Minggu, 14 Maret 2021

Doa Untuk Sakit Gigi

 



 

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (سبع مرات)

Qul huwallazdī ansya`akum wa ja'ala lakumus sam'a wal-abshāra wal-af`idah, qalīlam mā tasykurụn

 

Artinya: “Katakanlah wahai Muhammad: ‘Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati’. (Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur.” [QS. Al-Mulk: 23]

 

Nabi bersabda: “Barangsiapa yang sakit giginya maka letakkan jari-jarinya pada gigi yang sakit dan ucapkanlah ayat ini tujuh kali”

[HR: Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas]

 

 

Refrensi: Ad-Da’awat al-Kabir lil Baihaqi 2/256

Solusi Jitu buat Wanita Karir

 


Pada era milenium seperti sekarang ini, para wanita turut meramaikan berbagai sektor penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Di Indonesia misalnya, perempuan banyak mengisi pos-pos strategis pemerintahan, mulai Mentri, Polisi, Bupati, Wali kota, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sampai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di sektor ekonomi dan bisnis tak jauh berbeda. Kaum Hawa punya peran penting di beberapa perusahaan adidaya. Perempuan-perempuan seperti merekalah yang kemudian membomingkan istilah wanita karir.

Dalam surah al-Ahzab, ayat 33, Allah berfirman:

"وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا"

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. al-Ahzab [33]: 33)

Imam al-Qurthubi dalam al-Jâmi‘ li Ahkâmil-Qur’ân-nya menguraikan bahwa maksud dari ayat ini adalah perintah agar wanita berdiam diri di dalam rumah dan larangan keluar rumah kecuali darurat. Lebih lanjut al-Qurthubi membeberkan bahwa meski secara tekstual ayat ini ditujukan kepada keluarga Nabi, namun secara kontekstual menyeluruh terhadap muslimah sedunia.

Hanya saja menurut Imam Ibnu Katsir dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm-nya, ayat tersebut menjelaskan larangan perempuan keluar rumah tanpa hajat yang dibenarkan oleh syariat. Pandangan Ibnu Katsir ini diikuti oleh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsîr al-Munîr-nya.

Terlepas dari perbedaan ulama mengenai faktor yang menyebabkan perempuan boleh keluar rumah, semua ulama sepakat bahwa yang terbaik bagi perempuan adalah berdiam diri di dalam rumah dan meminimalisir aktifitas di luar rumah. Alasan paling mendasar adalah segala kebutuhan seorang perempuan ditanggung oleh laki-laki, sehingga tidak ada hal yang begitu mendesak dan menuntutnya beraktifitas di luar. Terlebih, ketika seorang perempuan keluar rumah, setan-setan menyambutnya dengan bahagia dan dihiasi berbagai pemikat penggoda mata lelaki. Bahkan dalam sebuah Hadis, Rasulullah menegaskan bahwa keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah yang berdiam diri di dalam rumah. (HR. Ibnu Khuzaimah dan at-Tirmidzi)

Meskipun boleh beraktifitas di luar, ada beberapa hal yang wajib dipenuhi oleh wanita yang hendak keluar rumah. Di antaranya adalah a) meminta izin kepada orang tua bagi yang masih lajang dan kepada suami bagi yang sudah berumah tangga; b) karena keperluan mendesak atau hajat yang dibenarkan oleh syariat; c) menutup aurat dengan benar; d) tidak berdandan atau bersolek; e) tidak berbaur dengan lawan jenis; f) menjaga adab dan tatakrama sehingga tidak memancing fitnah. Salah satu dari ketentuan-ketentuan itu tidak terpenuhi, maka ia tidak boleh keluar rumah.

Untuk wanita karir, sejatinya hal itu sudah ada sejak zaman Nabi. Istri pertama Baginda saudagar kaya raya yang menghibahkan seluruh hartanya untuk dakwah Baginda. Beliau adalah Sayidah Khadijah al-Kubra. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah wanita karir yang bisnisnya berkembang pesat. Rasulullah adalah salah satu pegawainya yang membuatnya jatuh cinta karena kejujuran dan kepandaiannya.

