Tidak semua orang yang bertambah umur otomatis menjadi dewasa. Waktu memang membuat tubuh menua, tetapi tidak selalu membuat hati dan pikiran ikut matang. Ada yang baru berusia tiga puluh tahun namun sudah bijak menghadapi hidup, dan ada pula yang berumur lima puluh tapi masih mudah tersinggung serta sulit mengendalikan emosi.
Kedewasaan bukan soal angka, melainkan tentang cara berpikir, merespons, dan memahami kehidupan. Orang yang benar-benar dewasa tidak selalu banyak bicara, tapi tindakannya penuh pertimbangan dan ketenangan. Sedangkan orang yang hanya sekadar tua sering merasa paling tahu, padahal enggan belajar hal baru.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ"
“Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR. al-Bukhārī dan Muslim)
1. Orang Dewasa Mengelola Emosi, Orang Cuma Tua Meledakkannya
Orang dewasa tahu kapan harus berbicara dan kapan sebaiknya diam. Ia sadar bahwa tidak semua hal perlu dibalas.
Allah berfirman:
"وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ"
“(Orang bertakwa adalah) mereka yang menahan amarah dan memaafkan orang lain; Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 134)
Sementara orang yang cuma tua mudah terpancing, merasa harus selalu benar, dan menganggap kritik sebagai serangan pribadi. Padahal, kedewasaan justru tampak dari kemampuan menenangkan diri.
2. Orang Dewasa Mau Mendengar, Orang Cuma Tua Ingin Didengar
Kerendahan hati adalah tanda kecerdasan batin. Orang dewasa mau mendengarkan dan belajar dari siapa pun.
Imam Syafi‘i berkata:
"ما ناظرت أحدًا إلا أحببت أن يُوفَّق ويُسَدَّد ويكون عليه رعاية من الله وحفظ"
“Aku tidak pernah berdebat dengan seseorang kecuali aku berharap ia diberi petunjuk dan penjagaan oleh Allah.”
Sebaliknya, orang yang cuma tua merasa gengsi untuk belajar. Ia mengira pengalaman hidupnya sudah cukup, padahal kebijaksanaan lahir dari kerendahan hati untuk terus belajar.
3. Orang Dewasa Bertanggung Jawab, Orang Cuma Tua Suka Menyalahkan
Ketika gagal, orang dewasa mencari solusi, bukan kambing hitam. Ia menyadari bahwa setiap masalah adalah peluang memperbaiki diri.
Nabi ﷺ bersabda:
"المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف، وفي كل خير..."
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.”
(HR. Muslim)
Kekuatan di sini bukan fisik, tapi tanggung jawab dan kemauan untuk memperbaiki diri.
4. Orang Dewasa Tenang dalam Ketidakpastian, Orang Cuma Tua Panik dan Mengeluh
Orang dewasa paham bahwa hidup penuh ujian. Ia percaya bahwa setiap ketidakpastian adalah bagian dari rencana Allah.
Allah berfirman:
"فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا"
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. al-Insyirāḥ [94]: 6)
Sementara orang yang cuma tua mudah panik, suka mengeluh, dan menuntut kepastian. Padahal, orang dewasa percaya proses lebih penting daripada hasil sesaat.
5. Orang Dewasa Memaafkan untuk Damai, Orang Cuma Tua Menyimpan Dendam
Memaafkan bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ"
“Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu.”
(HR. al-Tirmidzī)
Orang dewasa memaafkan agar hatinya tenang. Sebaliknya, orang yang cuma tua menganggap dendam sebagai kekuatan — padahal itu tanda bahwa hatinya belum sembuh.
6. Orang Dewasa Fokus pada Diri Sendiri, Orang Cuma Tua Sibuk Membandingkan
Orang dewasa tahu bahwa setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ia tidak iri, karena yakin rezeki dan waktu setiap manusia telah ditetapkan Allah.
Allah berfirman:
"وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ"
“Janganlah kamu iri terhadap apa yang Allah karuniakan kepada sebagian kamu lebih dari sebagian yang lain.”
(QS. an-Nisā’ [4]: 32)
Sementara orang yang cuma tua sibuk membandingkan, sehingga kehilangan ketenangan.
7. Orang Dewasa Tenang Saat Tak Disukai, Orang Cuma Tua Mencari Pengakuan
Tidak semua orang akan menyukai kita — dan itu wajar. Orang dewasa memahami bahwa penerimaan diri lebih penting daripada validasi orang lain.
Imam al-Ghazālī berkata:
"من عرف نفسه اشتغل بإصلاحها عن عيوب الناس"
“Siapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk memperbaikinya, bukan mencari-cari kesalahan orang lain.”
Sebaliknya, orang yang cuma tua mudah tersinggung dan selalu ingin disukai.
Penutup: Umur Bertambah, Kedewasaan Harus Diusahakan
Menjadi dewasa tidak terjadi dengan sendirinya. Ia lahir dari pengalaman, refleksi, dan keberanian menghadapi diri sendiri.
Maka jangan hanya bangga karena usia bertambah, tapi pastikan juga hatimu tumbuh dalam kebijaksanaan.
Karena pada akhirnya, umur hanyalah angka, sedangkan kedewasaan adalah pilihan — pilihan untuk mengelola emosi, belajar rendah hati, bertanggung jawab, dan hidup dengan hati yang damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar