========================================
Diriwayatkan dari Shahabat Abi Darda' bahwa ada seseorang yang mengeluh atas kerasnya hati, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَتُحِبُّ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ وَتُدْرَكَ حَاجَتُكَ؟ ارْحَمِ الْيَتِيمَ، وَامْسَحْ رَأْسَهُ، وَأَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ، يَلِنْ قَلْبُكَ وَتُدْرِكْ حَاجَتَكَ
Artinya: Apakah engkau ingin hatimu lembut dan kebutuhanmu terpenuhi? Maka sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berilah ia makan dari makananmu nicaya hatimu akan menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi (HR: Ath-Thabarani)
===============
Penjelasan hadis:
أَتُحِبُّ
"Apakah kamu ingin"
Ini adalah bentuk istifham (pertanyaan) yang mengandung makna syarat, yaitu: Jika kamu ingin, wahai orang yang mengeluhkan kepada kami tentang kekerasan hatinya
أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ
"Agar hatimu menjadi lembut"
Maksudnya menjadi lunak dan mudah tersentuh. Al-Zamakhsyari berkata: ini termasuk ungkapan majaz (kiasan), seperti "seorang yang lembut perangainya", atau "ia bersikap lembut kepada kaumnya", atau "ia melembutkan sayapnya bagi mereka", sebagaimana dalam firman Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (QS. Ali Imran: 159), yaitu kelembutan perilaku dan sikap yang halus.
وَتُدْرَكَ حَاجَتُكَ
"Dan kamu memperoleh kebutuhanmu"
Maksudnya, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Maka orang itu berkata, "Ya, wahai Rasulullah." Maka Nabi bersabda:
ارْحَمِ الْيَتِيمَ
"Sayangilah anak yatim"
Yaitu anak yang ayahnya telah meninggal sehingga ia menjadi sendiri. Kata yatim berasal dari kata al-yatmu yang berarti kesendirian. Dari sinilah asal ungkapan al-durratu al-yatīmah untuk permata tunggal yang indah, dan al-ramlatu al-yatīmah untuk hamparan pasir yang tiada duanya, sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Kasysyāf.
Maksud dari menyayangi anak yatim adalah menaruh belas kasih kepadanya dan berbuat baik padanya — ini merupakan kiasan dari sikap kasih sayang dan perhatian yang tinggi.
Dan karena kiasan ini tidak bertentangan dengan makna harfiahnya, bahkan memungkinkan menggabungkan keduanya — seperti jika seseorang mengatakan: Fulan panjang tali pedangnya untuk orang yang punya tinggi badan maupun panjang tali pedangnya
Kemudian Nabi bersabda:
وَامْسَحْ رَأْسَهُ
"Usaplah kepalanya"
Sebagai bentuk kelembutan dan keakraban. Bisa jadi maksudnya adalah dengan minyak rambut untuk merapikan rambutnya, atau dengan tangan sebagaimana disebutkan dalam hadis lain yang menunjukkan maksud mengusap kepala dengan tangan. Seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Umamah secara marfu’:
من مسح على رأس اليتيم لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة تمر عليها يده حسنة
Artinya: Barang siapa mengusap kepala anak yatim hanya karena Allah, maka untuk setiap helai rambut yang disentuh oleh tangannya, dia akan mendapatkan satu kebaikan.
Sanad hadis ini, menurut Ibn Hajar, lemah. Namun secara umum, keutamaan ini berlaku juga untuk anak yatim dari kalangan non-Muslim, dan aku tidak menemukan adanya pembatasan hanya pada anak yatim Muslim.
Dalam hadis lain dari seorang ahli kitab (Yahudi), disebutkan bahwa kepala anak yatim diusap dari arah atas ke bagian depan, sedangkan dalam riwayat lain sebaliknya.
Al-Hafizh al-‘Iraqī berkata: Dalam hadis Ibn Abi Aufa disebutkan bahwa ketika mengusap kepala anak yatim, dianjurkan untuk berdoa:
جبر الله يتمك وجعلك خلفا من ابيك
Artinya: Semoga Allah memperbaiki keadaan yatimmu dan menjadikanmu sebagai pengganti dari ayahmu.
وَأَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ
"Dan berilah ia makan dari makananmu"
Yakni dari makanan yang kamu miliki. Bukan berarti kamu mengutamakan dirimu dengan makanan yang istimewa lalu tidak memberikannya kepada yatim, melainkan kamu memberinya makanan dari apa yang biasa kamu makan.
يَلِنْ قَلْبُكَ
"Niscaya hatimu akan menjadi lembut"
Dalam perspektif gramatika bisa berbentuk rafa’ (berharakat dhammah), sebagai bentuk pernyataan. Bisa juga dibaca jazm (berharakat sukun) sebagai jawaban dari perintah sebelumnya.
وَتُدْرِكْ حَاجَتَكَ
"Dan kamu akan mendapatkan kebutuhanmu"
Maksudnya, jika kamu berbuat baik kepada anak yatim dan melakukan semua yang disebutkan, maka kamu akan memperoleh kelembutan hati dan tercapainya keinginanmu.
Kesimpulannya, hadis ini mengandung anjuran untuk berbuat baik kepada anak yatim, memperlakukannya dengan kasih sayang, memuliakannya semata-mata karena Allah Ta'ala.
Ref: Faidul Qodir 1/108