Pada zaman Nabi, ada pula seorang wanita yang mengadu kepada Baginda. Wanita itu mengeluh karena ia yang menanggung segala kebutuhan keluarga. Suaminya selalu gagal dalam usaha mencari nafkah. Rasulullah menyarankannya agar meminta cerai. Wanita itu tidak mau dan meminta pilihan lain. Rasulullah kemudian memberi pilihan agar dia yang memenuhi nafkah keluarga dengan imbalan pahala berlipat ganda. Pahala membahagiakan suami, pahala memberi rezeki dan nafkah kepada keluarga, serta pahala silaturahim dengan anak-anaknya. Wanita mulia itu memilih penawaran tersebut dengan wajah berseri-seri.

Agama Islam memang tidak melarang wanita untuk bekerja atau meniti karir. Akan tetapi, harus dipahami bahwa hal tersebut hanya sekedar meringankan beban suami atau dalam kondisi terpaksa. Tidak lantas dijadikan rutinitas prioritas. Apalagi, sampai melalaikan tugas pokok sebagai ibu rumah tangga.

Selain itu, ia juga harus memahami etika berinteraksi dengan lawan jenis agar bisa menjaga diri saat terjun dalam bisnis. Sebagai tauladan saat bekerja adalah dua putri Nabi Syuaib. Dalam al- Quran disebutkan :

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. (QS. al-Qashash [28]: 23)

            Maka, alangkah bijaksananya jika para wanita yang ingin berkarir di tengah kewajibannya sebagai seorang istri untuk meneladani sosok Sayidah Khadijah al-Kubro. Untuk berdagang menjual hewan ternak ke negara Syam, beliau tidak perlu repot-repot susah-payah menggiring hewan ternak sendiri ke sana. Cukup baginya mencari orang-orang terpercaya yang akan diamanahi menjualkan hewan ternaknya. Dengan begitu beliau tetap bisa berkarir meski tanpa keluar rumah. Langkah cerdas Sayidah Khadijah ini banyak ditiru oleh istri-istri para ulama. Bahkan, istri Baginda yang lain ada yang berprofesi sebagai penjahit yang upahnya disedekahkan kepada fakir miskin. Apalagi di era gadget seperti saat ini, peluang bisnis online lebih menjajikan. Cukup bermodal smartphone dan paket data, bisa bekerja tanpa keluar rumah. Silahkan mencoba!


Penaklukan Kota Belgrade



Belgrade atau Beograd adalah Ibu kota Serbia dan salah satu kota tertua di Eropa dan Dunia. Kota ini sekarang menjadi ibu kota Serbia, di masa lalu kota ini ditaklukkan oleh Romawi di bawah pemerintahan Agustus dan dianugerahi hak kota Romawi pada pertengahan abad ke-2. Pada tahun 927 H. / 1521 M. Beograd kemudian jatuh ke tangan Dinasti Usmani Ottoman dan menjadi tempat pusat kebudayaan Islam di Eropa selama berabad-abad.

Kronologi jatuhnya Beograd

Diawal dengan pengiriman utusan Usmani kepada Krajaan Hongaria sebagai bentuk jalinan diplomasi kepada mereka, sesampainya utusan ke kota Beograd bukan sambutan yang ia terima, melainkan nyawa melayang karena sifat pengecut raja Hongaria, setelah mendengar utusannya dibunuh, Sultan Usmani Saat itu, Sulaiman al-Qanuni bergerak cepat untuk segera mengepung Beograd.

Pengepungan Belgrade atau Beograd berlangsung mulai akhir Akhir Sya’ban sampai akhir Ramadhan 927 H atau Juli hingga 29 Agustus 1521 M. Sultan Suleiman I turun langsung bertempur melawan tantara Hungaria. Pasukan Usmani berhasi maju dan mengepung benteng Kerajaan Hongaria di Nándorfehérvár (nama Beograd dalam bahasa Hongaria).  Tak butuh waktu lama untuk berhasil masuk menerobos benteng dan berhasil ditaklukan. Beograd kemudian menjadi markas militer yang penting untuk melancarkan operasi militer di Eropa.

