mereka mencerminkan kelelahan batin dan kurangnya rasa syukur.

2. Sering Menyalahkan Orang Lain

Ucapan seperti “gara-gara dia,” atau “kalau bukan karena bos,” menunjukkan seseorang yang sulit bertanggung jawab. Karakternya defensif dan enggan mengakui kesalahan. Tipe ini cenderung mencari kambing hitam daripada mencari solusi.


3. Suka Memberi Pujian Tulus

Sebaliknya, orang yang ringan berkata “keren banget,” “kamu hebat,” atau “bagus sekali,” menandakan kepribadian suportif dan rendah hati. Mereka mudah menghargai orang lain dan tidak takut tersaingi. Tipe ini biasanya menyenangkan untuk diajak kerja sama karena membawa energi positif.


4. Memakai Kata-Kata Kasar atau Merendahkan

Ucapan yang mengandung hinaan, ejekan, atau nada meremehkan menandakan watak arogan dan kurang empati. Orang seperti ini sering tidak sadar bahwa kata-katanya bisa menyakiti orang lain. Kebiasaannya mencerminkan hati yang keras dan kurang peka terhadap perasaan sekitar.

5. Sering Berkata “Nanti Aja” atau “Besok Aja”

Ucapan ini sering muncul dari orang yang memiliki kebiasaan menunda-nunda. Mereka cenderung kurang disiplin dan tidak terbiasa bekerja di bawah tekanan. Dalam jangka panjang, sifat ini bisa menghambat perkembangan diri dan kesempatan yang datang.

6. Bicara dengan Kata yang Rapi dan Terstruktur

Orang yang berbicara dengan runtut, jelas, dan mudah dipahami biasanya memiliki kepribadian logis dan terorganisir. Mereka suka perencanaan dan cenderung berpikir sistematis. Ucapan mereka mencerminkan cara berpikir yang matang dan stabil.


7. Bicara dengan Penuh Semangat

Ucapan yang energik dan optimistis — seperti “ayo,” “bisa,” “mantap” — mencerminkan pribadi yang percaya diri dan memotivasi. Mereka mampu menularkan semangat kepada orang lain dan biasanya memiliki pengaruh positif di lingkungannya.

Kesimpulan

Watak seseorang sering kali lebih mudah terbaca dari kata-katanya daripada dari penampilannya. Bahasa adalah jendela jiwa; setiap kalimat yang keluar bisa menunjukkan bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan memandang hidup. Semakin kita peka memperhatikan ucapan, semakin mudah kita memahami karakter orang lain — dan sekaligus belajar memperbaiki cara kita sendiri berbicara.

Rabu, 08 Oktober 2025

Hukum Mengkonsumsi Tanaman Yang Terkontaminasi Kotoran Babi



HUKUM MENGONSUMSI HASIL PANEN TANAMAN YANG TERKENA NAJIS 

Air yang terkontaminasi najis tersebut tidak mempengaruhi hasil panen. Sehingga hasil panennya halal untuk dikonsumsi. Kesimpulan tersebut bisa dilihat dari beberapa keterangan berikut:
 
Kebolehan (makruh) menggunakan pupuk najis: 
وَيَحِلُّ تَسْمِيدُ الْأَرْضِ بِالرِّيلِ وَدَبْعُ الْجِلْدِ بِالنَّجَسِ وَلَوْ مِنْ مُغَلَّظٍ مَعَ الْكَرَاهَةِ فِيهِمَا 
"Diperbolehkan menyuburkan tanah dengan kotoran dan menyamak kulit dengan sesuatu yang najis, meskipun dari najis mugholadzoh, namun hukumnya makruh pada keduanya." 

Dalam fatawi an-Nawawi, beliau Imam an-Nawawi ditanya perihal hukum memakan hasil dari tanaman, sayuran dan buah yang disirami menggunakan najis: 
مَسْأَلَةٌ: إِذَا سَقَى الزَرْعَ وَالْبَقْلَ وَالثَّمَرَ مَاءً نَجِسًا أَوْ زَبَلَتْ أَرْضُهُ هَلْ يَحِلُّ أَكْلُهُ الْجَوَابُ: يَحِلُّ أَكْلُهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ 
"Masalah: Jika tanaman, sayuran, dan buah disiram dengan air najis atau tanahnya diberi pupuk kotoran, apakah boleh dimakan? Jawaban: Boleh dimakan."

AIR BEKAS BASUHAN NAJIS 

Dalam permasalahan najis, ketika menggunakan air untuk membasuh najis, maka bisa masuk dalam kategori; air musta'mal (air suci tapi tidak mensucikan) jika tidak berubah salah satu rasa, bau dan warnanya dan menjadi mutanajis (terkontaminasi najis) jika berubah salah satu ketiga sifatnya. 
Maka dari itu, air mutanajis yang berceceran di jalan maupun di pinggir jalan, yang diyakini berubah sebab kotoran yang menempel pada tubuh babi, hendaknya disucikan sebagaimana mensucikan najis mugholadzoh, yakni dengan tujuh siraman salah satunya dicampur dengan debu suci.

HUKUM GENANGAN AIR YANG TERKENA NAJIS 

Jika airnya sedikit (kurang dari dua qullah), maka hukumnya mutanajis, baik sifat airnya berubah (rasa, warna dan bau) maupun tidak; 
Jika airnya banyak (dua qullah atau lebih), maka dipilah; jika sifat airnya berubah maka mutanajis, jika tidak berubah, maka tetap suci mensucikan. 
Air sedikit yang terkena najis juga bisa menjadi suci kembali jika dikumpulkan dengan air lain hingga mencapai dua qullah. Dengan syarat perubahan air sebab perkara najis menghilang. 

إِذَا جُمِعَ مِنَ الْمَاءِ الْمُسْتَعْمَلِ فِي مَقَرَ مَاءً بَلَغَ قُلَّتَيْنِ فَفِي الْمَسْأَلَةِ وَجْهَانِ: أَحَدُهُمَا -وَهُوَ الْأَصَحَ - أَنَّهُ يَعُودُ طَهُورًا فَإِنَّ الْمَاءَ الْقَلِيلَ النَّجِسَ إِذَا جُمِعَ إِلَيْهِ مَاءً نَجِسٌ فَبَلَغَ قُلْتَيْنِ وَلَمْ يَتَغَيَّرِ الْمَاءُ فَالْكُلِّ طَهُورُ. 
"Jika air yang sudah digunakan dikumpulkan di suatu tempat hingga mencapai dua qullah, maka dalam masalah ini terdapat dua pendapat. 
Pendapat pertama dan ini yang paling sahih-adalah bahwa air tersebut kembali menjadi suci dan mensucikan (tahūr); karena air sedikit yang najis apabila ditambahkan air najis lainnya hingga jumlahnya mencapai dua qullah dan sifat air tersebut tidak berubah, maka keseluruhannya menjadi suci dan mensucikan."

AIR MENGALIR YANG TERKENA NAJIS 

Pada dasarnya air yang mengalir memiliki kesamaan dengan air yang tenang ketika terkena najis. Menjadi mutanajis, baik sifatnya berubah atau tidak, jika airnya kurang dari dua qullah. Menjadi mutanajis, ketika berubah salah satu sifatnya, jika airnya dua qullah atau lebih. 
Akan tetapi, untuk menentukan ukuran dua qullah pada air yang mengalir, volume air yang dihitung bukan debit air secara menyeluruh. Melainkan dihitung per-jiryah (riak atau gelombang). 

Ibaratnya, gelombang pada air yang mengalir adalah gerbong air yang saling berkejaran. Gelombang-gelombang air ini saling sambung akan tetapi memiliki hukumnya tersendiri. Jika satu gelombang air ini ukurannya mencapai dua qullah, maka dihukumi mutanajis, saat berubah salah satu sifatnya. Jika kurang dari dua kulah, maka dihukumi mutanajis, baik berubah salah satu sifatnya atau tidak.  

Adapun tempat yang dilewati aliran air tersebut hukumnya najis dan bisa suci kembali dengan aliran air selanjutnya yang suci. Jika najis yang dibawa oleh satu aliran tadi merupakan najis mugholadzoh, maka harus dilaluli tujuh aliran air yang salah satunya bercampur dengan tanah. 

