Senin, 11 Agustus 2025

AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR



HADITS TENTANG AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR 

"Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 2003. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)."

Menanam Kebaikan, Menuai Kebaikan: Sebuah Konsekuensi Dalam Kehidupan

Menanam Kebaikan, Menuai Kebaikan: Sebuah Konsekuensi Dalam Kehidupan

"Yang menanam kebaikan maka akan memanen kebaikan, yang menanam keburukan maka akan memanen penyesalan." (Ibnu Abdil Barr, Bahjatul Majalis 65)

Ungkapan bijak dari Ibnu Abdil Barr ini mengandung pelajaran berharga yang relevan sepanjang masa. Seperti halnya petani yang menanam benih dan menunggu hasil panen, kehidupan manusia pun demikian. Apa yang kita tanam hari ini melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan, akan menentukan apa yang kita petik di kemudian hari.

Hukum Sebab-Akibat dalam Kehidupan

Kebaikan dan keburukan tidak pernah lahir begitu saja tanpa sebab. Keduanya merupakan hasil dari pilihan dan tindakan yang dilakukan setiap individu. 
Barang siapa yang menebar kebaikan—seperti kejujuran, kasih sayang, kemurahan hati, dan tolong-menolong—maka ia sedang menanam benih yang akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis. Buah itu bisa berupa ketenangan jiwa, cinta dari sesama, hingga pahala dari Allah di dunia dan akhirat.

Sebaliknya, siapa yang menanam keburukan—seperti kezaliman, kebencian, dusta, dan pengkhianatan—maka ia sedang menanam benih pahit yang pada akhirnya akan menumbuhkan penyesalan. Mungkin tidak langsung terasa, tapi pada waktunya, akibat dari keburukan itu akan datang, membawa kerugian, kesedihan, bahkan kehancuran.

Mengapa Harus Menanam Kebaikan?

Menanam kebaikan bukan hanya soal balasan yang akan didapat. Ini adalah bentuk kepatuhan kepada Allah dan Rasulnya serta tanggung jawab moral dan spiritual sebagai manusia.

Dengan berbuat baik, kita ikut menjaga harmoni sosial, memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, dan menyebarkan keberkahan. Dunia yang lebih damai dan penuh kasih sayang akan tercipta dari tangan-tangan yang memilih menebar kebaikan, sekecil apa pun bentuknya.

Kesimpulan

Perkataan Ibnu Abdil Barr bukan sekadar kata-kata indah, melainkan pedoman hidup. Ia mengingatkan kita bahwa segala sesuatu dalam hidup ini memiliki akibat. Maka, bijaklah dalam memilih apa yang hendak ditanam. Karena apa yang kamu tabur hari ini, akan menjadi suasana hidupmu di esok hari.

Menanam kebaikan bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk dirimu sendiri. Karena di balik setiap kebaikan, ada kebaikan lain yang sedang menantimu.

Minggu, 10 Agustus 2025

Bagaimana cara agar punya mimpi yang benar

Bagaimana cara agar punya mimpi yang benar / yang bisa ditafsiri? 
Jawab: dengan cara mengambil wudhu sebelum tidur

Refrensi: Syarah Shahih Muslim Lin Nawawi 21/4
والإنسان إذا نام متوضئاً ورأى رؤيا فإنها تكون صادقة بقدر الإمكان، يعني: رؤيا حقيقية


Memahami Jenis Pembuka Surah Dalam Al-Quran: Lebih dari Sekedar Awalan

 

Memahami Jenis-Jenis Pembuka Surah dalam Al-Qur’an: Lebih dari Sekadar Awalan

Salah satu keistimewaan Al-Qur’an yang sering luput dari perhatian kita adalah cara Allah memulai setiap surah-Nya. Kalau kita perhatikan, tidak semua surah dibuka dengan cara yang sama. Ada yang dimulai dengan pujian, ada pula dengan sumpah, seruan, bahkan huruf-huruf misterius yang hanya Allah tahu maknanya.

Hal ini bukan sekadar variasi gaya bahasa. Pembuka surah (فواتح السور) adalah bagian penting dari struktur retoris dan spiritual Al-Qur’an. Ia menyimpan pesan khusus yang menjadi pengantar dari isi keseluruhan surah tersebut.

