Gara-Gara
tidak Menghadap Kiblat
Diceritakan, dua
pemuda Arab dengan kemampuan yang sama-sama baiknya diperintah guru mereka
melanjutkan rihlah ilmiah ke negara Yaman. Tanpa berpikir panjang, keduanya
menyutujui perintah sang guru.
Setiba di Yaman,
keduanya menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, bahkan tidak pernah telat
dalam mengikuti setiap pengajian para ulama Yaman. Dalam belajar, keduanya juga
memperhatikan betul adab seorang penuntut ilmu. Hanya saja, salah satu dari mereka
pernah belajar tidak menghadap kiblat.
Setelah lama
melanglang buana di negeri seribu wali, keduanya memutuskan pulang ke kampung
halaman. Ternyata, ketika berbaur ke tengah masyarakat, hanya salah satunya
saja yang dicocoki masyarakat dan ilmunya bermanfaat.
Mendengar nasib dua
murid kesayangannya yang berbeda jauh, sang guru mendatangi muridnya yang bernasib
buruk. “Apakah engkau pernah belajar
dalam keadaan hadas?,” tanya gurunya. “Tidak
wahai guru, saya senantiasa dalam keadaan suci,” jawabnya. “Bagaimana dengan menghadap kiblat? Apakah
engkau pernah belajar tidak menghadap kiblat?” “Iya
pernah. Kala itu aku tidak menghadapnya karena ada suatu hal.” “Ketahuilah muridku, jika engkau menganggap
hal itu sebagai perbuatan sepele, maka itulah penyebab engkau gagal memperoleh
ilmu manfaat dan barokah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar