Rabu, 19 Mei 2021

Sejarah Hari Raya Ketupat


Tanggal 8 Syawal merupakan Hari Raya Ketupat, hari yang istimewa bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Dinamakan Hari Raya, karena memang sebuah perayaan bagi mereka yang sudah melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal, juga dilaksanakan masih dalam momen hari raya idul fitri.

Disebut ketupat, karena yang dihidangkan dalam perayaan itu kebanyakan adalah ketupat.

Hari Raya Ketupat merupakan budaya peninggalan Walisongo yang bertahan sampai hari ini. 

Disebagian tempat Hari Raya Ketupat dilakukan pada awal Hari Raya Idul Fitri. 

SEJARAH KETUPAT 

Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. 

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku 
Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Laku Papat

1. Lebaran
2. Luberan
3. Leburan
4. Laburan

Lebaran

Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. 

Luberan

Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin. 

Leburan

Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan

Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.  Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

FILOSOFI KUPAT - LEPET

KUPAT

Kenapa mesti dibungkus janur? 
Janur, diambil dari bahasa Arab 'Ja'a nur' (telah datang cahaya).

Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki, kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).

LEPET

Lepet = silep kang rapet.

Mangga dipun silep ingkang rapet (mari kita kubur/tutup yang rapat). 

Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Kekaguman Gus Baha' Pada Abuya Sayyid Muhammad

Gus Baha ngaji Kitab Syariatullah Alkholidah karya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki.  1. Gus Baha mengakui Kitab karya Sayyid Muhammad Al...