Ragam Pembuka yang Menggugah Jiwa

1. Pujian kepada Allah

Surah seperti Al-Fatihah, Al-An‘am, dan Al-Kahfi diawali dengan kalimat seperti "Alhamdulillah". Ini mengingatkan kita bahwa segala ilmu, petunjuk, dan kebenaran dalam kitab ini berasal dari Tuhan yang Maha Sempurna.

2. Huruf-Huruf Hijaiyah

Seperti "Alif Lam Mim", "Yasin", dan "Qaf". Huruf-huruf ini disebut huruf muqatha‘ah, dan maknanya menjadi rahasia Ilahi. Tapi kehadirannya membuat pembaca langsung tersentak — ada misteri, ada keagungan yang memaksa kita merenung.

3. Pernyataan Berita

Surah Al-Waqi‘ah, An-Naba’, dan Az-Zalzalah misalnya, langsung menyampaikan informasi yang mengejutkan, bahkan menggentarkan. Seolah berkata: “Ini serius. Simak baik-baik!”

4. Seruan dan Panggilan

“Wahai manusia!”, “Wahai orang-orang beriman!” — begitulah Allah memulai beberapa surah seperti An-Nisa’ dan Al-Hajj. Ini seperti panggilan cinta dari Sang Pencipta untuk kita agar mendengarkan-Nya dengan hati terbuka.

5. Sumpah Ilahi

Ada juga surah yang dibuka dengan sumpah, seperti Asy-Syams dan At-Tur. Allah bersumpah atas ciptaan-Nya, menegaskan bahwa apa yang disampaikan-Nya sangat penting dan tidak boleh diabaikan.

Pembuka Surah Bukan Sekadar Gaya, Tapi Petunjuk

Setiap jenis pembuka menciptakan suasana batin yang berbeda. Surah yang dimulai dengan sumpah biasanya berisi peringatan keras. Surah yang dimulai dengan pujian membawa ketenangan. Yang diawali dengan pertanyaan, seperti Al-Insan (“Apakah manusia tidak melihat…?”), membuat kita berpikir dalam.

Ini bukan kebetulan. Ini adalah retorika Ilahi yang luar biasa cerdas, yang tidak hanya mengajarkan isi, tapi juga mengondisikan hati pembacanya sejak awal.

Refleksi: Belajar dari Awalan

Sebagai manusia, kita sering menilai sesuatu dari bagaimana ia dimulai. Allah pun mengajari kita dari pembuka-pembuka surah ini bahwa:

  • Kata-kata awal itu penting.

  • Nada dan pendekatan menentukan isi.

  • Mengajak berpikir, menyentuh hati, dan memberi peringatan adalah seni menyampaikan kebenaran.

Penutup

Mempelajari jenis-jenis pembuka surah bukan sekadar tambahan ilmu tafsir, tapi juga cara agar kita lebih merasakan interaksi spiritual dengan Al-Qur’an. Cobalah perhatikan pembuka setiap surah saat membaca. Rasakan nada, pesan, dan nuansa yang dibangun dari awal.

Karena setiap awalan itu adalah pintu masuk ke dunia cahaya, yang menghubungkan hati kita dengan firman-Nya yang agung.

Ucapan Ibarat Anak Panah: Sekali Terlepas, Tak Bisa Kembali

Ucapan bagaikan busur panah yang dilepaskan, tak mungkin ditarik kembali (Syihabuddin Al-Absyihi, Al-Mustathraf 34)

Berikut penjelasannya:

Dalam kehidupan sehari-hari, kata-kata adalah alat komunikasi utama manusia. Namun, seringkali kita lupa bahwa ucapan memiliki kekuatan yang sangat besar. Sebuah peribahasa Arab yang dikutip oleh Syihabuddin Al-Absyihi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tutur kata:

"Ucapan bagaikan busur panah yang dilepaskan, tak mungkin ditarik kembali."

Makna Peribahasa

Peribahasa ini mengajarkan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah seperti anak panah yang sudah melesat dari busur nya, ia tidak dapat dihentikan atau dikembalikan. Sekali diucapkan, kata-kata itu akan meninggalkan jejak, baik dalam bentuk kebaikan maupun luka.

