Jumat, 14 Maret 2025

Puasa Bagi Musafir

Puasa bagi Musafir

Musafir diperbolehkan meninggalkan puasa meskipun mampu berpuasa, dengan tiga syarat:  

1. Bepergian dilakukan sebelum fajar (sebelum masuk waktu Subuh).  
2. Jarak perjalanan minimal mencapai masafah al-qashr (82 km).  
3. Bepergiannya dengan tujuan yang mubah, bukan untuk maksiat (seperti merampok).  

Selain tidak wajib berpuasa, musafir yang memenuhi tiga syarat di atas juga tidak wajib berniat puasa di malam hari. Namun, ia tetap wajib mengqadha puasa yang ditinggalkan.  
Jika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, misalnya bepergian dilakukan setelah masuk waktu Subuh atau jaraknya kurang dari masafah al-qashr, maka musafir tetap wajib berpuasa dan berniat sejak malam hari.  

Ada pendapat dalam Madzhab sekalipun bepergian setelah subuh dibolehkan berbuka. Tapi pendapat ini lemah. 

Mana yang Lebih Utama bagi Musafir: Berpuasa atau Tidak?

Tetap berpuasa lebih utama karena:  

1. Firman Allah: Dan kalian berpuasa lebih baik bagi kalian."
2. Berpuasa menghindarkan dari tanggungan qadha.  
3. Keutamaan puasa Ramadhan tidak tergantikan di luar bulan Ramadhan.  

Namun, jika berpuasa dalam perjalanan dapat menyebabkan mudarat, maka tidak berpuasa lebih utama, bahkan bisa menjadi wajib, sebagaimana dalam hadis: Tidak termasuk kebaikan berpuasa ketika safar.

Sumber: Piss KTB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keutamaan Tidur dalam keadaan suci

KEUTAMAAN TIDUR DALAM KEADAAN SUCI من بات طاهراً بات في شعاره مَلَك . Barang siapa tidur dalam keadaan suci ( berwudhu) maka dih...