وَيَكُونُ مَحَلُّ تِلْكَ الْجِرْيَةِ مِنَ النَّهْرِ نَجِسًا وَيَظْهُرُ بِالْجِرْيَةِ بَعْدَهَا وَيَكُوْنُ فِي حُكْمِ غُسَالَةِ النَّجَاسَةِ حَتَّى لَوْ كَانَتْ مُغَلَّظَةٌ فَلَا بُدَّ مِنْ سَبْعِ جَرْيَاتٍ عَلَيْهَا وَمِنَ التَّقْرِيبِ أَيْضًا فِي غَيْرِ الْأَرْضِ التَّرَابِيَّةِ. 
"Tempat aliran (air yang tercampur najis) dari sungai itu menjadi najis, dan bisa suci dengan aliran air berikutnya. 
Air tersebut dihukumi seperti air bekas pencucian najis, bahkan jika najis itu tergolong najis berat (mugholadzoh), maka wajib disiram dengan tujuh kali aliran air, dan juga ditambahkan tanah pada selain tanah asli."

KESIMPULAN 

Dari seluruh penjelasan di atas menuai kesimpulan bahwa: 
Halal mengonsumsi hasil panen tanaman meskipun sebelumnya pernah teraliri oleh air/benda najis; 
Hendaknya air bekas siraman yang berubah karena bercampur dengan kotoran yang menempel pada babi, disucikan sebagaimana mensucikan najis mugholadzoh; 
Air sawah yang menggenang bisa menjadi suci kembali ketika bercampur dengan air lain (semisal air di persawahan) hingga volume air mencapai dua qullah serta perubahan air sebab najis menghilang; 
Sawah dan airnya yang tercampur dengan air mutanajis sebab najis mugholadzoh bisa suci kembali jika airnya terus menerus mengalir.

Sumber: FP Pondok Lirboyo 

Senin, 06 Oktober 2025

DELAPAN FAKTA PENTING SAHARA VS PAK DOSEN

DELAPAN FAKTA PENTING SAHARA VS PAK DOSEN

1. Pada tahun 2008, Pak Dosen membeli sebidang tanah di Kavling Depag III, Malang, dan mulai membangunnya pada tahun 2022. Sebagian tanah itu diwakafkan secara lisan untuk fasilitas umum berupa jalan.

Belakangan, Sahara dan suaminya mengontrak sebuah rumah di sebelahnya.

2. Hubungan mereka semula baik-baik saja. Konflik bermula ketika Sahara menempatkan mobil-mobil rentalnya sembarangan, sehingga mengganggu Pak Dosen. Sudah dicoba untuk dibicarakan dengan Sahara maupun Ketua RT setempat, namun buntu. Justru setelah itu Sahara melakukan berbagai ulah, baik verbal maupun nonverbal, untuk memancing emosi Pak Dosen, lalu memvideokan dan mempublikasikannya di Tik Tok. Seolah-olah dia adalah korban.

3. Awalnya banyak netizen yang mendukung dan simpati kepadanya, namun sekarang berbalik arah. Setelah tahu fakta sesungguhnya, para netizen menyerbu akunnya dan melontarkan komentar-komentar pedasnya. Sahara pun sudah berhenti ngontenin masalah ini. Playing victim-nya sudah tidak mempan. Di sisi lain, Pak Dosen sudah terlanjur dihujat sana-sini, hingga bersurat ke kampusnya agar dibebastugaskan mengajar selamanya.

4. Ada kabar rumah yang dikontrak Sahara itu telah dihibahkan oleh si pemilik kepadannya, tapi belum jelas bukti hibahnya. Yang jelas, SHM atas nama orang lain, bukan Sahara.

5. Tanah di seberang rumah Pak Dosen yang disewa Sahara itu adalah tanah sengketa di antara para ahli waris. Dia menyewa kepada seseorang, padahal masih ada ahli waris lainnya yang berhak.

6. Saat ini tanah itu diberi tulisan TANAH INI MILIK ELOK W/AHLI WARIS. Adapun nobil-mobil rental sudah disingkirkan semua. Namun, ada pagar bambu yang dipasang dan melanggar batas tanah Pak Dosen.

7. Pak Dosen sedang menempuh proses hukum pidana, dan telah melaporkan Sahara ke Kepolisian dengan dugaan berbagai tindak pidana, dari pencemaran nama baik hingga ancaman p3mbv.nuh4n.

8. Pak Dosen juga dapat menempuh proses hukum perdata, dengan mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum ke PN, dengan tuntutan ganti rugi materiil dan immateriil miliaran, yang bisa membuat Sahara bangkrut dan jadi gelandangan.

Mahasiswa, Dosen & Kitab Kuning

"WAJIB" PANDAI KITAB KUNING

Dosen-dosen ilmu-ilmu agama semestinya memang harus menguasai kecakapan membaca Kitab Kuning. Sangat miris misalnya pengajar tafsir tidak bisa baca kitab kuning? Bahkan membawa mudharat. Apapula yang dapat dikatakan lagi bila pengajar ilmu hadits tak bisa kitab kuning? Begitu juga fiqih? Apalagi pengajar Ushul Fiqih, sudah menjadi kewajiban ia pandai membaca kitab kuning. Pandai kitab kuning maksudnya ialah cakap dalam bahasa Arab, mencakup nahwu, sharaf, sharaf, balaghah, dilalah, uslub, dll. Dan ini tidak boleh setengah-setengah agar tidak menyesatkan murid ketika mengajar/ mengambil keputusan.

Apakah seorang yang bisa bercakap-cakap dengan bahasa Arab berarti pandai membaca kitab? Belum tentu. Kecakapan berbicara (takallum) tidak berbanding lurus dengan kecakapan membaca dan memahami. Kalau ada orang hebat takallum, saya tidak takjub, biasa. Saya lebih takjub dengan seorang yang pintar membaca kitab kuning, walaupun tidak pandai bercakap-cakap dengan bahasa Arab secara lancar. Kecakapan berbicara bisa diperdapat dengan otodidak. Tapi kecakapan membaca kitab kuning hampir MUSTAHIL diperoleh tanpa guru (dan saya sampai sekarang belum percaya kalau ada metode baca kitab kuning dalam waktu singkat). Ulama-ulama kita dulu mengajarkan cakap untuk membaca kitab kuning. Sedangkan, yang saya lihat hari ini, bahasa Arab diajar sebatas pandai berbicara. 

Mengenai pentingnya kitab kuning, saya teringat dengan alm. Prof. Amir Syarifuddin, tokoh dari Thawalib (dan tercatat sebagai ulama Muhammadiyah), yang sangat pintar mensurahkan Kanzul Raghibin. Saya tulis ceritanya dalam FB beberapa tahun silam;

"Guru saya, almarhum Drs. Ahmad Zaini bercerita. Sewaktu menjadi rektor IAIN Imam Bonjol, Prof. Amir Syarifuddin mengadakan semacam halaqah membaca kitab Kanzur Raghibinnya Imam Mahalli, karya penting fiqih dalam Mazhab Syafi'i yang dianggap sulit dipahami (kitab ini, versi cetakan lama dibarengi dengan Hasyiyah Qalyubi dan Amirah, setebal 4 jilid). Halaqah itu sebenarnya adalah test bagi dosen-dosen, terutama dosen syari'ah. Banyak yang tidak mampu membaca kitab Mahalli ini dengan lancar, tutur guru saya. Dan menariknya Prof. Amir Syarifuddin sangat menguasai kitab Kanzul Raghibin, meskipun beliau tamatan Thawalib (perlu diketahui bahwa kitab Kanzul Raghibin ialah kurikulum penting di madrasah madrasah PERTI). Saya kemudian sempat membaca biografi Prof. Amir Syarifuddin, bahwa ketika beliau kuliah di Jakarta, beliau sangat bersungguh-sungguh memahami huruf per huruf kitab Kanzul Raghibin, agar supaya tidak ketinggalan dengan teman-teman seangkatan yang sudah terlebih dahulu memahami. Untuk sekarang, saya tidak pernah lagi mendengar ada kampus yang membuat halaqah-halaqah "kitab berat" ini bagi dosen-dosennya, khususnya di Sumbar."

********

Dosen ilmu agama, terutama fiqih, ushul, tafsir hadits, yang tidak cakap Kitab Kuning, kira-kira hasil didikannya/mahasiswanya bagaimana?

7 Detail Kecil yang Membentuk Citra Pria Berkelas

7 Detail Kecil yang Membentuk Citra Pria Berkelas Tidak semua pria berkelas lahir dari harta melimpah atau jabatan tinggi. Justru, sering ka...