Pentingnya Berpikir Sebelum Berbicara

Dalam kehidupan sosial, kita seringkali terburu-buru dalam berbicara, tanpa memikirkan dampaknya. Padahal, satu kalimat yang kasar atau menyakitkan bisa merusak hubungan, menjatuhkan semangat seseorang, atau bahkan menimbulkan konflik yang panjang. Sebaliknya, kata-kata yang bijak dan menyejukkan bisa menjadi sumber inspirasi dan kedamaian.

Ucapan yang Tidak Bisa Ditarik Kembali

Sama seperti anak panah yang menancap pada sasaran, ucapan pun memiliki dampak langsung. Ia bisa mengenai “hati” seseorang, dan luka yang ditimbulkan tak selalu bisa disembuhkan dengan permintaan maaf. Inilah sebabnya mengapa kita harus menjaga lisan, berpikir jernih sebelum berbicara, dan mempertimbangkan apakah kata-kata kita membawa manfaat atau justru mudarat.

Kesimpulan

Peribahasa ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan. Hati manusia mudah terluka, dan luka karena ucapan bisa lebih dalam daripada luka fisik. Maka, mari kita gunakan lisan dengan bijak, karena ucapan, sekali keluar, tak akan pernah bisa kembali seperti semula.

Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau diam" (HR: Bukhari & Muslim) 

Dengan memahami makna ini, kita tidak hanya menjaga hubungan dengan sesama, tetapi juga membentuk pribadi yang lebih bijak dan penuh empati.

#hadis
#motivasi
#motivasihidup
#motivasiislam
#berkatabaik
#diam
#iman
#kalamulama
#islamicquotes
#hadisshahih
#bukari
#muslim 

Sabtu, 09 Agustus 2025

Mereka Adalah Orang-orang dermawan

• Habaib (seharusnya) adalah orang-orang yang paling dermawan

Hari ini saya membaca sebuah catatan menarik :

https://www.facebook.com/share/p/16SkvtEbts/?mibextid=wwXIfr

Ketika banyak yang berkata bahwa para Habaib hanya numpang besar di NU tapi nggak pernah punya jasa dalam membesarkan NU, ternyata jauh sebelum mereka lahir pada tanggal 6-11 Mei tahun 1933 NU membuat acara muktamar ke 8-nya di Batavia dengan fasilitas gedung megah “traktiran” seorang Ba’aalawi Sayyid Ismail Bin Abdullah Bin Alawi Al-Atthas. 

“Sakha” atau kedermawanan adalah sifat yang membuat reputasi Ba’alawi membumbung tinggi di masa itu, saya jadi teringat kisah Gus Faiz, putra Kiai Syukron Ma’mun yang sekarang mulai sering diminta mengisi di berbagai majelis Habaib :

“ Saya dulu ketika masih kecil sering diajak abah hadir ke majlis kakeknya Habib Hud Al-Atthas, dulu saya sangat ngefans kepada beliau karena setiap ngajar beliau pasti bagi-bagi coklat, bahkan coklat Silverqueen yang waktu itu harganya lumayan mahal dan hanya ditemukan di toko-toko besar “ 

Disisi lain, saya mengenal seorang Kiai sepuh dari Jawa Tengah, dalam setiap acara di pesantrennya beliau sering mengundang para Habaib, tapi tahun ini beliau mengundang Kiai Imad untuk mengisi acara haul abahnya. putranya bahkan pernah menulis di status Wa :

“ Alhamdulillah sholawatan di alun-alun tahun ini bersih dari Ba’alawi “ 

saya bertanya-tanya dalam hati : apa yang membuat beliau-beliau sekecewa itu kepada para Habaib ? ketika di Surabaya, saya menyempatkan diri untuk sowan kepada beliau, kebetulan putranya adalah adik kelas saya di Sarang, ketika itu beliau bercerita :

“ saya ini mantan muhibbin lora, saya menyesal dulu pernah mempromosikan para Habib itu, santri dan alumni saya banyak jadi korbannya, ada yang kena 16 juta, 20 juta, bahkan 60 juta “