Jasa besar Sultan Sulaiman

Yang paling berjasa dalam penaklukan Beograd ini tentu saja sang Sultan Sulaiman al-Qonuni bin Salim, orang-orang Barat Suleiman the Magnificent (Sulaiman yang Agung). Keputusannya yang cepat dan tepat membuat Krajan Hongaria tak bisa menyiapkan pertempuran secara maksimal, Ia juga memimpin sendiri pasukan menuju Beograd yang tentu saja menjadi faktor penting meningkat mental bawahannya dalam menghadapi pertempuran.

Sultan Sulaiman merupakan sultan yang masa berkuasanya cukup panjang namun sangat bijak dan dicintai rakyat dan umat. Pemerintahannya berlangsung selama 48 tahun, dimulai dari tahun 926 H hingga 974 H. Selama memerintah negara kekhalifahan Utsmani, ia berhasil menjadikan dinasti Usmani begitu kuat dan disegani. Pada masa Sultan Sulaiman luas Dinasti usmani mencapai batas puncak, Eropa timur dan Alazair di bagian barat, Laut Hitam diwilayah Utara, Jazirah Arab dan Persia di bagian timur dan Mesir di wilayah selatan Hal itu sangat tampak pada batas-batas wilayah Utsmani, yang luasnya belum pernah disaksikan pada masa sebelumnya.

Sultan Sulaiman juga orang yang dalam pengetahuan ilmu agamanya. Saat Belgrade berhasil ditaklukan, sekitar 284. 500 kaum Muslimin mengadakan shalat Jumat raksasa yang diimami langsung oleh Khalifah Sulaiman. Shalat Jumat dilakukan di halaman gereja, pinggir kota Belgrade.

Semenjak ditaklukan Belgrade itu menjadi tempat pangkalan militer Utsmani dalam ekpansinya di Benua Eropa, dan menjadikan suplai senjata dan akomodasi lebih mudah, terbukti setelah itu penaklukan demi penaklukan berhasil dicapai oleh dinasti Usmani di Eropa, puncaknya pada 10 Dzul Qo’dah 932 H/29 Agustus 1526 M, tepat lima tahun pasca penaklukan Belgrade, Dinasti Utsmani mendapat kemenangan gemilang dalam pertempuran Mohacs, pertempuran antara persekutuan Raja-raja Eropan melawan kekuatan Islam, dan berakhir dengan kemenangan Islam. kemenangan ini sangat berpengaruh bagi perkembangan Dinasti Utsmani di Eropa, sampai tahun 1529 M, Dinasti Utsmani mencapai pintu gerbang Vienna (Wina) Austria yang menandakan separuh Eropa sudah berhasil dikuasai.


Senin, 08 Maret 2021

Marj-Dabiq: Permulaan Perang Saudara Usmani-Mamluk

 



Pendahuluan

Pertempuran Marj Dābiq adalah pertempuran antara tantara Usmani Turki dengan tantara Mamluk Mesir yang terjadi di Desa Dābiq, 44 Kilometer utara Aleppo, Suriah. Marj Dābiq dalam bahasa Arab berarti Padang Rumput Dābiq (The meadow of Dābiq).

Pertempuran ini adalah bagian awal dari peperangan antara Khilafah Turki Utsmani melawan Kesultanan Mamluk sepanjang tahun 922-923 H./1516-1517 yang berakhir dengan kemenangan pada Turki Utsmani. Akibat kekalahan Mamluk di Marj-Dabiq adalah lepasnya seluruh wilayah Syam dari tangan Dinasti Mamluk.

Usmani pura-pura lemah

Sultan Al-Asyraf Qansuh al-Ghawri menyiapkan pasukannya pada permulaan tahun 922 H. untuk memasuki perbatasan Turki Utsmani di sebelah timur Anatolia, dan persiapan Sultan sangat maksimal kali ini. Ketika ia hendak berangkat, datanglah utusan Dinasti Usmani yang membawa berita bahwa Dinasti Usmani akan menunjuk wakil dari Mesir sebagai penguasa wilayah perbatasan antara Turki Utsmani dan Mamluk. Sultan al-Asyraf menginginkan bahwa perbatasan, khususnya propinsi Dulkadir dalam wilayah Turki Utsmani, tunduk pada perintahnya atas nama Mamluk yang berkuasa di Mesir. Diantara janji yang juga dibawa oleh utusan Sultan Selim I adalah membuka perbatasan untuk perlintasan perdagangan dan bahkan menyerahkan sebagian wilayah taklukan bekas Krajaan Safawi kepada Sultan al-Asyraf.

