Minggu, 29 Desember 2024

NASEHAT SYAIKH SAID FAUDAH KEPADA PENUNTUT ILMU

NASEHAT SYAIKH SAID FAUDAH KEPADA PENUNTUT ILMU 

Menjawab pertanyaan salah seorang santri Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga tentang bagaimana langkah efektif yang perlu ditempuh oleh seorang santri dalam menuntut ilmu, Syaikh Said Faudah menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh oleh seorang santri secara bertahap agar berhasil dalam menuntut ilmu.

1. Menghafal Matan

Saat baru memulai belajar suatu fan ilmu, hal yang paling penting dilakukan oleh seorang santri adalah menghafal satu matan dalam fan tersebut. Pada fase ini, menghafal matan menjadi prioritas utama, walaupun tidak paham sedikit pun matan yang dihafal. Sebagai contoh dalam fan Mantiq, bisa menghafal matan sulam atau isaghuji, dalam bidang aqidah bisa saja menghalal Kharidah, Jauharah, Sanusiyyah, Bad-ul Amali, dan semisalnya, begitu juga dalam bidang ilmu lainnya.

Tanpa menghafal matan, akan membuat banyak masail ilmu terabaikan dan membutuhkan waktu yang lama untuk menata ulang maklumat yang sudah dipelajari. Padahal, semua maklumat itu sudah ditata oleh para ulama dengan begitu rapi dan akurat. Matan ini merupakan kharithah irsyadiyyah, yaitu skema tentang garis-garis besar pembelajaran yang akan menuntun seorang santri untuk memahami langkah apa saja yang perlu ia tempuh dari satu tahap ke tahap berikutnya.

2. Tasawwur Ijmali

Tahap berikutnya yang perlu ditempuh oleh seorang santri adalah berusaha untuk memiliki pemahaman secara umum terhadap semua matan yang dihafal. Pada tahap ini, tidak tepat seorang santri mengkaji bab tertentu secara mendalam. Hal ini seperti yang biasa terjadi pada madrasah kelompok Wahabiyyah, dimana ketika mereka mengajarkan akidah, porsi pembahasan asma wa sifat terlalu banyak, sehingga mereka kerap melupakan pembahasan tentang pembuktian wujud Allah, nubuwwat, sam'iyyat, dan kaidah-kaidah lainnya yang sangat banyak dalam bidang akidah.

3. Menentukan Kitab Utama Pembelajaran (Madar al-Dars) dan Kitab Muthala'ah

Setelah memiliki pemahaman dasar secara menyeluruh terhadap fan ilmu yang dikaji, pada level pertengahan, seorang penuntut sudah boleh melangkah ke tahapan menjadikan kitab syarah tertentu sebagai pegangan utama pembelajaran, yang diistilahkan dengan madar al-dars. Kitab syarah yang dijadikan sebagai pegangan utama ini harus diberikan perhatian yang besar oleh seorang santri sebagai bekal memperoleh pemahaman lanjutan dari kitab matan.

Setelah memilih kitab tertentu sebagai madar al-dars, penuntut ilmu harus memperkaya wawasan keilmuannya dengan mencari beberapa kitab syarah lainnya sebagai kitab muthala'ah. Ketika mendapatkan faidah atau tambahan tertentu dari kitab muthala'ah, faidah atau tambahan ini kemudian harus ditulis kembali dengan teks yang kecil pada pinggiran (hamisy) kitab madar al-dars. Ini mesti ditulis. Ketika seorang penuntut ilmu telah melakukan langkah ini dari awal kitabnya sampai akhir, kitabnya telah menjadi kumpulan maraji' dari fan yang sedang ia geluti. 

Jika kitab madar al-dars sudah dipahami dengan baik, ditambah dengan adanya maklumat lainnya dari kitab muthala'ah yang telah dikaji dan ditulis pada kitab madar al-dars, dengan sendirinya maklumat itu akan melekat dalam ingatan. Tentu saja ini membutuhkan kesabaran dan menghabiskan banyak waktu. Seorang penuntut ilmu sudah seharusnya memiliki kesabaran dan kesungguhan yang tinggi.

4. Mubahasah 

Hal yang tidak kalah pentingnya bagi seorang penuntut ilmu adalah melakukan mubahasah, yaitu berdiskusi dua arah dengan teman-teman. Pada fase ini, sebagian penuntut ilmu yang memiliki sedikit keunggulan dibandingkan dengan temannya merasa dirinya seakan pada posisi guru bagi teman-temannya. Sikap sombong ini sangat berbahaya dan berakibat fatal bagi seorang penuntut ilmu. Oleh karena itu, sebagai penuntut ilmu, seberapa pun ia memiliki kelebihan dibandingkan teman-temannya, tetaplah memposisikan mereka sebagai teman yang dapat saling berdiskusi, saling membantu dan saling bertukar pikiran antara satu sama lain.

5. Memilih Guru yang Cerdas 

Seorang penuntut ilmu juga perlu memilih Guru yang cerdas, untuk bertanya dan merujuk kepadanya ketika berhadapan dengan masalah yang rumit. Jangan bertanya kepada Guru sebelum Engkau memeriksa dan mengkajinya sendiri. Jika seorang guru bijak, ia tidak akan memanjakan muridnya dengan menjawab apa saja yang ditanyakan, tetapi mendorong mereka agar mau meneliti hingga kemudian pertanyaannya berangkat dari kendala yang dihadapi dalam penelitiannya. 

6. Belajar dalam Keadaan Senang

Seorang penuntut ilmu juga harus mencari waktu yang baik untuk belajar, sehingga ia belajar keadaan senang kepada ilmu. Jika seandainya memiliki rasa bosan untuk belajar, tidak ada salahnya untuk menghibur diri dengan bermain untuk sementara waktu. Jika bosan dengan satu fan ilmu, beralih lah kepada fan ilmu yang lain, jika masih bosan juga, maka tidak ada salahnya rehat satu dua hari untuk bermain dan refreshing sehingga kemudian kembali belajar dalam keadaan senang terhadap ilmu. Jika semua cara ini tidak mempan, mungkin sudah saatnya untuk segera berkeluarga.

Selain cara-cara di atas, seorang penuntut ilmu harus senantiasa menghormati guru, dan menghormati teman belajarnya. Apabila seorang pelajar sombong kepada temannya, ini akan membuat tidak sempurna perjalanannya dalam menuntut ilmu. Apalagi sombong kepada guru. Pada fase tertentu, seorang pelajar memang sangat merasa butuh kepada guru. Tetapi dalam fase berikutnya, seorang pelajar bisa saja mencapai pencapaian yang lebih tinggi dari gurunya. Di saat itu, jika ia memandang rendah gurunya, menganggap siapa dia, dan lupa bagaimana dulu Sang Guru menuntun dan membimbingnya, ini akan memberikan dampak yang sangat berbahaya.

[Catatan dari Muhadharah 'Ammah bersama Syaikh Dr Said Abdul Latif Faudah, Ulama Ahli Kalam dari Yordania di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Tertipu Dengan Dosa Kecil

DOSA BESAR BISA DIAMPUNI BILAMANA BERTOBAT DAN DOSA KECIL BISA DISIKSA BILAMANA TIDAK BERTOBAT قال أبو بكر الصديق رضي الله ع...