Mendengar itu saya semakin yakin, bahwa selain Kiai Imad, para Habib pendawir itu adalah orang-orang yang paling “berjasa” dalam meruntuhkan respek masyarakat kepada Sadah Ba’alawi. selain menganggap kastanya lebih tinggi dan suka merendahkan yang bukan golongannya, sejak dulu “ndawir” alias malak atas nama nasab adalah problem paling utama yang dikeluhkan oleh masyarakat luas terkait kelakukan oknum-oknum Ba’alawi. sebagian teman sesama alumni Tarim bahkan bercerita bahwa dia sudah malu ngundang Habaib ke majelisnya karena reputasi Ba’alawi di daerahnya sudah kadung buruk akibat ulah oknum-oknum itu yang ketika mendawir ke Kiai-Kiai pesantren bahkan bisa sampe 2 sampai 3 mobil ( Ndawir berjama’ah )

Sama seperti kalian, saya sendiri punya pengalaman berapa kali didawiri oknum baik secara online atau offline dengan berbagai motiv dan alasan, ada yang katanya buat acara santunan, haul kakeknya, ongkos pulang ke rumahnya, ngirim anaknya di pondok, ada juga yang minjam uang jutaan dengan iming-iming jubah yang “katanya” milik guru sekumpul . kadang saya nasehati dan kritik mereka : 

“ Bib, antum minta-minta atas nama Nabi, apa antum nggak pernah baca Hadits Nabi :

ما يَزالُ الرَّجُلُ يَسْألُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيامَةِ لَيْسَ فِي وجْهِهِ 
مُزْعَةُ لَحْمٍ
 
“ Seorang laki-laki yang tiada henti-henti mengemis kepada manusia kelak akan datang di Hari Kiamat dalam kondisi tiada sekerat daging di wajahnya “ 

Kadang saya juga membalas :

“ Bib antum ini ahlul bait, sejak dulu ahlul bait itu ahlul jud wal karom, orang-orang yang dermawan, bukan malah minta-minta, ini kebetulan ana lagi bangun pondok, mungkin antum mau bantu, bisa kirim ke rekening ana :

000601001545566
atas nama Muhammad ismail
Bri “ 

dan alhamdulillah sejak saat itu beliau tidak pernah ngechat lagi.. 

Para Habaib yang kami ketahui di negeri asalnya tidak seperti itu, di Tarim para Habaib dikenal sebagai sosok-sosok yang sangat karom bin loman bin dermawan, banyak diantara mereka yang jadi pengusaha dan bekerja di Saudi, Qatar, Oman atau Emirates, yang paling masyhur diantaranya adalah Habib Sholih Baisyh dan Habib Syihab adik Habib Abu Bakar Al-Masyhur. ada juga Habib Salim Assyathiri yang kemana-mana bawa “tas uang” untuk dibagi-bagi, setiap berkunjung ke Indonesia, beliau istiqomah menjatah 100 dollar untuk setiap santrinya yang belum menikah, yang sudah berkeluarga diberi 200 dollar, belum termasuk orang-orang dhuafa’ yang beliau temui dalam rihlahnya. Saya sendiri selama 6 tahun study di Tarim digratisi Darul Mustafa sejak tahun pertama karena nilai yang lumayan diatas rata-rata. 

فقيرهمُ حر و ذو المال منفق * رجاء ثواب الله في صالح السبل

“ orang kayanya loman-loman, orang miskinnya bebas tidak minta-minta “ 

Bait Imam Haddad ini sangat relate dengan para Sadah Alawiyyin disana, bagi orang-orang Tarim meminta-minta adalah satu hal yang sangat memalukan, ketika ada anak-anak bocil minta-minta, mereka pasti akan berkata sambil memegang janggut : Aibb !! jika anak-anak itu dari kalangan terpandang seperti Ba’aalawi entah seperti apa nasibnya di depan bapaknya jika kepergok minta-minta.

tentunya saya tidak menafikan bahwa Habaib di Indonesia buanyak juga yang loman-loman, kita mengenal sosok Habib Muhsin Al-Hamid ( Habib Ote ), ada juga Habib Saggaf Bin Mahdi Parung sahabat Gus Dur yang mengratisi belasan ribu santrinya, dan masih banyak Habib-Habib super dermawan lainnya ( yang sayangnya seakan “tertutupi” dan tak akan membuat tertarik Kiai Imad dan para pendukungnya ) 

kegaduhan bab nasab di masyarakat saya rasa banyak timbul akibat pembiaran terhadap oknum-oknum nakal seperti itu, yang menumpuk sedikit demi sedikit hingga akhirnya meledak sebagai sebuah bom waktu. betul kata Gus Baha’ : Nabi yang maksum sekalipun andaikan bersikap tidak sesuai dengan tata krama, akan mendapat kritik social dan akan mental di tengah masyarakat ( apalagi keturunan Nabi yang jelas-jelas tidak maksum ) 

و لو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك 

dan maha benar Baginda Nabi yang mengisyaratkan dalam dauhnya, bahwa jika kamu ingin disukai manusia, maka jangan tamak-tamak terhadap apa yang dimiliki oleh mereka 

ازهد فيما عند الناس يحبك الناس 

Demi itu mari kita perbaiki bersama, menasehati poro Habib itu bukan hanya kewajiban Rabithah Alawiah saja.. 

 • Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 14 Mei , 2025

5 tanda tubuh dan pikiranmu butuh istirahat

Ini dia 5 tanda tubuh dan pikiranmu lagi minta istirahat.

1. Baper Tingkat Dewa

Kamu mulai sensi sama hal-hal kecil.
Ada yang gak bales chat sejam, langsung mikir, “dia udah gak peduli ya?”

Lagi nonton film, karakter utamanya sedih, eh kamu ikut nangis sampe nyesek.

Ini bukan karena kamu drama. Bisa jadi karena kamu capek. Dan pas capek, emosi tuh gampang meledak.
Tubuhmu lagi bilang, “Hey, istirahat dulu, dong. Jangan terus dipaksa tegar.”

2. Tidur Lama, Tapi Bangun Tetep Loyo

Udah tidur 8 jam, tapi pas bangun malah lebih capek dari sebelumnya. 

Ngantuk terus. Gak ada semangat. Rasanya pengen tidur terus aja.

Itu tandanya bukan kurang tidur, tapi kurang rest yang bener.

Kepalamu tidur, tapi pikiranmu masih meeting, mikir kerjaan, atau drama hidup. Tubuh istirahat, tapi hatinya belum.

3. Hal yang Dulu Seru, Sekarang B aja

Dulu kamu semangat banget nonton drakor, nge-game, atau ngopi cantik.

Sekarang? Bahkan Netflix pun gak menarik. Semua terasa hambar. Kamu scrolling, tapi gak benar-benar menikmati.

Itu tanda awal burnout. Hidupmu mungkin gak ada masalah besar, tapi kamu mulai ngerasa… numpang lewat aja.

Kamu butuh rehat, supaya bisa ngerasain lagi nikmatnya hidup kecil-kecilan.

4. Sulit Fokus, Semua Kayak Kabur

Lagi baca, eh ulangi paragraf tiga kali.
Niat kerja satu jam, malah kebanyakan buka Instagram.

Bikin caption IG aja, mikirnya satu jam kayak bikin skripsi.

Otakmu lagi lemot bukan karena kamu malas. Tapi karena kamu lelah. Fokus itu butuh energi. Dan kalau kamu udah kepake buat segala hal, ya tinggal sisa debunya aja.

5. Overthinking-nya Gak Kenal Jam Kerja

Siang kerja, malam mikir.
Mikir salah omong, mikir kenapa orang ngejauh, mikir kenapa hidup gini-gini aja.
Kadang bisa overthinking hal sekecil “kenapa dia ketik ‘ok’ aja tanpa emot?” 😭

Overthinking berlebihan sering muncul waktu kamu kehabisan space di pikiran.
Kayak RAM handphone, kebanyakan aplikasi dibuka. Ya, panas.

Solusinya? Tutup dulu semua tab pikiranmu. Istirahat. Detoks. Biar lega.

Capek itu wajar.
Kita semua butuh rehat. Bukan karena lemah, tapi karena kita bukan robot.
Bahkan HP aja harus dicas, masa kamu enggak?

Dari lima tanda ini, yang paling kamu rasain sekarang yang mana?

Tulis di kolom komentar, dan tag temanmu yang juga butuh diingetin buat istirahat!

Kadang, satu postingan kayak gini bisa jadi pelukan hangat buat orang yang kelihatan kuat tapi sebenernya lagi lelah banget.

AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR

HADITS TENTANG AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR  "Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  “Tidak ...