Pada hari Ahad 16 Rabi’uts Tsani 922 Hijriah (18 Mei 1516), Sultan al-Asyraf berangkat dari Kairo bersama pasukan yang banyak termasuk 20 ribu Kavileri;. Al-Asyraf menugaskan Tuman Bey II sebagai pemimpin di Kairo selama ia memimpin ekspedisi tersebut; keberangkatan yang mewah dengan pertunjukan yang meriah melepas keberangkatan pasukan al-Asyraf. Ikut bersama pasukan ini tidak kurang dari 15 amir, kesatuan kawal kesultanan 5.000 kavaleri Mamluk, dan satuan milisi Beduin (Badw, Badui) lainnya yanh bergabung di sepanjang perjalanan di Syam.

Khilafah ‘Abbasiyah di Kairo

Pada rombongan terkawal paling belakang terdapat Khalifah al-Mutawakkil III dari Daulah ‘Abbasiyah. Daulah ‘Abbasiyah berdiri di Kairo setelah Baghdad dihancurkan oleh Mongol pada tahun 1258. Kesultanan Mamluk menerima dan melindungi institusi kekhalifahan pada tahun 1261 ketika Sultan Baybars I al-Bunduqdārī secara resmi mengangkat Khalifah al-Mustanshir sebagai pelanjut Daulah ‘Abbasiyah di Kairo.

Dalam rombongan belakang ini terdapat juga Ahmed yang merupakan keponakan Selim I yang memiliki hak atas kekhilafahan Turki Utsmani. Al-Asyraf membawa serta Ahmed dengan tujuan dapat menarik simpati para pemimpin dari pihak lawannya. Al-Asyraf melaju pelan sehingga baru sampai ke Damakus pada tanggal 9 Juni. Ia pun diterima di kota ini dengan karpet terbentang serta perayaan besar lagi mewah yang disediakan oleh Amir Sibay, gubernur Mamluk untuk Damaskus. Setelah itu ia terus bergerak menuju kota Hims dan Hammah dengan penerimaan yang sama mewahnya hingga persiapan menuju Aleppo (Halab).

Diantara yang menyebabkan lambannya pasukan Mamluk yang dahulu terkenal gesit adalah bahwa setiap pasukan membawa perlengkapam dan persenjataan dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh besarnya pembagian bonus dana perang yang diberikan oleh al-Asyraf kepada setiap pasukan elit kavalerinya berupa; 100 dinar, 4 bulan gaji ke depan, serta dana pembelian unta.

Sementara itu tiba pula utusan dari pihak Turki Utsmani dengan membawa hadiah yang mahal kepada al-Asyraf maupun al-Mutawakkil III serta para pemuka lainnya. Disampaikan oleh utusan bahwa Sultan Selim I memelas untuk diberikan gula khas Mesir serta kue dan gula-gula lainnya. Di kemudian hari ternyata ditemukan bahwa aksi diplomasi ini ditujukan agara al-Asyraf dan para pemimpin Mamluk menganggap remeh Sultan Selim I yang justru sedang bersiap tempur tanpa disadarinya.

Utusan dari al-Asyraf datang ke tenda Selim I dengan membawa hadiah ala kadarnya sebagai balasan merendahkan utusan sebelumnya. Sultan Selim I mengerti pesan simbolik pelecehan itu dan menangkap utusan serta mengembalikannya setelah dicukur hingga gundul dan ditunggangkan di atas keledai. Balasan ini mengangetkan al-Aysraf yang mengira Sultan Selim I akan tunduk dan patuh pada perintahnya begitu saja.

Gejala Pengkhianatan pada Barisan Mamluk

Di kota Aleppo, gubernur Mamluk yang dijabat oleh Khair Bey menerima rombongan al-Asyraf dengan kemewahan yang sama dengan kota-kota sebelumnya untuk menyembunyikan perjanjian rahasianya dengan Sultan Selim I. Penduduk Aleppo sebenarnya tidak menyukai al-Asyraf karena kekejamannya terhadap Aleppo di masa silam.

Kurang hangatnya penerimaan penduduk Aleppo sangat kontras dibandingkan dengan jamuan Kair Bey sehingga para penasihat al-Asyraf memberi masukan agar ia siaga. Al-Asyraf merasa tidam nyaman di Aleppo kemudian mengambil lagi janji setia para komandan dengan membagikan hadiah kepada mereka; sebagian yang tidak atau kurang mendapatkan bagian mulai merasa tersisihkan. Pertimbangan untuk menangkap Khair Beg Malbai karena tingkah-lakunya yang mencurigakan sudah disampaikan kepada al-Asyraf namun perintah itu digagalkan oleh Amir Janberdi Al-Ghazali.

 

Pertempuran

Pada hari Rabu 21 Rajab 922 Hijriah (20 Agustus 1516) pasukan Mamluk sudah sampai di padang rumput Marj-Dabiq sekitar 1 hari perjalanan dari Aleppo. Al-Asyraf yang tiba lebih dahulu di tempat ini tidak segera menyusun barisan tempurnya sehingga kehadiran pasukan Turki Utsmani yang datang belakangan masih dapat memilih lokasi yang menguntungkannya.

 

Pertempuran dimulai dengan serbuan kavaleri Mamluk yang legendaris itu, sayap kanan dipimpin Amir Sibay dari Damaskus dan sayap kiri dipimpin Amir Khair Beg Malbai. Serangan keras ini berhasil memukul mundur sayap kiri Turki Utsmani setelah dibantu oleh infanteri Panglima Amir Su’dun, bahkan dalam catatan resmi diperoleh keterangan bahwa Selim I sudah mempertimbangkan untuk mundur. Namun, barisan meriam lapangan Turkk Utsmani berhasil menewaskan panglima Amir Su’dun dan gubernur Amir Sibay dalam serangan balasan. Pada kondisi genting ini, sebenarnya Mamluk masih dapat meneruskan terjangan jika barisan kavaleri sayap kirinya terus mendesak maju. Hanya saja, Amir Kahir Beg Malbai menarik pasukannya sesuai komitment rahasianya dengan Selim I pada situasi tersebut sehingga sisa kavaleri dan infanteri Mamluk kini justru terkepung. Hampir semuanya terbunuh dengan tembakan jitu Janisari yang kini dilengkapi dengan senapan api Musket yang canggih untuk zamannya. Kavaleri Mamluk yang legendaris itu tercabik-cabik oleh peluru meriam lapangan yang ditembakkan secara terkoordinir dari berbagai arah.

Sisa pasukan Mamluk di garis belakang mundur secara panik karena sinyal komando mundur ditiupkan oleh Amir Khair Beg Malbai ketika barisan masih mencoba bertahan. Sia-sialah uoaya menyusun ulang barisan karena kini semua pasukan sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Masalah semakin bertambah karena kota Aleppo atas perintah Amir Kahir Beg Malbai menutup pintu gerbangnya. Sultan al-Asyraf Qansuh al-Ghawri terbunuh ketika ia mengalami stroke selagi menunggangi kudanya dan jatuh.

Khalifah al-Mutawakkil III memilih untuk menyerah dan berpindah pihak berikut beberapa amir yang sedari awal tidak merasa diperhatikan oleh Sultan al-Asyraf.

 

Hasil akhir

Yavuz Sultan Selim I masuk dan diterima oleh penduduk Aleppo sebagai sang pembebas dari kekejaman mendiang al-Asyraf. Sultan Selim I menerima dengan hangat Khalifah al-Mutawakkil III namun ia menmarahi para ‘ulama yang menurut Selim I tidak berhasil menasihati sang sultan yang bertindak semena-mena di wilayah Syam serta tidak memerangi syi’ah di Kerajaan Safawi.

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...